JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) -- Sejumlah aktivis 98 mendesak Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) untuk menuntaskan polemik reformasi 98, dengan melakukan perlawanan terhadap korupsi dan otoritarianisme. Mereka resah karena korupsi dan otoriiamisme semakin merebak.
Ditemui usai pelaksanaan silaturahim dan konferensi pers aktivis 1998, salah satu Aktivis 98 Munathsir Mustaman mengatakan, bahwa inti reformasi 98 adalah perlawanan terhadap korupsi dan otoritarianisme yang saat itu sangat memprihatinkan.
"Saat ini lebih dua puluh tahun sejak reformasi 98, ternyata kita kembali berhadapan dengan situasi yang dalam beberapa hal nyaris sama, korupsi semakin merajalela, bahkan dapat dikatakan ibarat kanker yang sudah stadium 4," ujar Munathsir Mustaman, kepada teropongsenayan, pada Kamis (28/3/2019).
Dijelaskan Munathsir, sejak tahun 2014 hingga saat ini KPK telah melakukan Operasi Tangkap Tangan (OTT) terhadap setidaknya 32 kepala daerah.
"Bahkan 15 Maret 2019 lalu, KPK menangkap Ketua Partai Politik (Parpol) besar dengan tuduhan jual beli jabatan di Kementerian Agama," jelasnya.
Di sisi lain, Munathsir kembali menerangkan, bahwa sejumlah aktivis yang hadir ini melihat adanya kecenderungan menguatnya otoritarianisme. Menurutnya, ada kesan yang kuat bahwa kebebasan menyampaikan pendapat kini mulai terancam.
Bahkan proses hukum yang berlangsung saat ini, juga kerap tajam ke mereka yang berseberangan dengan penguasa, tetapi tumpul ke mereka yang mendukung penguasa.
"Kami tidak bisa berdiam diri menghadapi situasi ini, harus ada perubahan agar nilai-nilai reformasi 98 bisa kembali ditegakkan. Pemilu 17 April nanti adalah momen untuk mewujudkan perubahan. Kami menyerukan kepada rakyat untuk mengedepankan hati nurani, pilih pemimpin yang benar-benar mampu mencegah dan melawan korupsi, serta tidak bersikap otoriter dengan mengkriminalisasi lawan politik," tegasnya.
Selain Munathsir, turut hadir pula aktivis 98 lainnya, seperti Syah Dinihari, Habiburokhman, Sangap Surbakti, Victor Da Costa, Jamaal Kasim, Agustian Nealpu, Bambang Priyono, Temy Adi Haryanto, Maulana, Bhayu Arie Wibowo, Tomi Supriyadi, Ricky Tamba, Herdiansyah dan sejumlah aktivis 98 lainnya. (plt)