JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Ketua Fraksi Partai Golkar di MPR Agun Gunanjar Sudarsa baru saja meluncuran buku dengan judul ‘Pemilu Damai, Berintergritas dan Mensejahterakan’.
Ini bukanlah pertama kalinya politisi senior dan wakil rakyat dari Dapil X Provinsi Jawa Barat tersebut meluncurkan buku. Sebelumnya, sudah beberapa buku karya Agun sejak dia duduk sebagai wakil rakyat di parlemen mulai era pemerintahan Orde Baru sampai saat ini yang tidak terputus.
"Ini buku saya ke delapan, pemilu damai berintegritas dan menyejahterakan," kata Agun di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (1/4/2019).
Dalam bukunya, Agun memaparkan bahwa selama ini makna kedaulatan rakyat yang kerap digembar-gemborkan menjelang penyelenggaraan pesta demokrasi baik pemilihan presiden-wakil presiden maupun ketika mau memilih wakil rakyat di legislatif.
Umumnya pembicaraan kedaulatan itu hanya berkutat dalam konteks kedaulatan politik saja. Padahal makna kedaulatan itu menyeluruh, bukan saja di bidang politik. Namun, juga di bidang ekonomi, budaya, sosial dan semua aspek kehidupan masyarakat.
Mengapa gagasan-gagasan cerdas para calon pemimpin ini diperlukan? Karena sejak pemilu era reformasi gagasan-gagasan tentang langkah menyejahterakan rakyat seakan tidak pernah muncul.
Seperti terlihat pada fenomena mutakhir pemilu presiden 2019, mereka bukan sibuk menyampaikan gagasan brilian tentang kesejahteraan rakyat, malah sibuk saling bully dan mencaci-memaki di media massa dan media sosial.
“Sehingga yang terjadi, bukan kontestasi gagasan soal kesejahteraan rakyat sebagai amanat konstitusi tapi kontestasi saling menjatuhkan. Dan, hal itu tentu saja memicu terjadinya perpecahan antar anak bangsa yang tentu tidak kita inginkan,” kata Agun.
Dikatakan laki-laki kelahiran Bandung September 1958 tersebut, pemilu hanya bisa menyejahterakan rakyat jika, pesta demokrasi ini berhasil menciptakan rezim pemerintahan yang efektif.
Pemerintahan efektif untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah pemerintahan dengan prinsip structure follow function dan money follow function.
Artinya, para pemimpin pilihan langsung rakyat dalam pemilu, wajib berpihak dan setia kepada rakyat dari Sabang sampai Merauke. Soalnya, Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, agama, ras, golongan serta aliran yang ada didalamnya.
"Mengajak publik memilih kontestan yang betul-betul beri jaminan kalau calon tersebut dan partai tersebut bahwa gagasan kesehateraan rakyat yang menyejahterakan," katanya.
Agun berharap, perekonomian nasional yang tercipta pasca pemilu nanti tidak hanya menjaga kesinambungan bisnis usaha para konglomerat dan para pengusaha.
Namun, juga berusaha mensinergikannya dengan potensi pengusaha di tingkat provinsi dan kabupaten, termasuk menumbuhkan kembangkan geliat perekonomian rakyat yang ada di desa. Inilah yang dimaksud Agun sebagai pemilu yang menyejahterakan rakyat.
"Bagaimana kedepan anak-anak milenial disodorkan gambaran pemikiran tentang harapan lima tahun kedepan. Bukan hanya Golkar wajib hadir di TPS tapi yakin memilih itu akan ada jaminan kedapan mensejahterakan rakyat," tandas Agun. (Alf)