Opini
Oleh Irfan Supriatna, S.Pd., M.Pd (Mahasiswa S3 Pendidikan Dasar UPI Dosen PGMI FAI UIKA Bogor) pada hari Senin, 21 Jan 2019 - 07:31:40 WIB
Bagikan Berita ini :

Perlukah Penilaian Autentik (Authentic Assesment) Dalam Pembelajaran Matematika?

1matematika.jpg.jpg
Ilustrasi (Sumber foto : ist)

Berbagai fenomena yang terjadi di negeri ini jika kita lihat dalam bidang pendidikan salah satunya adalahpenilaian. Guru-guru merasa kebingungan dan kesulitandalam hal penilaian tersebut, apalagi penilaian di pembelajaran matematika yang siapa sangka bahwa pembelajaran matematika menjadi salah satu matapelajaran yang menakutkan bahkan ditakuti bagi siswa-siswi di Indonesia. Sejarah mencatatkan bahwa dari haririset Trends in International Mathematics and ScienceStudy (TIMSS) pada tahun 2015 yang menyatakanbahwa sangat rendahnya penguasaan matematika pelajardi Indonesia, sehingga berujung pada nilai akhir pembelajaran melalui penilaian yang merosot tajam.

Fakta dilapangan bahwa faktor yang menyebabkan haltersebut diantaranya guru hanya disibukkan dalam pembuatan rencana pembelajaran, penguasaan materi,
penerapan strategi/metode, namun melupakan elemen penting lainnya yaitu penilaian autentik.Seorang guru hanya mengukur kemampuan kognitif saja padahal Taksonomi Bloom menjelaskan
untuk mengukur kemampuan seseorang dilihat dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.Perubahan pemahaman paradigma terhadap pembelajaran matematika menjadi dasar
sejauh mana seorang siswa memahami matematika kemudian dievaluasi melalui penilaian oleh guru.

Dijelaskan kembali bahwa dibutuhkan sebuah pendekatan yang kreatif untuk menggenjot
minat belajar para siswa di Indonesia terhadap pembelajaran matematika. Perlu disadari jugabahwa dalam proses pembelajaran, setiap siswa harus ada evaluasi terkait kognitif, afektif, danpsikomotorik, namun evaluasi tersebut didasari dari sebuah penilaian yang dapat mengukur
kemampuan setiap siswa. Maka dari itu perlukah penilaian autentik dalam pembelajaran matematika?

Jika dipandang tidak, maka tidak perlu ada perdebatan yang klimaks di dalam penilaian,
mungkin cukup hanya dengan penilaian kognitif saja sudah memenuhi kebutuhan peserta didik,tetapi jika dipandang perlu, maka apa respon kita terhadap penilaian autentik tersebut? Ini yangmasih menjadi polimek di dunia pendidikan kita, karena penilaian ini masih berkutat di ranah
kognitif saja tidak dengan ranah afektif dan psikomotorik, dan ini jelas tidak selaras dan tidaksesuai dengan kurikulum 2013 yang menyatakan bahwa penilaian dalam kurikulum 2013 adalah penilaian autentik (authentic assesment) dengan mengacu pada taksonomi bloom yaitumenyangkut kemampuan ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Istilah dari sebuah penilaian memiliki makna yang lebih luas dari sebuah istilah
pengukuran.

Pada proses kegiatan pembelajaran matematika, penilaian merupakan hal penting
yang harus dilakukan pada saat sebelum pembelajaran dimulai, ketika pembelajaran sedangberlangsung, dan di akhir kegiatan pembelajaran.

Menurut Linch (1996) Penilaian merupakan
usaha yang dilakukan secara sistematis dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi dari berbagai sumber untuk membuat suatu pertimbangan dan keputusan, kemudian Brown (2004)menyatakan penilaian itu suatu proses kegiatan pengumpulan informasi yang digunakan untukmengukur pencapaian hasil dari belajar peserta didik.

Berkaitan dengan penilaian autentik menurut (Pusat Kurikulum, 2009) merupakan proses
serangkaian kegiatan pengumpulan data, pelaporan informasi yang menjelaskan perolehan hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti yang nyata atau autentik, akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas publik.

KemudianUtari (2014) penilaian autentik merupakan kegiatan penilaian dari hasil pencapaian kinerja siswayang dilakukan melalui berbagai teknik atau strategi, dimana siswa mampu menyampaikan
kembali, melakukan pembuktian, menunjukkan secara tepat, sebagai cerminan bahwa tujuanpembelajaran sudah tercapai.

Kemudian karakter penilaian pada kegiatan penilaian autentik yang dilakukan guru tidak
hanya berorientasi pada karakteristik yang muncul pada siswa, tetapi mencakup karakteristikmetode pembelajaran, kurikulum yang sedang digunakan, fasilitas dan administrasi sekolah.

Setiap siswa tidak hanya mengerjakan atau melalukan kegiatan sesuai instruksi guru, tetapi dapatpula menunjukkan perilaku tertentu, kemudian dalam pembelajaran matematika tidak mestisiswa membuat produk atau hasil proses kegiatan pembelajaran, tetapi mencakup pada semua
proses kegiatan belajar mengajar.

Dari paparan tersebut maka, perlukah penilaian autentik dalam pembelajaran
matematika? Jawabannya adalah sangat perlu, mengapa? Karena penilaian autentik (authenticassesment) itu penilaian yang berpusat pada perkembangan kemampuan dari belajar siswa, untukbelajar bagaimana belajar tentang subjek. Penilaian autentik juga harus dapat menguraikan darigambaran sebuah pengetahuan, sikap, dan keterampilan baik yang sudah maupun belum dimiliki
oleh peserta didik, bagaiamana mereka mampu mengaplikasikan pengetahuannya, dalammenyelesaikan pemecahan masalah matematis atau kehidupan sehari-hari.

Dari hasil itu, gurudapat melihat dan menganalisis materi yang sudah siap atau yang belum sehingga dapatdilakukan penilaian autentik (authentic assessment) dengan baik.

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Ahlan Wa Sahlan Prabowo Sang Rajawali!

Oleh Syahganda Nainggolan
pada hari Rabu, 24 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mahkamah Konstitusi sudah memutuskan Prabowo Subianto sah sebagai Presiden RI ke delapan. Itu adalah takdir Prabowo yang biasa dipanggil 08 oleh koleganya. Keputusan MK ...
Opini

Jalan Itu Tidaklah Sunyi

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --"Jika Mamah jadi penguasa apakah Mamah akan menjadikan anak Mamah pejabat saat Mama berkuasa?" Itu pertanyaan anakku malam ini. Aku mendengarkan anakku ini. ...