Alkisah tabir ini terkuak dari sambutan Dahlan Iskan wartawan senior dan pemikir lugas pada tahun 2016 di Hari Pers Nasional. Dahlan yang membuka tabir sebuah kisah yang maha penting dilewatkan cerdik pandai. Kalau tidak ada celetukan Dahkan Iskan kayaknya mutiara itu terpendam lumpur.

Sebuah ide brilian yang masuk ke dunia labirin badan birokrasi pendidikan nasional. Ide itu adalah Neraca Pendidikan Daerah (NPD). Saking takjubnya Dahlan mengatakan bahwa Anieslah sang konseptor yang mampu membirokrasikan idenya Neraca Pendidikan Daerah dalam kapasitasnya selaku Menteri Pendidikan Nasional kala itu.

Takdir Tuhan mengatakan lain. Ia dicopot berbakti bagi nusa dan bangsanya atas hasrat politik sekelompik orang. Namun takdir Tuhan pula yang mengiringnya tetap di pentas politik nasional atas tangan dingin Erwin Aksa last minute menyodorkan Anies Baswedan ke Pak Haji Prabowo Subianto mendampingi Sandiaga Salahuddin Uno dalam Pilgub DKI Jakarta. Tribute to Bang Erwin Aksa.

Kembali ke NPD yang dihafal Cawapres Makruf Amien itu sempat disinggung adalah mutiara pemikiran paling berharga dari seorang Anies. NPD adalah suatu percepatan bagi rasa keadilan rakyat dalam alokasi pendidikan. Anies memang tidak belajar ekonomi makro dan diakui dunia layaknya Sri Mulyani. Tapi ia memimpin kementerian pendidikan tidak pernah melakukan salah transfer sebagaimana kementerian Keuangan pernah melakukan. Anies disudut dan dicaci sudah biasa. Ia sudah putus urat bapernya. Ia aset bangsa baik kawan dan lawan. Tetap saja ia tidak mengklaim. Ia mengalir tenang dalam kubangan lumpur. Karena mutiara tetap mutiara walau terbenam lumpur