Opini
Oleh Djoko Edhi Abdurrahman (Anggota Komisi III DPR 2004 - 2009, Wakil Sekretaris Lembaga Penyuluhan Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama, PBNU) pada hari Sabtu, 23 Des 2017 - 22:59:38 WIB
Bagikan Berita ini :

Stop Dramaturgi Narkoba !

91SAVE_20160822_125409.jpg
Djoko Edhi Abdurrahman (Anggota Komisi III DPR 2004 - 2009, Wakil Sekretaris Lembaga Penyuluhan Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama, PBNU) (Sumber foto : Ilustrasi oleh Kuat Santoso )

TV One tadi malam membatalkan undangan dialog soal narkoba piaraan. "Jenderal Buwas dan Jenderal Depari minta dipostpone," kata TV One kepadaku.

Tampaknya kurang pede BNN sehingga dikensel ke Senin lusa. Tadinya dialog itu dirancang segitiga: Buwas - Depari - saya dari SIAN (Seniman Indonesia Anti Narkoba), BNN. Semula sudah di acc, lalu dibatalkan dadakan. Itu gambar betapa rumitnya narkoba.

Diskotik GM masih misterius, muncul pengalihan issu ke sabunya Tio Pakusudewo yang satu gauss (1 gram).

Di TV One, Wadir Narkoba Polda Metro tampil satu kampung konferensi pers untuk mengumumkan mereka telah menangkap 1 gram sabu-sabu dengan tersangka Tio, seniman film. Mereka urus 1 gauss sabu-sabu laksana urus si Pablo di Panama. Malu-maluin saja.

Sementara yang ratusan orang triping di diskotik MG, issunya lenyap dari peredaran dan biangnya disembunyikan. Padahal, diskotik piaraan MG adalah puncak gunung es yang menyebabkan narkoba tak berkurang, dan karena sejumlah diskotik ini menjadi ATM.

Sabu seniman digede-gedein untuk menutupi sabu dramaturgi, seolah dengan sabu 1 gram nya Tio, dunia bisa kiamat, setidaknya bisa menambah data bahwa yang tewas oleh narkoba saban hari menjadi 51 orang, bertambah 1 orang gara-gara sabunya Tio.

Di mana yang 50 orang mati saban hari itu? Tak ada yang tahu! Ong-boongan! Ya ialah, mana ada psikotropika mampu bunuh orang. Yang bunuh orang itu narkotika, bukan psikotropika!

Jumlah seniman di jakarta tak lebih 400 orang. Saya tahu karena saya yang urus Musyawarah Seniman Jakarta (MSJ) dan menaikkan Franky Sahilatua jadi Ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) tahun 2002 dari MSJ. Voting, Rahman Yakob kalah suara!

Jumlah seniman se Jakarta cuma 360 orang dari 6 disiplin: Seni Sastra, Seni Teater, Seni Rupa, Seni Tari, Seni Musik, paling bungsu Seni Film. Sedikit sekali jumlah seniman, tak lebih satu RT. Tidak potensial untuk pasar narkoba andai seluruhnya pakau.

Saya lihat di TV One, Buwas bilang ada pemasok ke seniman, bahkan ada seniman jadi bandar. Memasok sabu hanya untuk 360 orang seniman?

Yang bener? Jangan memanipulasi diri terus. Narkoba itu menjadi-jadi karena kerja BNN dan Restiknya tak beres. Bukan karena seniman! Berhenti bersandiwara! Stop dramaturgi narkoba!(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
AMIN BANNER 01
advertisement
AMIN BANNER 02
advertisement
AMIN BANNER 03
advertisement
AMIN BANNER 04
advertisement
AMIN BANNER 06
advertisement
AMIN BANNER 08
advertisement
Opini Lainnya
Opini

In Prabowo We Trust" dan Nasib Bangsa Ke Depan

Oleh Syahganda Nainggolan
pada hari Kamis, 28 Mar 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidatonya kemarin di acara berbuka puasa bersama, "Partai Demokrat bersama Presiden Terpilih", tanpa Gibran hadir, kemarin, ...
Opini

MK Segera saja Bertaubat, Bela Rakyat atau Bubar jalan

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mahkamah Konstitusi (MK) segera bertaubat. Mumpung ini bulan Ramadhan. Segera mensucikan diri dari putusan-putusan nya yang menciderai keadilan masyarakat.  Di ...