Opini
Oleh Samuel Lengkey (Advokat, Dir. Eks. Jaringan Analisis Strategis) pada hari Kamis, 19 Apr 2018 - 07:20:20 WIB
Bagikan Berita ini :

Pertemuan Prabowo dan Luhut Binsar Panjaitan di Grand Hyatt (I)

29Samuel-Lengkey.jpg.jpg
Samuel Lengkey (Sumber foto : Istimewa)

Ada teman yang minta pendapat, kira-kira apa yang dibicarakan Prabowo (08) & Luhut Binsar Panjaitan (LBP) saat bertemu di Hotel Grand Hyatt pada Jumat 6 April 2018?

Banyak pendapat mengatakan, pertemuan saat itu digagas LBP sendiri, karena persahabatan mereka sejak muda dinas di kesatuan elit TNI AD Kopassus, dimana kedua Jenderal ini memiliki peran besar dalam mengembangkan Sat-81 Gultor. LBP saat itu adalaha Komandan grup ini dan Prabowo menjadi wakilnya. Inilah persahabatan dan interaksi mereka di Militer, kemudian dilanjutkan dalam usaha bisnis bersama yakni Kiani Kertas yang dianggap bermasalah sampai sekarang. Tapi, ternyata dalam beberapa tulisan yang tersebar di media, PT Kiani Kertas memang sudah bermasalah sejak awal didirikan, sebelum dibeli Prabowo dan Luhut Binsar Panjaitan untuk dikembangkan secara bersama.

Mungkin saja LBP yang meminta bertemu (mungkin karena sudah lama tidak ketemu, sama-sama sibuk, udah kangen ketemu sahabatnya, ngak mau dibuat konflik oleh berita-berita media) untuk bicara hal-hal ringan. Tapi sebagai sahabat lama, tentunya sudah saling paham kelebihan dan kekurangan masing-masing, sudah tahu tempramental sahabatnya. Keduanya memiliki kecerdasan dan tingkat emosi yang tinggi, jika mengomentari isu tertentu, namun memiliki solidaritas yang sangat tinggi kepada sahabatnya. Tidak heran sampai saat ini, baik LBP dan 08 tetap memiliki kelompok pendukung loyalis purnawirawan. Mereka memang memiliki banyak persamaan, namun selalu berbeda dalam pilihan politik dan poros kekuasaan.

LBP bukan seperti jenderal-jenderal yang lain, yang bisa kita baca di media, dimana pernyataan-pernyataannya para purnawirawan itu menghina Prabowo saat berdinas di tentara, bahkan menumpahkan seluruh kesalahan sejarah masa lalu terkait kerusuhan 1998 dan penculikan para mahasiswa ke Prabowo. Padahal banyak orang tahu kekuasaan ABRI yang ketat dan tegas dalam jenjang tugas dan kepangkatan militer. Prabowo hanyalah seorang perwira tinggi berbintang 3 dipundaknya dan diatasnya masih ada Kasad dan Panglima ABRI bintang 4, yang diberi tanggung jawab oleh Presiden dan konstitusi untuk mengamankan negara dan rakyat. Kekuasaan Panglima ABRI juga dibawah arahan Presiden sebagai pemegang mandat rakyat & MPR untuk menjalankan pemerintahan.

Kekuatan Suharto sangat menakutkan, dia mengendalikan kekuatan militer, pemegang perintah terttingi dalam semua keputusan militer, semua kekuatan partai politik ada ditangan dia, mengendalikan semua elit politik, dia mampu mensentralisasi partai politik dengan mengumpulkan dalam 3 kekuatan yakni Golkar, dimana TNI berada didalamnya untuk mengamankan kebijakan Presiden, kemudian PPP sebagai rumah para pemilih berbasis agama islam dan PDIP yang dianggap sebagai poros kekuatan politik warisan orde lama, yakni para pengagum Bung Karno dan aliran sosialis. Semua kekuatan politik itu dibawah kendali Presiden. Kekuasaan Suharto meyebar sampai di pelosok Indonesia terpencil, ibarat bau kentut di lapangan sepak bola, oleh kekuatan intelejen, orang yang kentut dikerumunan ribuan yang riuh sekalipun, orang yang kentut bisa ditemukan.

Lalu kenapa para jenderal bintang 4 saat itu membuang kesalahan sejarah kepada Prabowo???

Tidak heran, diantara semua jenderal yang menghina dan menyerang Prabowo, kita tidak pernah menemukan kalimat-kalimat itu keluar dari mulut LBP. Ada beberapa kemungkinan, LBP tahu siapa yang melakukan operasi itu, dia tahu siapa yang memerintahkannya dan kepada siapa yang akan dilimpahkan kesalahannya nanti, karena operasi itu untuk membungkam sikap kritis para aktivis dan mahasiswa.

