Berita
Oleh Syamsul Bachtiar pada hari Jumat, 20 Jul 2018 - 02:12:30 WIB
Bagikan Berita ini :

PDIP: Tak Relevan Membandingkan Melemahnya Rupiah Sekarang dengan Zaman Orba

89ihsg-makin-ambruk-rupiah-sesi-i-dekati-level-rp13-600-usd-Ejl.jpg.jpg
Ilustrasi (Sumber foto : Ist)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Politikus PDIP, Adian Napitupulu angkat bicara terkait banyaknya ppihak yang menyebut saat ini Dollar sudah menyamai kegentingan seperti 20 tahun lalu jelang kejatuhan Orde Baru era Presiden Soeharto.

Adian menjelaskan bahwa nilai tukar Dollar di akhir Agustus 1997 berada di kisaran 1 USD senilai Rp 2.500. Sementara pada saat yang sama, UMR (Upah Minumum Regional) DKI ditetapkan Rp 172.500 per bulan atau sekitar 69 USD per bulan.

Dimana dalam waktu tidak lebih dari 10 bulan dari jelang akhir Agustus 1997 hingga rentang Januari - Juli 1998 nilai tukar Dollar merayap naik lalu melonjak mendekati Rp 16,800.

“Di saat Dollar menyentuh Rp 16.800 itu UMR DKI ada di angka Rp 192.000 per bulan atau satu bulan UMR setara dengan 11,4 USD. Dari 1997 ke 1998 kenaikan UMR hanya Rp 20.000 atau sekitar 13% sementara kenaikan nilai Dollar mencapai 600%,” ujar Adian kepada wartawan di Jakarta, Kamis (18/7/2018).

Anggota Komisi VII DPR RI ini menjelaskan, bedasarkan data tersebut, maka turunnya daya beli masyarakat saat jelang Reformasi memang sangat tajam. UMR 1997 yang setara dengan 69 USD di tahun 1998 terjun bebas menjadi setara dengan 11,4 USD.

“Situasi ini di sisi lain juga membuat banyak perusahaan gulung tikar dan diikuti PHK massal,” tuturnya.

Menurutnya, apabila situasi di era pemerintahan Soeharto dibandingkan dengan era pemerintahan Jokowi. Dimana pada saat Jokowi dilantik menjadi Presiden, Oktober 2014 nilai tukar Dollar berada di kisaran Rp 12.200,- pada saat yang sama UMR DKI berada di angka Rp 2.441.000 per bulan.

“Artinya di bulan Oktober 2014 UMR DKI setara dengan 200 USD,” tuturnya.

Adian melanjutkan, pada Juli 2018 nilai tukar Dollar ada di kisaran Rp 14.400,- sementara UMR DKI Rp 3.648.000 per bulan atau setara dengan 253 USD.

Dari Oktober 2014 hingga Juli 2018 Dollar merayap naik Rp 2.200 atau sekitar 18% sementara kenaikan UMR DKI dari Rp 2.441.000 menjadi Rp 3.648.000 atau naik sekitar Rp 1.200.000,- yaitu sekitar 49% dari Oktober 2014.

“Perbandingan kurs Dollar dengan UMR saat ini menunjukan bahwa naiknya kurs Dollar sebesar 18% tidak berdampak pada daya beli seperti pada situasi Mei - Juli 1998 dikarenakan pada kurun waktu yang sama saat ini UMR justru mengalami kenaikan 49%,” tuturnya.

“Jika dikonversi dengan Dollar maka dari tahun 2014 hingga 2018 UMR naik 26% dari 200 USD menjadi 253 USD,” jelasnya.

Karena itu, Adian mengatakan bahwa situasi saat ini jauh berbeda apabila dibandingkan dengan nilai tukar Dollar dan UMR pada Mei - Juli 1998 yang nilai UMR Mei - Juli 1998 setara dengan 11,4 USD.

“Sementara dengan nilai tukar Dollar hari ini UMR setara dengan 253 Dollar artinya daya beli Rakyat jika menggunakan UMR sebagai alat ukur justeru lebih besar 23 kali lipat dari Mei - Juli 1998,” pungkasnya. (Alf)

tag: #dolar  #pdip  #rupiah  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Berita Lainnya
Berita

Kondisi Anaknya Sungguh Tragis di Tangan Mantan Suaminya, Lisa Tak Kuasa Membendung Airmata

Oleh Sahlan Ake
pada hari Selasa, 23 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Ini adalah suatu kisah pilu yang dituturkan oleh seorang ibu kandung bernama Lisa yang memiliki seorang putri berinsial GI, dan GI adalah putri keduanya yang telah ...
Berita

Legislator Golkar Tegaskan Bangsa Indonesia Terus Dukung Kemerdekaan Palestina

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-- Anggota DPR RI Mukhtarudin mengatakan bahwa Indonesia tetap mendukung kemerdekaan Palestina, sesuai dengan politik luar negeri yang dianut Indonesia. "Posisi ...