Opini
Oleh Hartsa Mashirul pada hari Kamis, 06 Sep 2018 - 16:37:04 WIB
Bagikan Berita ini :

Turunkan Harga, Rakyat Makin Sengsara dan Bangsa Tergadai

97Hartsa-Mashirul.jpg.jpg
Hartsa Mashirul (Sumber foto : Istimewa)

Mata uang dollar yang terus mengamuk terhadap mata uang rupiah akibat kerapuhan fundamental kebijakan perekonomian negara telah mengancam stabilitas nasional. Alih-alih menyalahkan internasional, perang dagang antara Cina dan Amerika menjadi salah satu alasan pemerintah saat ini untuk membuang badan terhadap kesalahan pengelolaan negara. Liberalisasi kebijakan diberbagai sektor menggerus pondasi kehidupan berbangsa dan bernegara mengakibatkan Indonesia diambang krisis multidimensi berkepanjangan.

Paska reformasi yang membuka keran kebijakan untuk dinahkodai ke arah Liberal melahirkan benturan kebijakan yang berimbas pada munculnya potensi-potensi benturan antar anak bangsa. Kenaikan harga BBM, sembako, TDL terus mendorong rakyat pada tali tiang gantungan dalam menghadapi realitas kehidupan. Lapangan pekerjaan yang sedianya diciptakan untuk menaikkan hajat hidup Rakyat Indonesia semakin sempit akibat kebijakan investasi yang memudahkan masuknya tenaga kerja asing, merupakan persoalan tersendiri bagi rakyat Indonesia untuk menjadi tuan di negeri sendiri dalam mencari nafkah. Gelombang PHK yang terus-menerus semakin menjauhkan kata sejahtera pada rakyat.

Megaproyek infrastruktur yang notabene menjadi pekerjaan besar yang diharapkan oleh rakyat dapat membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya, belum mampu mengangkat pendapatan rakyat pada umumnya. Justru megaproyek ini menjadi beban yang harus dipikul rakyat dimasa mendatang untuk melunasinya. Ketidakhati-hatian pemerintah dalam mengelola negara diasosiasikan seperti mengelola sebuah perusahaan yang berfilosofi profit oriented. Menyamakan pengelolaan negara dengan mengelola perusahaan adalah sebuah tindakan fatal yang akan berakibat pada kebangkrutan negara. Hal ini jelas bertentangan dengan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang bertujuan mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia. Sesungguhnya infrastruktur itu sangat dekat dengan hajat hidup rakyat Indonesia, yang seharusnya dikuasai sepenuhnya oleh negara untuk rakyat Indonesia. Bukan dibangun untuk dijual kembali karena sudah merasa untung pada saat itu lalu membangun kembali infrastruktur lain dan untuk dijual kembali terus menerus begitu. Sama seperti halnya sebuah perusahaan yang mengejar keuntungan sebesar-besarnya tanpa menghiraukan akibat jangka pendek dan jangka panjang yang diakibatkannya bagi kelangsungan hidup bangsa dan negara. Akibat-akibat langsung dan tidak langsung kepada negara dan rakyat seperti halnya beralihnya kepemilikan lahan infrastruktur yang dibangun, tingginya biaya penggunaan hasil infrastruktur yang dibebankan pada rakyat, hingga beban hutang dipundak rakyat dalam pembiayaannya. Kelebihan hutang pemerintah yang menjadikannya beban pada rakyat menjadikan bangsa ini seperti budak yang selalu siap untuk melayani tuan-tuan penjaja bangsanya sendiri. Seperti halnya pesan Bung Karno pada bangsa ini, jangan sampai kita menjadi kuli ditanah sendiri dan jangan kita menjadi budak diantara bangsa-bangsa di dunia. Pesan yang sangat jelas bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama pemimpin Negara dan Pemerintahan Indonesia agar menjadi satu hal yang haram bila itu sampai dibiarkan terjadi.

Pengkhianatan terhadap cita-cita bangsa ini terjadi seakan menjadi suatu hal yang lumrah dilakukan dan seolah saling tahu untuk mengusung kepentingan sesaat dirinya dan segolongannya. Satu persatu aset perusahaan negara yang dibuat oleh para pendiri bangsa tergadai dengan mengatasnamakan Undang-Undang dan Globalisasi dengan perdagangan bebasnya. Amerika Serikat yang menjadi aktor utama perdagangan bebas, saat ini terpaksa harus mengetatkan diri dengan kebijakan-kebijakan yang melindungi kepentingan negaranya dikarenakan perdagangan bebas menjadi ranjau yang memakan tuannya sndiri. Mereka tengah memperisai-i diri dengan mengatur perdagangan melalui kebijakan-kebijakan proteksionisme. Berbanding terbalik dengan Indonesia yang terus mengobral asetnya dengan berbagai alasan termasuk membegkaknya belanja negara dan defisit pendapatan negara. Disisi lain kebijakan suku bunga tidak dapat mendorong pertumbuhan ekonomi disektor riil secara signifikan. Akibatnya harga kebutuhan pokok terus melambung mencekik rakyat.

Rakyat dipertontonkan ulah kebijakan pemerintah dan perilaku elit yang mementingkan kepentingan diri dan golongannya dalam mencapai kekuasaan. Korupsi dan pertikaian di elit politik pemerintahan yang merajalela tumbuh subur berbanding lurus dengan suburnya begal atau geng motor yang mengancam stabilitas politik dan keamanan. Rakyat yang semakin susah dalam memenuhi kebutuhan mendasar harus menghadapi teror kenaikan harga setiap hari untuk memperpanjang hidupnya. Salah pengelolaan negara dan pemerintahan dalam sistem ketatanegaraan Indonesia membuat kesenjangan sosial antara elit dengan rakyat yang terus menjauh. Rakyat ditempatkan dalam posisi darurat kebutuhan pokok akibat kesalahan pengelolaan ini. Tak dapat dihindarkan bila kekacuan pengelolaan ini akan melahirkan sebuah anarki yang berpotensi tinggi memecah belah dan menghancurkan bangsa Indonesia apabila kita sebagai anak bangsa tidak turut serta untuk bahu membahu mengembalikan sistem berbangsa dan bernegara pada pondasinya.(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #rupiah  #dolar  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
AMIN BANNER 01
advertisement
AMIN BANNER 02
advertisement
AMIN BANNER 03
advertisement
AMIN BANNER 04
advertisement
AMIN BANNER 06
advertisement
AMIN BANNER 08
advertisement
Opini Lainnya
Opini

In Prabowo We Trust" dan Nasib Bangsa Ke Depan

Oleh Syahganda Nainggolan
pada hari Kamis, 28 Mar 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidatonya kemarin di acara berbuka puasa bersama, "Partai Demokrat bersama Presiden Terpilih", tanpa Gibran hadir, kemarin, ...
Opini

MK Segera saja Bertaubat, Bela Rakyat atau Bubar jalan

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mahkamah Konstitusi (MK) segera bertaubat. Mumpung ini bulan Ramadhan. Segera mensucikan diri dari putusan-putusan nya yang menciderai keadilan masyarakat.  Di ...