Ragam
Oleh M Anwar pada hari Senin, 05 Feb 2018 - 19:05:00 WIB
Bagikan Berita ini :

Gizi, Vaksinasi, Edukasi: Tiga Pilar Membangun Generasi

5491650abe72b74891ce17dffa3726f716_XL.jpg
Ilustrasi: Vaksinasi. (Sumber foto : dok istimewa)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) -- Lebih dari dua minggu mengisi topik utama hampir seluruh media cetak dan elektronik, kasus giziburuk Asmat menyedot perhatian semua orang.

Mendadak sontak tiket pesawat jurusan Papua habis terjual, walaupun tidak semua komunitas masyarakat ikut menggalang dana apalagi siap berjihad seperti waktu Palestina dan Rohingya didera politik agama.

Yang pasti, banyak pihak lebih gencar melemparkan kritik atas kinerja pemerintah atau mempertanyakan ke mana larinya dana pembangunan daerah.

Tak elak profesi dokter menuai hujatan, seakan-akan sekolah hanya demi gengsi, bukan untuk mengabdi pada negri.

Iming-iming 14 juta rupiah gaji per bulan tak digubris membuat Pak Bupati terheran-heran. Padahal, lebih mengherankan lagi jika beliau tidak menyadari bahwa ini bukan perkara uang. Bahkan, jumlah ‘segitu’ dalam waktu singkat habis hanya untuk kompensasi bahan bakar speedboat puskesmas keliling atau menghantar pasien ke rumah sakit.

Kengerian seorang dokter bukan karena menghadapi kasus gawat darurat di meja operasi, melainkan saat dia tidak berdaya menghadapi anak kelaparan setiap hari dan perempuan meregang nyawa saat melahirkan tanpa fasilitas bedah sesar.

Yang ingin saya tarik sebagai sudut pandang, justru cara-cara orang yang hidup di luar kantong-kantong kemiskinan kesehatan, ‘menolong’ masyarakat yang dianggap butuh bantuan.

Impulsivitas sesaat karena rasa iba, bila tidak terarah justru akan menjadi bumerang.

Tak usah jauh-jauh ke Papua, hanya dua jam sedikit bermobil keluar dari Jakarta, masih ada seorang ibu yang menggendong anak tulang berbungkus kulit menunggu kedatangan ‘sinterklas berkala’ – yang selalu disambutnya dengan mata berbinar, karena dibawakan beberapa kotak susu bermerek, amplop berisi uang, sekarung kecil beras, ditambah gula, minyak goreng dan teh.

Padahal, anaknya menderita TBC dan kurang darah akibat gangguan gizi yang dideritanya.

Tenaga puskesmas bukanlah satu-satunya penggerak mobilisasi kesehatan. Jika begitu banyak sektor usaha dan upaya penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara juga dipegang unsur swasta, maka kontribusi publik dan masyarakat umum di ranah kesehatan juga memegang andil besar akan terciptanya kondisi hidup sehat yang diinginkan.

Sayangnya, sinkronisasi tindakan dan kontribusi itu tidak terjadi, sehingga pelbagai aksi dan kegiatan memberi dampak yang bukan hanya tidak signifikan, tapi justru berbalik sebagai ‘counter effect’. (aim)

tag: #kesehatan  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Ragam Lainnya
Ragam

Film Buya Hamka Luar Biasa, Wajib Ditonton dan Perlu

Oleh Abdullah Al Faqir/Adang Suhardjo
pada hari Sabtu, 29 Apr 2023
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Ketika saya menerima undangan dari Chandra Tirta W saat itu saya sedang di Bandung, dan saya mempercepat kepulangam ke Jakarta dari rencana sebelumnya akan pulang hari ...
Ragam

Abdul Wachid Gelar Acara Bukber dan Santunan Bersama 1000 Anak-anak Yatim dan Piatu

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)- Anggota DPR RI dari fraksi partai Gerindra, Abdul Wachid mengadakan acara buka bersama dan santunan bagi seribuan anak-anak Yatim dan Piatu di kediamannya. Rangkaian ...