JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)--Masyarakat Antifitnah Indonesia (Mafindo) memprediksi, kabar hoax dan ujaran kebencian masih menghantui Pilpres 2019. Bahkan, konten yang menyinggung suku agama ras dan antargolongan (SARA) diprediksi akan tetap muncul menjelang perhelatan lima tahunan itu.
"Karena perkembangan teknologi informasi yang pesat dan semakin terjangkau, pertarungan opini di dunia maya merupakan pilihan termudah dan utama bagi masyarakat," kata Presidium Mafindo Anita Wahid kepada wartawan di Jakarta, Rabu (15/8/2018).
"Mempolitisasi SARA ditambahkan dengan berita bohong merupakan cara paling mudah mengumpulkan partisipasi publik, terkhusus publik yang punya sentimen SARA tinggi dan literasi tinggi," tambahnya.
Menurut data yang dihimpun oleh Mafindo, selama Juli 2018 terdapat sebanyak 13 konten ujaran kebencian dan hoax berbau politik yang disebarkan melalui berbagai platform di dunia maya.
Oleh karenanya, Anita mengharapkan, elite politik dapat memberikan teladan berpolitik yang baik kepada masyarakat untuk meredam hoax dan ujaran kebencian. Sebab, penyebaran berita hoax bukan hanya terjadi secara online tapi juga dapat menyebar secara offline, tergantung tempat dan kondisi.
"Kita berharap para elite politik sadar bahwa kontestasi yang menghalalkan segala cara, termasuk membiarkan atau bahkan merekayasa berita bohong untuk menjatuhkan lawannya adalah tindakan yang bertentangan dengan nilai dasar bangsa ini," pungkasnya.(plt)