Berita
Oleh ferdiansyah pada hari Rabu, 14 Mar 2018 - 14:38:50 WIB
Bagikan Berita ini :

Lemhannas: Parpol Tidak Siap Cetak Kader Berkualitas

89AgusWidjojo.jpg
Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo (Sumber foto : ist)


JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)--Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo, mengatakan partai politik tidak siap untuk mencetak kader berkualitas sebagai calon pemimpin masa depan. Padahal sosok pemimpin berkualitas sangat dibutuhkan untuk ketahanan nasional.

"Partai belum sadar mengapa mereka kalah dan mengapa tidak ada figur baru untuk dicalonkan. Akibatnya, calon peserta pemilu diambil dari kader baru luar partai atau yang ada dalam incumbent untuk zona nyaman," kata Agus pada acara Forum Komunikasi Pimpinan Lemhannas RI dengan Pemimpin Redaksi Media Massa, bertema "Tantangan Pengelolaan Ketahanan Nasional Menghadapi Pilkada 2018", di Gedung Lemhannas, Jakarta, Rabu (14/3/2018).

Menurut dia, parpol tidak menggunakan waktu lima tahun dengan baik untuk mengonsolidasikan kader.Kondisi itu membuktikan bahwa selama ini tidak ada perubahan dari sisi keseriusan partai politik untuk menjalankan salah satu fungsinya, yakni melakukan rekrutmen politik.

"Parpol masih begitu-begitu saja. Akhirnya saat mendekati pemilu kesulitan karena tidak punya kader. Partai masih belum sadar melakukan introspeksi mengapa tidak bisa menampilkan kader-kader dalam menghadapi pemilu," ucap Agus.

Akibat minimnya upaya rekrutmen politik, tidak heran calon pemimpin yang muncul itu-itu saja, baik dalam perhelatan demokrasi Pilkada maupun Pilpres. Minimnya kader berkualitas juga mengakibatkan Indonesia sulit untuk mengembangkan diri.

Ia mencontohkan, pada Pilpres 2014, seluruh partai politik peserta pemilu hanya memunculkan dua calon presiden dan wakil presiden. Kondisi yang sama besar kemungkinannya juga akan terjadi di Pilpres 2019.

Agus mengingatkan, munculnya dua calon di Pilpres 2014 sudah cukup untuk membelah masyarakat dan hingga kini memunculkan kelompok-kelompok fanatik di tengah masyarakat. Kondisi yang sama, kemungkinan besar juga akan terjadi di 2019.

"Jika hanya muncul dua calon, masyarakat kita bisa terbelah seperti yang terjadi di 2014. Muncul kelompok-kelompok fanatik yang berlangsung sampai saat ini," ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Agus mengatakan, masih maraknya Operasi Tangkap Tangan (OTT) yang dilakukan aparat penegak hukum juga merupakan bukti nyata masih mahalnya ongkos berpolitik di Indonesia, sehingga terjadinya politik uang.

"Masih maraknya kasus OTT dapat menjadi indikator masih maraknya politik uang di Indonesia. Juga membuktikan masih mahalnya biaya politik, sistem pendanaan parpol masih belum jelas. Kita masih lambat untuk belajar hakekat politik," ujarnya.(plt/ant)

tag: #pilkada-serentak-2018  #pilpres-2019  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
AMIN BANNER 01
advertisement
AMIN BANNER 02
advertisement
AMIN BANNER 03
advertisement
AMIN BANNER 04
advertisement
AMIN BANNER 06
advertisement
AMIN BANNER 08
advertisement
Berita Lainnya
Berita

Kini Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di ATM BRI

Oleh Sahlan Ake
pada hari Kamis, 28 Mar 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Bank DKI kembali menunjukkan komitmennya dalam memberikan layanan terbaik kepada nasabah khususnya dalam layanan digital. Melalui kerja sama dengan PT Jalin Pembayaran ...
Berita

DPR Sahkan RUU Daerah Khusus Jakarta Jadi UU

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --DPR RI resmi mengesahkan Rancangan Undang-Undang Daerah Khusus Jakarta (RUU DKJ) menjadi Undang-Undang (UU). Pengesahan dilakukan pada Rapat Paripurna DPR RI ke-14, di ...