Berita
Oleh M Anwar pada hari Senin, 26 Feb 2018 - 12:05:00 WIB
Bagikan Berita ini :

Marak OTT, Bambang Soesatyo Ingin Pemimpin Dipilih DPR dan DPRD

55676613_720.jpg
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR Bambang Soesatyo. (Sumber foto : dok istimewa)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) -- Ketua Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR Bambang Soesatyo menyebut model demokrasi dengan pemilihan langsung menjadi salah satu penyebab maraknya praktik korupsi oleh kepala daerah atau calon kepala daerah.

“Kalau sekarang hampir tiap hari kita dengar ada OTT (operasi tangkap tangan) kepala atau calon kepala daerah, itu bukan hal yang aneh,” ujar Bambang di sela peresmian Gedung Grha Suara Muhammadyah di Yogyakarta, Minggu (25/2/2018) kemarin.

Menurut Bambang maraknya OTT kepala daerah merupakan harga yang harus ditebus akibat pilihan sistem demokrasi langsung. Bambang merinci perkiraan ongkos politik yang dibutuhkan untuk maju ke pilkada.

Calon wali kota/bupati, kata Bambang, minimal harus mempersiapkan dana Rp 100-150 miliar. Sedangkan untuk pemilihan gubernur ongkosnya berkisar Rp 200-500 miliar. Adapun calon presiden, menurut Bambang, minimal punya modal Rp 1 triliun. “Ini mendorong para calon berkompromi pada para pemilik modal,” ujarnya.

Padahal, ujar Bambang, pusat modal atau perekonomian Indonesia hanya dikuasai oleh segelintir orang. “Bisa dibayangkan, jika kondisi terus demikian Indonesia ke depan akan dikuasai orang-orang itu (pemilik modal), baik secara langsung maupun tidak,” ujarnya.

Bambang mengajak pemerintah dan organisasi masyarakat seperti Muhammadyah untuk mengevaluasi lagi manfaat pemilihan langsung itu. “Tapi jika kita amandemen lagi UU Pemilihan Kepala Daerah ini (kembali bukan pemilihan langsung) katanya kemunduran demokrasi,” ujarnya.

Bambang mengaku pernah menyampaikan keinginan meninjau kembali pemilihan langsung itu kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sehingga bisa kembali dilakukan DPR/DPRD. “Dengan anggota DPRD yang hanya 60 orang, tentu lebih mudah pengawasannya jika semua disadap,” ujarnya.

Namun, kata Bambang, masyarakat justru senang karena pilkada langsung ini identik dengan bagi-bagi uang. “Kalau calonnya tidak punya uang, akan dimodali pemilik modal asal dengan catatan di bawah kendali pemilik modal,” ujarnya.

Bambang Soesatyo yakin tabiat pemilik modal tak mau selamanya memasang pion atau membiayai calon yang didukungnya. Suatu saat para pemilik modal pasti mencalonkan dirinya sendiri karena merasa memiliki modal besar.

“Kalau begini terus kekayaan tanah kita lama-lama beralih ke pemilik modal, dan rakyat tinggal di pinggiran, ” ujarnya. (aim)

tag: #bambang-soesatyo  #dpr  #dprd-dki  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Berita Lainnya
Berita

MK Jamin Tak Ada Deadlock saat Pengambilan Keputusan Sengketa Pilpres

Oleh Sahlan Ake
pada hari Kamis, 18 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mahkamah Konstitusi (MK) menjamin tidak akan ada deadlock dalam pengambilan putusan sengketa Pilpres 2024. Saat ini, Hakim Konstitusi masih melaksanakan rapat ...
Berita

Pemprov DKI Jakarta Apresiasi Bank DKI Penyumbang Dividen Terbesar

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Pemprov DKI Jakarta melalui Kepala Badan BP BUMD Provinsi DKI Jakarta, Nasruddin Djoko Surjono menyampaikan apresiasi atas kontribusi Bank DKI sebagai Badan Usaha Milik ...