JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Koordinator Investigasi Center for Budget Analysis (CBA), Jajang Nurjaman menyayangkan langkah Kementerian Agama (Kemenag) yang melalui Sekjen Kemenag merilis 200 penceramah yang dianggap kredibel.
Menurutnya, dengan adanya list tersebut, para mubaligh di luar nama-nama itu secara tidak langsung telah dikucilkan atau diabaikan eksistensinya oleh Negara.
“Ini sangat disayangkan, mengingat di Negeri ini terdapat puluhan bahkan ratusan ribu penceramah yang layak diakui Negara,” ujar Jajang di Jakarta, Senin (21/5/2018).
Dalam hal ini, Jajang juga menilai bahwa pemerintah juga memiliki selera yang sama di dalam menentukan pemenang proyek pemeliharaan gedung atau cleaning service di Kementerian Agama.
Di mana setiap tahun proyek pemeliharaan gedung atau cleaning service selalu dimenangkan oleh PT Aldira Mitra Sejati yang beralamat di Jl. Matraman 30E, Menteng Square AR15 - Jakarta Pusat.
“Proyek Cleaning service yang dijalankan setiap tahun guna membersihkan najis yang menempel di gedung kementerian agama, idealnya memberikan kesejukan bagi para penghuninya sehingga bisa menjalankan amanah umat sebaik-baiknya. Namun apa lacur kebijakan yang ke luar justru menimbulkan kekecewaan umat dan bikin gaduh, yakni kebijakan diterbitkannya list 200 penceramah,” tuturnya.
Jajang menjelaskan, bahwa anggaran yang dihabiskan untuk Proyek pemeliharaan gedung atau cleaning service gedung jika diakumulasikan selama 3 tahun dari 2016 sampai 2018 mencapai Rp 17.024.145.325.
“PT Aldira Mitra Sejati bisa dibilang sangat beruntung sama halnya dengan 200 penceramah yang kebetulan masuk list Kemenag,” sindirnya.
Jajang menambahkan, jika PT Aldira Mitra Sejati beruntung karena menjadi langganan proyek Sekjen Kemenag dan mendapatkan belasan miliar, maka 200 peneceramah yang masuk list juga dapat untung karena secara tidak langsung dibantu dipromosikan oleh Sekjen Kemenag.
“Lain lagi dengan ratusan perusahaan yang digugurkan Sekjen Kemenag dalam proses lelang meskipun ada beberapa yang layak karena menawarkan harga yang efisien, nasibnya sama dengan ratusan ribu penceramah yang sebenarnya juga layak masuk list kemenag namun diabaikan,” imbuhnya.
Jajang menilai arogansi Sekjen Kemenag ini, selain menimbulkan kekecewaan umat, CBA juga mencatat adanya potensi kerugian negara terkait Proyek Cleaning service sebesar Rp 723 juta. Hal ini disebabkan karena dugaan persaingan dalam lelang proyek yang tidak sehat, selain itu nilai proyek yang diajukan PT Aldira Mitra Sejati sebenarnya kelewat mahal jika dibandingkan penawar lainnya.
Jajang mencontohkan Jasa cleaning service di tahun 2018 harga yang diajukan PT Aldira Mitra Sejati sebesar Rp 6,7 miliar, dimana angka ini jauh lebih mahal jika dibandingkan tawaran PT. Mitracom Solusindo senilai Rp 6,6 miliar.
Oleh karena itu, CBA menyarankan Kementerian agama jika lebih baik yang difokuskan adalah membuat kurikulum yang isi ceramah terkait mana yang boleh disampaikan kepada publik dan mana yang tidak boleh. Bukan malah sibuk ngurusin daftar penceramah yang hanya menimbulkan kegaduhan.
“Saya juga menyarankan agar menteri agama Lukman Hakim Saifuddin mengawasi kinerja anak buahnya jangan sampai ada uang negara yang diam-diam diembat oknum tidak bertanggung jawab di kementerian yang dipimpinnya,” pungkasnya. (Alf)
