JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)--Seorang ahli semiotika atau ilmu tentang tanda dan simbol menjelaskan, nomor urut calon presiden-wakil presiden harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Dengan demikian, penting atau tidaknya angka itu sangat bergantung pada kreatifitas tim kampanye.
"Dalam ilmu semiotika, angka itu adalah tanda yang menunjukkan sesuatu, sekarang kalau di politik, angka itu harus menciptakan makna, tim kampanye harus kreatif dalam memaknai nomor urut yang akan didapat," kata ahli semiotika, Dr Acep Saidi, di Jakarta, Jumat (21/9/2018).
Komisi Pemilihan Umum (KPU), pada Jumat (21/9/2018) malam akan menggelar pengambilan nomor urut capres/cawapres. Pengambilan tersebut dilakukan oleh pasangan calon (paslon) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dan Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
Menurut Acep, kedua pasangan ini sekarang sedang menunjukkan identitasnya melalui simbol-simbol, di antaranya pakaian yang digunakan Jokowi, yang mencantumkan gambar yang menarik perhatian kaum muda atau milenial. Sementara itu untuk mengimbangi Jokowi-Ma'ruf, maka kubu Prabowo menonjolkan Sandiaga Uno sebagai tokoh kaum muda.
Sementara itu ketika diminta membandingkan kampanye 2018-2019 dengan lima tahun lalu, Saidi menjelaskan, tahun ini yang membedakan adalah masing-masing simbol dari kedua kubu dilihat dari usia. Kubu Jokowi-Ma'ruf Amin identik dengan pasangan kelompok yang lebih tua. sedangkan kubu Prabowo-Sandiaga Uno mencerminkan sisi kelompok yang lebih muda.
Pada kesempatan itu dia mengharapkan tidak akan terjadinya gesekan di antara massa kedua kelompok itu. Tapi perlu diwaspadai kemungkinan munculnya kelompok tertentu yang ingin berusaha mencoba mencari keuntungan dari perbedaan kedua kelompok. (plt/ant)