JAKARTA (TEROPOGSENAYAN)--Kecelakaan di Tanjung Karawang, Jawa Barat mendorong elemen masyarakat meminta pemerintah menggrounded semua pesawat Lion Air. Kecelakaan ini bisa menjadi pintu masuk bagi pemerintah untuk bertindak tegas terhadap Lion.
"Ini sudah keterlaluan. Sudah harus diberikan sanksi pencabutan izin," ujar mantan Anggota DPR RI Ariady Achmad, di Jakarta, Rabu (31/10/2018).
Dari catatan Ariady, sejak berdiri 18 tahun lalu, Lion Air mengalami 20 kecelakaan pesawat. Dari jumlah tersebut, enam diantaranya sudah harus diberikan sanksi pencabutan izin operasional.
Menanggapi kecelakaan di Tanjung Karawang, mantan politisi Partai Golkar ini mengaku prihatin.
"Bayangkan, dari kecelakaan itu ada enam jaksa, lima hakim, 20 karyawan Kemenkeu, tiga pejabat BPK, dua orang BPKP, sejumlah pejabat Pemda Bangka, dan 160 anggota masyarakat diduga kuat menjadi korban meninggal. Mereka menjadi penumpang pesawat," papar Ariady.
Pada bagian lain, Ariady menyoroti pembelian pesawat Lion Air yang menggunakan mata uang Dolar Amerika Serikat. Tindakan ini semakin memperlemah nilai tukar Rupiah karena meningkatkan defisit transaksi berjalan.
Yang tidak kalah penting juga, kata Ariady, potensi diberlakukannya kembali banned penerbangan Indonesia ke Eropa. Padahal, baru lima bulan lalu, Eropa mencabut pemblokiran penerbangan dari Tanah Air.
"Kalau banned berlaku lagi, akan mengurangi nilai strategis bisnis penerbangan Indonesia ke Eropa," ujar Ariady.
Sementara itu, masih terkait kecelakaan pesawat, Ariady mengingatkan semua pihak untuk mewaspadai potensi perang bisnis yang dilancarkan oleh penerbangan asing. Bukan tidak mungkin, lanjut dia, kecelakaan Lion Air digunakan sebagai cara untuk menghancurkan bisnis penerbangan nasional.
Sebelumnya Kaukus Masyarakat Penguna Jasa Penerbangan (KMPJP) mendesak Kementerian Perhubungan meng-grounded semua armada Lion Air. Desakan ini menyusul jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 rute Jakarta-Pangkal Pinang, di Selat Karawang, Senin (29/10/2018).
Kecelakaan tersebut membuat buram dunia penerbangan Tanah Air, serta menyebabkan tangis keluarga korban.(plt)