Opini
Oleh ; Prijanto (Wagub DKI 2007-2012) pada hari Jumat, 10 Agu 2018 - 09:46:16 WIB
Bagikan Berita ini :

'NASAEB' Hendropriyono Jatuh Kepada Prabowo-Sandi

61404192_08044602092016_prijanto.jpg.jpg
Prijanto (Sumber foto : Ist)

Jenderal TNI (Purn) Hendropriyono, mantan Kepala BIN, Profesor bidang intelijen, dalam wawancara di TVRI beberapa waktu yang lalu, pernah menyampaikan pandangannya, bahwa pasangan Presiden dan Wakil Presiden ke depan harus orang yang kuat.

Beliau mengatakan, sosok tersebut harus memenuhi syarat sebagai sosok yang Nasionalis, Agamais dan Ekonom Pebisnis, disingkat NASAEB.

Siapa yang tidak kenal Hendropriyono? Salah satu arsitek yang memenangkan Jokowi sebagai Presiden. Karena itulah pandangan tersebut mengundang berbagai spekulasi.

Pandangan Hendropriyono, kontan ada yang mencurigainya sebagai penggiringan opini dalam menguatkan Jokowi kembali menjadi Presdien di 2019, utamanya menggiring opini untuk kriteria Cawapres Jokowi. Berbagai spekulasi muncul.

Apakah pandangan Hendropriyono mengarah kepada Sri Mulyani sebagai Cawapres Jokowi? Atau ekonom lain? Rasa curiga terhadap syarat Nasaeb menjadi menguat ketika Sri Mulyani mendapat penghargaan oleh organisasi keuangan dunia. Akankah Sri Mulyani jebolan IMF akan digandeng Jokowi?

Pengalaman saya ketika menjadi Kepala Staf Pribadi Pangdam Jaya, ketika beliau Pangdam Jaya, berpikiran lain. Saya tahu persis kapasitas beliau. Apa yang disampaikan beliau ada dasar hitungannya. Syarat Nasaeb bukan dalam rangka menggiring opini, tetapi memang satu keharusan yang diimpikan sosok Hendropriyono dan rakyat Indonesia terhadap Kepala Negara dan Pemerintahan ke depan, untuk menghadapi persaingan global.

Pemimpin memang harus seorang nasionalis, artinya selalu berpikir untuk negara dan bangsanya. Keliru besar jika orientasinya lebih mementingkan asing. Presiden dan wakilnya harus dengan segala cara lebih mengedepankan kepentingan negara dan bangsanya, seperti tidak melakukan pembiaran pengedukan bumi, air dan udara serta sumber daya alam yang dikandungnya oleh swasta yang kerjasama dengan asing. Tidak boleh membiarkan tenaga kerja asing menjarah lapangan kerja rakyatnya. Itulah contoh sikap nasionalisme yng diimpikan rakyat.

Memang benar, pemimpin harus sosok yang agamais. Sosok agamais adalah sosok yang taat melaksanakan ajaran agamanya. Dalam dirinya ada keimanan dan ketakwaan kepada Tuhannya. Karena tahu dirinya akan mati dan dimintai pertanggungjawaban Tuhannya, dirinya takut untuk melanggar ajaran agamanya. Kejujuran ada di dalam dirinya, dalam wujud tidak pernah bohong dan ingkar janji. Keadilan selalu melandasi perbuatannya, tidak memihak dan main politik belah bambu.

Nasionalis dan agamais adalah syarat karakter. Sedangkan syarat kemampuan dalam bekerja dan berkarya, untuk menyongsong perkembangan lingkungan strategis global, regional dan nasional ke depan, diperlukan kecerdasan bidang Ekonomi-Bisnis. Mengapa, karena dengan kecerdasan bidang inilah yang akan bisa mewujudkan cita-cita ‘Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia’. Dengan demikian, pendapat Hendripriyono benar dan tidak tendensius.

