Opini
Oleh Djoko Edhi Abdurrahman (Anggota Komisi Hukum DPR 2004 - 2009, Wasek Lembaga Penyuluhan Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama, PBNU) pada hari Kamis, 25 Jan 2018 - 06:33:14 WIB
Bagikan Berita ini :

Paradok! Manuver Wiranto Vs Manuver OSO Vs Manuver Jokowi

57SAVE_20160822_125409.jpg
Djoko Edhi Abdurrahman (Anggota Komisi Hukum DPR 2004 - 2009, Wasek Lembaga Penyuluhan Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama, PBNU) (Sumber foto : Ilustrasi oleh Kuat Santoso )

Jika Hanura mau diselamatkan, Oesman Sapta Odang (OSO) harus keluar. Dan, kembalikan Ketum Hanura kepada Jenderal Wiranto. Masalah utama kasus ini, perlunya tokoh yang mampu membawa Hanura selamat hingga tujuan di tahun politik ini.

Hingga saat ini, Hanura hanya memiliki tokoh semata wayang: Wiranto! Tapi kesalahan terbesar Wiranto, adalah menyerahkan kekuasaan Hanura kepada OSO. Tentu saja OSO bukan orang yang tepat untuk membawa Hanura kepada cita-cita komunitas parpol hati nurani rakyat ini. OSO piawai di urusan bisnis, tapi tak ada bukti bahwa OSO mampu memimpin parpol. Parpol PPD dan PPN adalah bukti kasus kegagalan OSO.

Memimpin parpol itu laksana masinis kereta api. Pesan harus disampaikan ke tiap gerbong yang isinya tidak seragam. Ada profesor, ada buta huruf, ada kaya raya, ada sangat miskin. Tapi semua harus ikut. Maka pesan dalam perintah manajemen harus disampaikan hingga gerbong terakhir, baru baik lagi ke gerbong pertama. Lamban, rumit, disparitas tinggi, baru manajemen mengambil keputusan.

OSO tak punya karakter ini. Ia one man show, pemarah, arogan, otoriteriterian dengan tricky menyimpang dari azas manajemen partisipatif. Sebaliknya, Wiranto punya, humble, dan teruji. Tak ada memang jalan lain bagi Wiranto untuk menyelamatkan Hanura, selain mengeluarkan OSO.

Ketika Presiden Jokowi mengizinkan rangkap jabatan oleh Airlangga menjadi Menteri Perindustrian merangkap Ketum Golkar, manuver penyelamatan Hanura ia lancarkan. Jabatan Ketum Hanura harus ia ambil dari OSO. Sebelumnya, merangkap Ketum Hanura sekaligus Menkopolhukam belum boleh. Setelah kasus Airlangga, sudah boleh. Ini manuver Presiden Jokowi yang menghilangkan standar manajemen kabinet kerja kerja kerja.

OSO membalas dengan manuver: membawa Presiden Jokowi ke rumahnya, selfie-selfie, sebagaimana kiat medsos membentuk pola komunikasi untuk pressure. OSO adalah satu dari empat pembisik Presiden Jokowi bersama Jenderal Gores Mere, Jenderal Tito Karnavian, dan Jenderal Luhut Binsar Panjaitan. Tentu saya paham kiat OSO karena saya jadi Wasekjen Hukum DPP HKTI OSO sejak kongres Bali, pemecahan dari HKTI Prabowo, sebelum periode itu saya Ketua Komite Hukum HKTI sepanjang dipimpin Jenderal Prabowo, sebelum pecah belah di Inna Hotel.

OSO juga dengan cepat meminta pengesahan Menkumham, atas kepengurusannya. Kemarin saya dengar Tommy Sihotang telah mengajukan gugatan terhadap surat pengesahan Laoly itu, order Wiranto. Karena itu, saya tak yakin sudah ada islah Manhattan vs Ambhara, lebih dari dramaturgi as if ala sosmed: Manuver vs Manuver di lingkungan Presiden Jokowi. Kali ini, pusing rapopo Pak Bro.

Jika fokusnya untuk menyelamatkan masa depan Hanura, harus diakui bahwa Ketum Hanura kudu kembali dijabat Wiranto. Itu juga segera memberikan peran penting bagi Wiranto, lebih dari sekadar Menkopolhukam dan nilai strategik bagi pilpres Jokowi. Juga bagi existing Hanura.

Saya memang tak melihat ada masa depan Hanura di tangan OSO, apa yang bisa ia lakukan? Toh duit sudah berkelimpahan, sementara OSO sudah lama tak panen. Niscaya berakhir seperti PPD dan PPN. Gone with the win!(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Kode Sri Mulyani dan Risma saat Sidang MK

Oleh Anthony Budiawan - Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies)
pada hari Kamis, 18 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Sri Mulyani (dan tiga menteri lainnya) dimintai keterangan oleh Mahkamah Konstitusi pada 5 April yang lalu. Keterangan yang disampaikan Sri Mulyani banyak yang tidak ...
Opini

Tersirat, Hotman Paris Akui Perpanjangan Bansos Presiden Joko Widodo Melanggar Hukum: Gibran Dapat Didiskualifikasi?

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --1 April 2024, saya hadir di Mahkamah Konstitusi sebagai Ahli Ekonomi dalam sidang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum 2024. Saya menyampaikan pendapat Ahli, bahwa: ...