Kembali ke pertemuan 08 dan LBP di Grand Hyatt.
Kira-kira apa isi pertemuan dua sahabat karib, baik di militer dan bisnis itu? Apakah perbedaan politik, persahabatan yang sudah sejak muda akan terpisah? Faktanya mereka masih ketemu, bahkan dalam beberapa kali wawancara, LBP bilang suka SMSan dengan 08. Artinya perbedaan pandangan politik dan pertentangan poros kekuasaan, tidak membuat persahabatan mereka berakhir.

Sebagai sesama temen lama, kira-kira apa pertemuan mereka? Apa isi pembicaraan mereka saat makan dan ngopi?

Banyak pengamat bilang, LBP mengusulkan agar 08 dapat menjadi cawapresnya Jokowi di Pilpres 2019. Alasan itu masuk akal, mengingat konflik politik yang dimulai dari Koalisi Merah Putih (KMP) dan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) sejak 2014, mengakibatkan rakyat Indonesia terbelah menjadi dua, yakni pendukung Jokowi dan Pendukung Prabowo. Keterbelahan rakyat ini terbawa terus dalam Pilkada DKI Jakarta 2017. Para pendukung Jokowi terkonsentrasi di barisan Cagub Ahok dan pendukung Prabowo terkumpul di barisan cagub Anies. Mungkin ini salah satu alasan pihak think thank (tim konseptor) istana mengusulkan 08 menjadi pendamping Jokowi di Pilpres 2019. Dalam pikiran istana, jika disatukan kekuatan pendukung Prabowo dan Pendukung Jokowi, maka usulan ini, akan mencegah perpecahan ditengah rakyat yang semakin tajam.

Saya kira Jokowi dan think thanknya paham kedekatan 08 dan LBP, namun kita mesti telusuri lebih lanjut apakah ini pikiran Jokowi sendiri, usulan think thanknya, atau memang ini hanyalah inisiatif LBP sebagai kawan 08 yang hanya ingin bertemu saja. Karena dibalik pertimbangan pihak-pihak yang berkepentingan, mereka memiliki motif sendiri hingga terjadinya pertemuan 08 dan LBP di Grand Hyatt.

Jika ini usulan Jokowi, saya kira ini menyangkut cawapresnya di 2019, karena Jokowi semakin sadar dan kuatir akan elektabilitasnya yang semakin turun, kondisi ekonomi rakyat yang semakin sulit, kepercayaan masyarakat kepada dia mulai hilang, dan semuanya itu berakibat pada tingkat keterpilihannya nanti di 2019. Jika kondisi ini berlanjut, maka Jokowi akan gagal menjadi presiden di 2019, maka satu-satunya opsi penyelamatan kursi Presiden Jokowi di Pilpres 2019 adalah meminta Prabowo menjadi calon wakil presidennya. Mungin pikiran sederhana Jokowi adalah pendukung Prabowo dan Pendukung Jokowi akan menyatu. Siapapun kandidat Presiden melawan mereka pasti kalah.

Ini salah satu bentuk fiksi Jokowi dimasa depan, salah satu imajinasi sederhana untuk memenangkan kursi Presiden di Pilpres 2019. Namun, Jokowi harus diingatkan, bahwa masyarakat pemilih lebih rasional dalam memilih Presiden di 2019. Karena dalam pilihan politik, masyarakat yang kecewa tak akan pernah memilih lagi calon yang sama. Pemilih punya kedaulatan atas pilihannya dan pilihannya tergantung dari penilaiannya, jika rakyat sudah kecewa, tak ada satu kekuatanpun yang mampu memulihan kekecewaan itu. Karena kekecewaan itu adalah akumulasi dari sikap marah, merasa dihianati, dibohongi, disepelekan, tidak dihargai, dulu dipuja, diberikan harapan sangat besar, tapi tidak sesuai seperti yang dijanjikan dan diharapkan. Kitapun dalam kehidupan sehari-hari sulit memulihkan kepercayaan dari orang yang telah mengecewakan kita, karena hati kita terluka. Apalagi ini pilihan politik.

Memasangkan Jokowi dan Prabowo sebagai kandidat Presiden 2019, melawan kotak kosong atau kandidat lain, itu namanya melawan kekecewaan publik. Justru Prabowo akan kehilangan orang-orang yang mengidolakannya, atau orang-orang yang mengharapkannya untuk membawa kesejahteraan ekonomi dan kedaulatan Indonesia nanti. Jika mereka dipasangkan, maka rakyat sebagai pemilik kedaulatan akan meninggalkan Prabowo karena dikecewakan. Prabowo dan Jokowi akan menghadapi masalah yang sama, yakni kekecewaan dan harapan.

