Berita
Oleh Mandra Pradipta pada hari Minggu, 16 Des 2018 - 14:00:59 WIB
Bagikan Berita ini :

Jelang Pemilu 2019, Perangi Hoaks dengan Literasi

53226490_07084903102018_hoax1.jpg.jpg
Ilustrasi (Sumber foto : Ist)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Pemilu serentak 2019 sudah sepatutnya bisa membawa kampanye yang sejuk pada pesta demokrasi.

Anggota Komisi X DPR RI Marlinda Poernomo menyerukan saatnya bangsa ini menghentikan hoaks dan menggantinya dengan tradisi literasi. Selama masa kampanye tak boleh ada yang memanfaatkan informasi hoaks untuk kepentingan politik.

Menurutnya, hoaks tidak saja dihentikan saat musim kampanye jelang Pemilu 2019, lebih dari itu, hoaks mestinya tak beredar di tengah masyarakat untuk selamanya.

"Ada tradisi yang jauh lebih bermanfaat daripada mengikuti informasi hoaks, yaitu meningkatkan tradisi membaca dan menulis (literasi)," kata Marlinda di Jakarta, Minggu (16/12/2018).

"Hoaks harus dihentikan tidak hanya karena tahun politik, tapi harus ada upaya berkelanjutan. Sudah saatnya tidak memanfaatkan hoaks untuk kepentingan apapun. Hoaks sangat merugikan bangsa Indonesia," tambahnya.

Politisi Golkar ini pun mengimbau kepada kaum muda yang merupakan anak-anak jaman now untuk menghindari hoaks.

Sebab, Marlinda melihat, ada korelasi antara suburnya hoaks dengan rendahnya minat baca masyarakat di Indonesia.

Data UNESCO menyebutkan, minat baca di Indonesia hanya 0,001. Artinya, hanya satu orang dari 1.000 orang yang membaca buku. Hasil studi Most Litered Nation in the World yang dilakukan Central Connecticut State University pada Maret 2016, juga mendudukkan Indonesia pada rangking ke-60 dari 61 negara paling rendah minat bacanya. Indonesia berada persis di bawah Thailand (59) dan di atas Bostawa, Afrika (61).

Ia menduga rendahnya minat baca lantaran masyarakat Indonesia lebih suka menggunakan telepon genggam di semua tempat, baik rumah, sekolah, kampus, pusat belanja, restoran, di mobil, bahkan naik motorpun masih sempat menggunakan telepon genggam.

"Masyarakat Indonesia khususnya anak muda lebih asyik memandang telepon genggam daripada memegang buku. Dan Indonesia ternyata menempati ranking ke-5 dunia pengguna gadget yang penggunanya mencapi 60 juta," jelasnya.

Kebiasaan masyarakat Indonesia, sambungnya lagi, lebih suka menatap layar telepon genggam hingga berjam-jam daripada menatap buku yang bila dibaca langsung mengantuk.

Dengan kata lain, masyarakat Indonesia lebih suka menulis curhat di media sosial daripada menulis buku. Akhirnya, lebih suka baca hoaks atau menyebarkan hoaks.

"Sudah saatnya pemerintah tegas meredam peredaran hoaks di Indonesia. Di beberapa negara hoaks tidak bisa beredar, seperti Jepang, Tiongkok, dan Filipina. Ujaran kebencian sumbernya dari hoaks. Dan emosi publik yang tersulut dari hoaks mengakibatkan persatuan dan kesatuan bangsa rusak. Kebhinekaan kita pun menjadi rapuh. Ini bukti sila-sila Pancasila belum maksimal diimplementasikan," paparnya. (Alf)

tag: #hoax  #pemilu-2019  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
AMIN BANNER 01
advertisement
AMIN BANNER 02
advertisement
AMIN BANNER 03
advertisement
AMIN BANNER 04
advertisement
AMIN BANNER 06
advertisement
AMIN BANNER 08
advertisement
Berita Lainnya
Berita

Fadel Muhammad: Fungsi Pengawasan DPD Fokus pada Masalah-Masalah di Daerah

Oleh Sahlan Ake
pada hari Jumat, 29 Mar 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Wakil Ketua MPR Prof. Dr. Ir. Fadel Muhammad mengatakan fungsi pengawasan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) harus lebih diperkuat dalam pengawasan terhadap pemerintah daerah. ...
Berita

Kini Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di ATM BRI

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Bank DKI kembali menunjukkan komitmennya dalam memberikan layanan terbaik kepada nasabah khususnya dalam layanan digital. Melalui kerja sama dengan PT Jalin Pembayaran ...