JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Partai Gerindra menyambut positif inisiatif Jokowi bertemu dengan Presedium Alumni (PA) 212.
PA 212 merupakan kelompok yang berada di garda terdepan dalam menyukseskan Pilkada DKI Jakarta 2017 yang diusung Gerindra dan PKS, dan diback up total dengan aksi 212 dari seluruh Indonesia.
Namun, Waketum Gerindra, Fadli Zon menilai pertemuan tersebut sebagai pertemuan untuk kepentingan Pilpres 2019.
“Kalau mau bertemu (Silaturrahmi) seharusnya dari dulu. Jangan menjelang Pilpres 2019 ini,” ucap Wakil Ketua DPR RI itu di Kompleks Parlemen, Senayan Jakarta, Rabu (25/4/2018).
Fadli menilai, pertemuan itu sedikit terlambat dan dirinya pun mengklaim mengetahui isi pertemuan tersebut. Diantaranya, membicarakan masalah Pilpres 2019, janji-janji Jokowi untuk tidak mengkriminalisasi ulama dan tokoh yang terlibat Aksi 212.
“Seperti kriminalisasi yang terjadi pada Alfian Tanjung, Jonru Ginting, Asma Dewi, Ahmad Dhani, Rachmawati, Al Khaththath dan lain-lain. Itu yang saya baca informasinya, mempertanyakan kenapa dulu berjanji menghentikan kriminalisasi, tapi kasus-kasus itu masih berlanjut,” katanya.
Menurut Fadli, janji Jokowi itu bagus. Hanya saja, tidak sesuai dengan fakta di lapangan.
Meski demikian, kata dia, pertemuan dengan PA 212 itu sebagai langkah yang bagus bagi Jokowi. Sebab, kedua belah pihak bisa saling menjelaskan soal permasalahan yang selama ini terjadi.
"Jadi, yang namanya dialog itu sangat bagus. Apalagi bisa disampaikan secara langsung, dijawab juga secara langsung, itu bagus-bagus saja. Saya yakin itu nanti akan dijelaskan oleh PA 212," pungkasnya. (Alf)