JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)--Pasangan calon Gubernur Kalimantan Barat (Kalbar) Sutarmidji-Ria Norsan mengungguli para pesaingnya jelang Pilkada Kalbar 27 Juni 2018 mendatang.
Hal itu berdasarkan temuan survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA yang dilakukan pada 8-14 Juni 2018 dengan responden sebanyak 600 dipilih berdasarkan multi stage random sampling dan margin of error plus minus 4 persen. Rilis tersebut digelar di Hotel Aston, Pontianak, Jumat (22/6/2018).
"Saat ini elektabilitas pasangan Sutarmidji-Ria Norsan diangka 48,5 persen, diikuti pasangan Karolin Margaret Natasa-Suryadman Gidot dengan elektabilitas sebesar 30,0 persen dan terakhir pasangan Milton Crosby-Boyman Harun dengan angka sebesar 7,2 persen," beber peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfaraby dalam siaran persnya, Sabtu (23/6/2018).
Adjie menerangkan, dari simulasi pertanyaan tertutup, masih terdapat 14,3 persen yang belum menentukan pilihan. Jika angka mereka yang belum menentukan pilihan (undecided voters) dibagi habis secara proporsional ke ketiga kandidat maka elektabilitas masing-masing kandidat mengalami tambahan dukungan secara proporsional.
"Elektabilitas pasangan Sutarmidji-Norsan menjadi 56,6 persen, elektabilitas Karolin-Gidot menjadi 35,0 persen, dan elektabilitas Milton-Boyman menjadi 8,4 persen," urainya.
LSI Denny JA, tambah Adjie, menemukan tiga alasan mengapa pasangan Sutarmidji-Norsan berpeluang menang. Pertama, pasangan Sutarmidji-Norsan merupakan pasangan yang paling disukai atau paling tinggi tingkat akseptabilitas.
Dari mereka yang menyatakan kenal dengan Sutarmidji, sebesar 78,80 persen menyatakan suka dengan Sutarmidji. Sementara mereka yang menyatakan suka dengan Karolin sebesar 69,70 persen, dan yang menyatakan suka dengan Milton sebesar 67,0 persen. Sementara pasangan wakilnya Sutarmidji, Ria Norsan juga paling tinggi tingkat kesukaannya yaitu sebesar 74,0 persen.
Kedua, Sutarmidji dipersepsikan sebagai calon gubernur yang paling bersih dari korupsi.
Ketiga, resistensi publik terhadap politik dinasti. Sebesar 51.0 % publik Kalimantan Barat menyatakan bahwa majunya Karolin Margaret Natasa sebagai gubernur dinilai kurang pantas/tidak pantas sama sekali, karena dianggap sebagai upaya petahana, Cornelis melanggengkan kekuasaanya melalui keluarga.
"Dan hanya sebesar 21.5 % yang menyatakan hal itu pantas, karena hak demokrasi Karolin," tutup Adjie.(yn)