Opini
Oleh Muhammad E Irmansyah (ISDT-Institute for Studies and Development of Thought) pada hari Senin, 30 Apr 2018 - 11:53:49 WIB
Bagikan Berita ini :

SMI, Menggantang Asap?

95Muhammad-E-Irmansyah.jpg.jpg
Muhammad E Irmansyah (Sumber foto : Istimewa)

Sri Mulyani Indrawati, menteri keuangan yang terlanjur di beri label menteri keuangan terbaik dunia itu beberapa waktu yang lalu mengatakan bahwa pelemahan rupiah akan perkuat daya saing.

Menurut saya statemen seperti itu hanyalah statemen seorang dosen kepada mahasiswanya. Itupun statemen monolog tanpa ada dialog di ruang kelas kuliah mata pelajaran yang berkaitan dengan perdagangan internasional. Nampaknya Menteri Keuangan "terbaik" ini perlu banyak dialog dengan para ekonom lainnya. Jangan mengunci diri duduk diatas menara gading.

Pelemahan rupiah perkuat daya saing ekspor harus disertai dengan beberapa syarat. Harus dilihat juga komposisi ekspor dan impor dan kecenderungannya. Pertanyaannya, apakah sebaiknya rupiah melawan USD untuk menguat? Atau mengikuti arus melemah?

Trend pelemahan nilai tukar tidak hanya semata-mata karena membaiknya data perekonomian AS saja yang kemudian mengakibatkan investor pindahkan asetnya ke USD. Tekanan terhadap rupiah akibat pelebaran defisit fiskal AS, reformasi perpajakan AS yang akibatkan ekspektasi kenaikan suku bunga THE FED dan lain-lain, tetapi juga karena tidak adanya inovasi dalam kebijakan tepat guna ekonomi yang disesuaikan dengan situasi medan lapangan hari ini.

Memang banyak negara yang sengaja lemahkan DOLLAR nya dengan maksud tertentu. Contohnya: Jepang, pelemahan nilai tukar "by design" ini merupakan dampak dari pertumbuhan ekonomi Jepang yang terus melambat sebagai akibat konsumsi domestiknya rendah.

Jepang kemudian andalkan ekspor sebagai basis pertumbuhan ekonomi mereka walaupun ini bersifat temporer. Dengan melemahnya nilai tukar diharapkan barang "MADE IN JAPAN" akan jadi lebih kompetitif dan akan memberikan pendapatan lebih bagi eksportir sehingga pertumbuhan ekonomi yang berasal dari ekspor diharapkan dapat terlaksana sesuai rencana.

Karakteristik ini sepintas lalu nampaknya cocok dengan Indonesia yang memiliki tujuan untuk turunkan IMPOR. Masyarakat Indonesia yg berada pada kategori "middle income", memiliki kecenderungan yang tinggi untuk konsumsi. Kemudian konsumsi ini ternyata sampai saat ini masih dipenuhi dengan barang impor yang tidak diimbangi dengan perbaikan ekspor.

Untuk kurangi tingginya impor agaknya pelemahan nilai tukar akan membuat harga barang impor menjadi mahal. Cara lain, pemerintah terapkan aturan terkait pembatasan impor, tapi hal ini timbulkan kelangkaan barang dan sebabkan instabilitas harga barang dan akhirnya pengaruhi inflasi dan perekonomian Indonesia.

Tugas pemerintah adalah harus dapat mensubstitusi barang-barang yang di konsumsi masyarakat dari impor tadi melalui SUPPLY dari dalam negeri. Masalah yang utama saat ini adalah, banyak 'raw material' untuk ekspor tadi justru harus di impor. Padahal 60% bahan baku kita masih diimpor, tentu kita harus cari penggantinya, ada 3 produk bahan baku yang paling tinggi yakni suku cadang otomotif, baja dan baja terapan dan petrokimia.

Sebagai contoh dalam industri otomotif, komponen impor lebih banyak dari komponen lokal. Satu lagi contoh dalam industri tekstil, kapas 100% harus impor karena kapas Indonesia tidak memenuhi syarat untuk tekstil kwalitas tertentu, karena hanya bisa untuk produk tertentu dengan kwalitas rendah rendah saja.

Industri benang Polyester sebagai bahan lain dari tekstil juga impor, dan sudah lama kalah dari Cina. Semua mesin mesin industri tekstil impor, kita tidak pernah mampu memproduksi mesin industri sendiri. Sementara industri tekstil Indonesia saat ini hanyalah sebagai tukang saja (upah saja), walaupun membutuhkan tenaga kerja banyak (labor intensive). Jadi sama sekali tidak benar jika SMI beranggapan bahwa pelemahan mata uang rupiah akan memperkuat posisi ekspor.

Artinya, opsi pelemahan rupiah ini untuk sementara waktu hanya tinggal angan-angan, mungkin nanti. Tapi bukan untuk saat ini!

Pelemahan RUPIAH saat ini menurut saya, merugikan. Karena jika saat ini pemerintah lakukan intervensi dengan menggunakan cadangan, maka akhirnya sia-sia.

Hal yang penting lagi adalah bahwa berbeda antara strategi pelemahan rupiah dengan pelemahan rupiah akibat TEKANAN (atau todongan) dan sebagai akibat salah mengambil kebijakan. Yang disalahkan koq orang luar? Buruk muka, cermin dibelah.

Nampaknya pemerintah khususnya Menteri Keuangan sudah mulai panik karena mulai tidak fokus terhadap prioritas WHAT TO DO! Padahal banyak sekali tindakan inovatif dan kreatif yang bisa dia lakukan, ketimbang mengelabui rakyat bahwa pelemahan rupiah dapat meningkatkan ekspor.(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #sri-mulyani  #utang-pemerintah  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Kode Sri Mulyani dan Risma saat Sidang MK

Oleh Anthony Budiawan - Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies)
pada hari Kamis, 18 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Sri Mulyani (dan tiga menteri lainnya) dimintai keterangan oleh Mahkamah Konstitusi pada 5 April yang lalu. Keterangan yang disampaikan Sri Mulyani banyak yang tidak ...
Opini

Tersirat, Hotman Paris Akui Perpanjangan Bansos Presiden Joko Widodo Melanggar Hukum: Gibran Dapat Didiskualifikasi?

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --1 April 2024, saya hadir di Mahkamah Konstitusi sebagai Ahli Ekonomi dalam sidang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum 2024. Saya menyampaikan pendapat Ahli, bahwa: ...