Opini
Oleh Salamuddin Daeng (Peneliti AEPI) pada hari Rabu, 12 Sep 2018 - 07:10:52 WIB
Bagikan Berita ini :

Betapa Parahnya Keuangan Pemerintah

32salamuddin-daeng.jpg.jpg
Salamuddin Daeng (Sumber foto : Istimewa)

Bunga utang bengkak, utang baru susah diperoleh, mau naikin pajak sama dengan bunuh diri karena ekonomi sedang lemah, mau naikin tarif barang impor ketergantungan sudah sangat tinggi, infrastruktur langsung mangkrak. Itulah kira kira ringkasannya.

Mari kita mulai dengan bagaimana parahnya kemampuan pembayaran bunga utang pemerintah dan otoritas moneter? Mari kita lihat pemerintah memberikan bunga 8.516 % kepada investor (TheIndonesia 10Y Government Bondhas a8.516%yield). Dengan demikian maka kita bisa hitung bunga yang harus dibayar.

Berdasarkan data Bank Indonesia, Utang luar negeri pemerintah dan otoritas moneter USD 179.728 miliar atau sebesar Rp. 2.606,056 triliun. Utang pemerintah dari SUN Rp. 1.907,506 triliun. Maka total utang pemerintah dan otoritas moneter Rp. 4.513,562 triliun.

Dengan demikian maka beban bunga yang harus ditanggung pemerintan sedikitnya Rp. 384,374 triliun. Bunga tersebut kalau ditambah cicilan utang pokok sebesar Rp. 69,785 triliun, maka menjadi Rp. 454,159 trikiun. Jumlah yang sangat besar dan menjadi beban yang sangat berat. Pemerintah hanya akan mampu bayar apabila dapat utang baru.

Pertanyaannya apakah bisa dapat utang baru dengan yield 8,516%. Rasanya tidak mungkin ada investor asing yang murah hati dicampur bego mau meberikan utang kepada Indonesia dengan yield sekecil itu.

Mengapa? Karena depresiasi rupiah dalam satu tahun terakhir lebih rendah dari yield yang diterima investor. Investor rugi menanamkan dolarnya dalam surat utang pemerintah Indonesia.

Mari kita hitung. Sejak 12 september tahun 2017 kurs berada pada posisi Rp. 13.178/USD. Hari ini 10 september 2018 kurs berada pada Rp. 14.819/USD. Dengan demikian dalam setahun ini kurs melemah 12.45%. Investor rugi 3,934%.

Jadi cara memahami betapa parahnya keuangan pemerintah Indonesia sekarang ini adalah :

Pertama; pemerintah tidak akan sanggup bayar bunga utang dan cicilan utang pokok tanpa utang baru yang memadai.

Kedua ; pemerintah tidak mungkin dapat utang baru yang memadai dikarenakan yield lebih rendah dari depresiasi rupiah. Kecuali ada investor murah hati atau dungu. Rasanya itu tidak ada.

Ketiga; berarti pemerintah tidak dapat melanjutkan APBN, karena tidak ada uang. Bukankah Sri Mulyani naikin pajak? Mana ada sejarah pajak naik sementara pertumbuhan ekonomi turun. Itu langkah bunuh diri.

Jadi sebaiknya kita menonton saja pertarungan Jokowi melawan dolar sepanjang 2018 ini. Sebagai bentuk partisipasi, kita siapkan tandu dan ambulan untuk membawa pemerintahan ini ke UGD. Bangsa Indonesia tidak dapat memberi solusi pada ekonomi salah urus dan politik anggaran "pokoke".(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #ekonomi-indonesia  #jokowi  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Ahlan Wa Sahlan Prabowo Sang Rajawali!

Oleh Syahganda Nainggolan
pada hari Rabu, 24 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mahkamah Konstitusi sudah memutuskan Prabowo Subianto sah sebagai Presiden RI ke delapan. Itu adalah takdir Prabowo yang biasa dipanggil 08 oleh koleganya. Keputusan MK ...
Opini

Jalan Itu Tidaklah Sunyi

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --"Jika Mamah jadi penguasa apakah Mamah akan menjadikan anak Mamah pejabat saat Mama berkuasa?" Itu pertanyaan anakku malam ini. Aku mendengarkan anakku ini. ...