Prabowo mengandeng Sandiaga Uno sebagai Cawapresnya, pilihan tepat mengikuti pemikiran Nasaeb Hendropriyono. Sikap nasionalis Sandi tak diragukan. Karakter dan cara bergaul Sandi dalam organisasi pengusaha muda Indonesia sebagai tolok ukur. Sandi selalu berpikir bagaimana dia bisa berbuat untuk rakyat kecil. Sandi sangat peduli untuk memajukan kehidupan rakyat kecil. Pemikiran-pemikirannya sudah dituangkan dalam program di DKI Jakarta.

Apakah Sandi sosok agamais? Sesuai tuntunan agamanya, patut dinailai sebagai sosok agamais. Sandi rajin sholat Subuh di Masjid, pulang jalan kaki menyapa dan ngobrol dengan jemaah lainnya. Sedekahnya kenceng tanpa harus publikasi, sejak dirinya belum Wagub. I’tikaf di masjid saat bulan Ramadhan, sholat Dhuha dan puasa tirakat sebagai kegiatan rutin tanpa publikasi baik dengan foto ‘selfie’ maupun ‘wefie’.

Apakah Sandi sosok Ekonom-Pebisnis? Dari beberapa artikel, Sandi adalah sosok Ekonom-Pebisnis yang sukses. Kesuksesan Sandi dimulai dari kehidupan luntang-lantung. Bekal tekad, kerja banting tulang, otak yang encer dalam melihat peluang bisnis, dan cara bergaul yang baik, telah mengantar Sandi dalam deretan pengusaha dengan aset triliunan rupiah.

Sesungguhnya, syarat Nasaeb untuk Presiden dan Wakil Presiden belumlah cukup. Dalam wawancara di TVRI, ketika saya mengenalkan Gerakan Kebangkitan Indonesia, saya berpendapat perlunya Nasaeb ditambah dengan pengetahuannya tentang aspek Astagatra.

Suka tidak suka, aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan-keamanan, geografi, demografi dan masalah sumber daya alam merupakan aspek yang tidak boleh luput dari pikiran pemimpin. Aspek astagatra harus dikelola oleh negara secara baik dan benar, agar bangsa Indonesia memiliki Ketahanan Nasional.

Pasangan Prabowo-Sandi sudah sesuai dengan syarat Nasaeb Hendropriyono dan Nasaeb plus Astagatra Prijanto. Keduanya bisa saling mengisi. Walau ada sindiran dari Parpol yang tidak senang pasangan ini, dengan menyebut hasil survei elektabilitas Sandi rendah, bukan masalah besar.

Mengapa, karena kemarin Sandi berjalan sendirian dan tidak doyan publikasi. Di sisi lain, belajar dari pasangan Sudrajat di Pilkada Jabar dan pasangan Sudirman Said di Pilkada Jateng, bermula dengan elektabilitas paling buncit, toh dalam waktu singkat melonjak mendekati kemenangan.

Bagi yang ingin ganti Presiden di 2019, tentu tidak ada jalan lain kecuali mendukung Prabowo-Sandi, karena hanya dua Paslon. Mesin politik dan mesin relawan harus kerja keras. Tidak hanya bekerja sampai dengan nyaris menang, tetapi sampai menang di Pilpres 2019. Selamat merenung. (*)

Rumah Kebangkitan Indonesia, 10 Agustus 2018.

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #pilpres-2019  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Kode Sri Mulyani dan Risma saat Sidang MK

Oleh Anthony Budiawan - Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies)
pada hari Kamis, 18 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Sri Mulyani (dan tiga menteri lainnya) dimintai keterangan oleh Mahkamah Konstitusi pada 5 April yang lalu. Keterangan yang disampaikan Sri Mulyani banyak yang tidak ...
Opini

Tersirat, Hotman Paris Akui Perpanjangan Bansos Presiden Joko Widodo Melanggar Hukum: Gibran Dapat Didiskualifikasi?

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --1 April 2024, saya hadir di Mahkamah Konstitusi sebagai Ahli Ekonomi dalam sidang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum 2024. Saya menyampaikan pendapat Ahli, bahwa: ...