Berita
Oleh Ferdiansyah pada hari Rabu, 29 Agu 2018 - 17:04:03 WIB
Bagikan Berita ini :

Universitas Syiah Kuala Juara Debat Konstitusi MPR Tahun 2018

98IMG-20180829-WA0010.jpg
Universitas Syiah Kuala, Aceh, berhasil menjadi Juara I lomba "Debat Konstitusi MPR Tahun 2018". Dalam final yang diselenggarakan di Gedung Nusantara IV, Kompleks Parlemen Senayan, Rabu (29/8/2018), Syiah Kuala berhasil mengungguli Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat (Sumber foto : Humas MPR RI)

PADANG (TEROPONGSENAYAN)--Setelah selama tiga hari berlomba, akhirnya Universitas Syiah Kuala, Aceh, berhasil menjadi Juara I lomba ‘Debat Konstitusi MPR Tahun 2018’. Dalam final yang diselenggarakan di Gedung Nusantara IV, Kompleks Parlemen Senayan, Rabu (29/8/2018), Syiah Kuala berhasil mengungguli Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat.

Mosi (tema) debat dalam final itu adalah ‘Syarat Presidential Threshold Dalam Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden’.

Salah satu anggota tim Syiah Kuala, Muhammad Irsan, mengatakan bersyukur atas kemenangan itu. “Alhamdulillah”, ujarnya. Kemenangan yang diraih disebut tak disangka-sangka bahkan kampusnya mempersiapkan mosi debat hanya sampai semifinal.

“Bahkan saya hampir tidak berangkat”, ungkapnya. Namun berkat dorongan dari dosennya bahwa itu kesempatan terakhir bagi dirinya sebelum lulus kuliah maka dorongan itu membuat ia bersemangat. “Persiapannya kurang dari sebulan”, ujarnya.

Perasaan yang sama diungkapkan oleh anggota tim lainnya, Rini Maesari. Mahasiswi yang baru Semester IV itu merasa bersyukur kampusnya bisa menjadi juara nasional. “Perjuangan sampai Jakarta tak mudah”, ungkapnya. Dirinya bersama tim yang lain bisa sampai ke ibu kota setelah melalui seleksi tingkat fakultas hingga provinsi. “Sampai Jakarta pun juga harus melewati seleksi”, paparnya.

Untuk mempersiapkan debat, ia bersama dengan rekan lainnya harus bekerja keras seperti membaca buku hukum dan mendapat bimbingan dari dosen. “Dua puluh empat jam kami belajar," tuturnya sambil tersenyum.

Sebelum perebutan Juara I dan Juara II, digelar perebutan Juara III dan IV. Dalam debat dengan mosi ‘Pencabutan Hak Politik Narapidana Korupsi’ itu mempertemukan Universitas Jambi dan Universitas Riau. Setelah berdebat selama satu jam lebih, akhirnya Universitas Riau meraih Juara III. Anggota tim debat dari Universitas Riau, Indra Lukman Siregar, mengatakan meski Juara III namun dirinya bangga bisa mengangkat kampus dan provinsinya ke tingkat nasional. “Allhamdulillah”, ujarnya. Persiapan yang dilakukan dikatakan selama 6 bulan. “Kita kerja keras”, paparnya. Dalam persiapan mereka melakukan bedah mosi. “Ini tantangannya”, ujarnya. Dikatakan di kampusnya ada debat club.

Meski berada di urutan keempat, Universitas Jambi tetap memperlihatkan wajah yang bersemangat. Diakui oleh Christian Verdy, anggota tim debat dari Universitas Jambi, di babak selanjutnya memang akan menghadapi lawan yang tidak mudah.

Dikatakan, timnya mempersiapkan berlomba dalam acara itu tak lebih dalam sebulan. “Apalagi saya lagi magang di Jakarta”, ungkapnya. Selama mempersiapkan lomba mereka sering melakukan diskusi dalam bedah mosi (tema) selain memperbanyak membaca buku terkait debat. “Selain itu juga mendapat bimbingan dari dosen”, paparnya.

Bustanuddin dosen pendamping tim dari Universitas Jambi menuturkan, selama melakukan pendampingan kepada mahasiswanya, dirinya sering memberi masukan, diskusi, dan memilih mana materi yang tepat. “Pastinya banyak latihan”, ujarnya. Selama latihan, diungkapkan, mereka tak hanya bertemu namun juga bisa lewat telephone, WA, bahkan email. Selama Diakui, mahasiswa yang dibimbingnya itu terbiasa mengikuti lomba debat.

