JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)--Keputusan terbuka Ustad Abdul Somad (UAS) mendukung Capres nomor urut 02 Prabowo-Sandiaga berpotensi mengubah tren elektoral (pemilih pemilu) pada Pilpres 17 April 2019 mendatang.
Hal itu disampaikan Peneliti Komunikasi Politik Universitas Telkom Dedi Kurnia Syah, menanggapi video pertemuan Prabowo dan UAS.
"Membaca hasil survei sejauh ini, opinion leader (tokoh terpercaya dan berpengaruh di masyarakat) masuk dua besar sebagai faktor perubahan elektoral. Petahana layak mencari penyeimbang UAS jika tidak ingin terkejar tingkat keterpilihannya," ujar Dedi kepada teropongsenayan, pada Jumat (12/4/2019).
Dedi menjelaskan, ketokohan UAS memiliki tingkat penerimaan publik lebih luas dibanding tokoh-tokoh yang berada di kubu petahana. Bahkan Ma"ruf Amin sekalipun, kata Dedi, daya ungkit elektoralnya kalah oleh UAS.
"UAS masuk ke kelas sosial beragam, baik muslim khalaf (modern) dan shalaf (tradisional), sehingga diterima lebih banyak orang dibanding tokoh lain. Bahkan dengan Maruf Amin sekalipun, UAS lebih potensial. Karena ia tidak segmented," jelasnya.
Doktor diplomasi politik dan kajian media ini juga membaca arah dukungan UAS, menurutnya, tidak menutup kemungkinan akan diikuti tokoh lain yang sejauh ini belum mengutarakan dukungan kepada kedua capres dan cawapres yang ada.
"Kemungkinan (mempengaruhi tokoh lain) itu ada, terlebih trensetter ketokohan ulama saat ini ada pada UAS," ungkap Dedi.
Ketika disinggung apakah bergabungnya UAS di barisan pendukung Prabowo menjadi penentu kemenangan, menurut Dedi banyak faktor yang harus dilibatkan, sehingga tidak dapat hanya berpedoman pada satu tokoh.
"UAS berkontribusi signifikan, tetapi tidak lantas menjadi yang terbesar, banyak faktor yang harus dilibatkan. Jika tokoh-tokoh lain mengikuti jejak UAS, sebut saja Adi Hidayat, Abdullah Gymnastiar, maka peluang itu (menang) semakin terlihat," paparnya.
"Ada risiko yang mengikuti keterbukaan UAS, publik akan menguat mendukung jika gestur komunikasi UAS stabil seperti saat ini, jika kemudian UAS terlalu jauh semisal berorasi dengan ajakan tegas memilih Prabowo, justru akan hilangkan originalitas ketokohannya," imbuhnya.
Direktur Pusat Studi Demokrasi dan Partai Politik (PSDPP) ini juga menegaskan, bahwa tanggapannya ini merujuk pada survei di berbagai lembaga, termasuk mempelajari tren pengaruh tokoh terhadap kontestan Pilkada.
"Saya merujuk pada survei berbagai lembaga, termasuk dengan mempelajari tren pengaruh tokoh terhadap kontestan di Pilkada 2018. Sehingga tokoh masih punya magnet tersendiri untuk kontestasi Pilpres," pungkasnya.(plt)