Pemilih yang kecewa dengan Jokowi akan mengalihkan pilihannya ke Prabowo, artinya dia menaruh harapan baru kepada Prabowo. Namun, jika Prabowo dipasangkan dengan Jokowi, maka Prabowo akan berhadapan dengan pemilihnya yang mengidolakannya. Prabowo akan mengecewakan mereka yang berharap dia menjadi Presiden untuk memberikan ketenangan dan kesejahteraan dimasa depan, serta memupus harapan baru. Akibatnya prabowo akan ditinggalkan pemilihnya dan mereka yang kecewa dengan Prabowo akan mencari kandidat Presiden alternative, selain Jokowi Prabowo. Pilihan ini tentu akan memenangkan kandidat capres lainnya. Ini sama saja menjebak dan menjerumuskan kemballi Prabowo dalam kegagalan dan kesalahan.

Fiksi pasangan Jokowi Prabowo sebagai pasangan capres dan cawapres memang kelihatan indah, karena imajinasi atau bayangan tentang bersatunya kekuatan pendukung Jokowi dan pendukung Prabowo, serta membuat Indonesia bersatu. Wacana ini juga memang sangat ideal dan kelihatan seperti ide yang mampu menyelamatkan Indonesia dalam perpecahan dan konflik. Tentunya ini bisa menjadi senjata ampuh untuk memabngkitkan nasionalisme Prabowo dan ini memang kelemahan Prabowo. Jika menyangkut keselamatan bangsa, dia mau berkorban untuk bangsa, tapi Prabowo lupa bangsa ini dipimpin oleh orang-orang yang tidak seideal pemikirannya.

Pendapat lain yang mengemuka adalah tiket Pilpres dari Prabowo dan Gerindra akan diserahkan ke orang lain. Dalam politik, pilihan politik itu bisa saja terjadi, tapi Prabowo akan berhadapan dengan Pengurusnya sendri mulai dari DPP sampai pengurus anak ranting, ormas-ormas loyalis prabowo. Keputusan itu membuat Prabowo berpotensi berhadapan dengan pemberontakan dari pengurus partainya sendiri. Maka, Gerindra akan mengalami perpecahan, tentunya ini akan memudahkan lawan politik untuk meraih simpati pemilih Prabowo, karena pemilih akan mengalihkan pilihan politiknya ke partai lain dan kandidat Presiden lainnya. Ini juga bisa membuat Gerindra tersingkir di parlemen, karena pemberontakan pengurusnya yang menolak sikap Prabowo yang akan memberikan tiket Presiden ke orang lain.

Jadi, apakah isi pembicaraan 08 dengan LBP di Grand Hyatt itu bicara pilpres, capres, cawapres atau hanya temu kangen?

Atau apakah dalam pembicaraan mereka berdua saling berbagi informasi tentang kriteria Capres dan Cawapres masing-masing?

atau sambil bercanda LBP mengeluhkan kondisi politik istana saat ini, keadaan Jokowi yang tertekan akibat para ketua umum partai politik pendukungnya banyak mengatur keputusan presiden dalam menjalankan pemerintahan.

Atau LBP banyak mengeluhkan masalah dan persaingan diantara cawapres Jokowi, yang berasal dari partai pendukungnya, sehingga LBP harus berbagai kegelisahannya dengan sahabatnya itu?(*)

TeropongKita adalah media warga. Setiap opini/berita di TeropongKita menjadi tanggung jawab Penulis

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #prabowo-subianto  #luhut-binsar-pandjaitan  #pilpres-2019  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
AMIN BANNER 01
advertisement
AMIN BANNER 02
advertisement
AMIN BANNER 03
advertisement
AMIN BANNER 04
advertisement
AMIN BANNER 06
advertisement
AMIN BANNER 08
advertisement
Opini Lainnya
Opini

In Prabowo We Trust" dan Nasib Bangsa Ke Depan

Oleh Syahganda Nainggolan
pada hari Kamis, 28 Mar 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidatonya kemarin di acara berbuka puasa bersama, "Partai Demokrat bersama Presiden Terpilih", tanpa Gibran hadir, kemarin, ...
Opini

MK Segera saja Bertaubat, Bela Rakyat atau Bubar jalan

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mahkamah Konstitusi (MK) segera bertaubat. Mumpung ini bulan Ramadhan. Segera mensucikan diri dari putusan-putusan nya yang menciderai keadilan masyarakat.  Di ...