Menurut Bustanuddin, acara yang digelar oleh MPR itu sangat luar biasa. “Bisa menambah wawasan”, paparnya. Menurutnya lomba yang diadakan oleh MPR beda dengan lomba yang dilakukan oleh instansi yang lain.

Dalam lomba itu ada 5 juri yang menilai peserta. Mereka adalah Pimpinan Badan Pengkajian MPR dari Kelompok DPD Bambang Sadono, anggota MPR Fraksi Partai Golkar Rambe Kamarulzaman, anggota MPR Fraksi PDIP Hendrawan Supraktino, anggota MPR Fraksi Partai Gerindra Martin Hutabarat, dan anggota MPR Fraksi PKS Tifatul Sembiring.

Tifatul Sembiring menilai penguasaan materi peserta debat disebut bagus. “Untuk tingkatan mahasiswa mereka bisa berargumen dengan mengutip pasal-pasal dari UUD maupun UU terkait mosi yang didebat”, ujarnya. “Menurut saya bagus”, tambahnya.

Lebih lanjut dikatakan, peserta secara umum mampu menguasai soal ketatanegaraan dengan bagus. “Mereka bibit yang bagus,” paparnya. Acara itu dikatakan sebagai salah satu bentuk Sosialisasi Empat Pilar. “Semakin tersosialisasi semakin baik”, tegas mantan Menteri Kominfo itu.

Apa yang dikatakan Tifatul juga disampaikan oleh tim juri lainnya, Martin Hutabarat. “Bagus penguasaan materinya”, ungkapnya. Dengan kegiatan itu salah satu bentuk pendidikan konstitusi. “Membuat mereka kritis mendalami ketatanegaraan”, ujarnya.

Hal yang sama juga dipaparkan Bambang Sadono. Dirinya menilai penguasaan materi peserta bagus sekali. Sebab mereka sudah melakukan seleksi yang panjang maka Bambang menyebut menghasilkan peserta yang luar biasa dalam penguasaan materi dan pengungkapan referensi-referensinya.

Meski demikian yang menjadi masalah adalah soal kedewasaan ketika mereka mengemukakakn pendapat. “Cuma itu saja”, ujarnya. Bagi Bambang acara itu disebut sebagai salah satu bentuk sosialisasi dan menyerap aspirasi dari kalangan mahasiswa. “Jadi dua tujuan tercapai semua”, tegasnya.

Meski kampusnya tak berhasil mencapai hasil maksimal, Tenri Wulanari. Mahasiswi Universitas Khairun Ternate, Maluku Utara, tetap semangat. Dikatakan, Debat Konstitusi merupakan suatu ajang intelektual bagi mahasiswa di mana MPR memberi kesempatan yang sama kepada seluruh mahasiswa di Indonesia. “Untuk itu kami tidak hanya belajar namun juga berdoa untuk mengikuti lomba ini”, ungkapnya.

Diakui ia belajar materi sesuai dengan mosi yang dibahas. Sebagai provinsi di wilayah Indonesia bagian timur terkadang diakui fasilitas penunjang menjadi kendala. Meski demikian Tenri tidak menyerah mengatasi kekurangan itu. Disebut dirinya dan yang lain memiliki buku koleksi pribadi. “Juga mencari di internet”, katanya. Dirinya berharap kepada semua, bahwa selepas Debat Konstitusi, ilmu yang ada diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.(yn)

tag: #mpr  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Berita Lainnya
Berita

KPU Undang Presiden Umumkan Pemenang Pilpres 2024

Oleh Sahlan Ake
pada hari Selasa, 23 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI berencana mengundang Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menghadiri langsung penetapan pemenang Pilpres 2024. Rencanannya, acara tersebut ...
Berita

Kondisi Anaknya Sungguh Tragis di Tangan Mantan Suaminya, Lisa Tak Kuasa Membendung Airmata

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Ini adalah suatu kisah pilu yang dituturkan oleh seorang ibu kandung bernama Lisa yang memiliki seorang putri berinsial GI, dan GI adalah putri keduanya yang telah ...