Usai Pemungutan Suara Pemilu 2019 yang selang sehari kemudian bertepatan dengan hari libur besar nasional, tak sedikit para pemilih yang merantau di kota-kota besar berupaya mudik ke kampung halamannya hanya demi ikut partisipasi menyalurkan hak suaranya dalam pemilu di kampung masing-masing.

Pasca hari pencoblosan dalam pemilu dan libur hari besar nasional, terlihat antrian panjang arus balik para calon penumpang bus sepanjang jalur Ciamis-Bandung berjejer di pinggir jalan yang terpantau oleh penulis dari siang hingga petang hari, Ahad 21 April 2019 mereka sulit mendapatkan armada busnya

Mereka berjajar di titik-titik pemberhentian armada bus sepanjang jalur Ciamis-Bandung yang berjarak tidak kurang dari 120 km untuk menuju Jakarta, Depok, Bekasi, Tangerang dan kota-kota lainnya.

Fenomena di atas hendaknya menjadi introspeksi diri bagi para penyelenggara pemilu yang tega mau mencoba berbuat curang untuk mempermainkan hak suara para pemilih yang telah mengorbankan waktu, tenaga, harta demi keikutsertaan menyalurkan hak suaranya.

Jika para penyelenggara pemilu yang berniat berbuat curang atau dzalim karena memang sudah tidak beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, maka cobalah sesama anak bangsa melihat dari sisi kemanusiaannya saja dulu.

Saya tidak akan mempersoalkan soal seseorang tidak beriman kepada Allah dan Hari Akhirat bagi para pelaku kecurangan pemilu, jangankan saya, Allah sendiri pun tidak butuh dengan keimanan atau kekufuran seseorang (QS.Al Kahfi:29)

Hai anda-anda para pelaku kecurangan pemilu yang tidak yakin akan keberadaan Allah dan Hari Akhirat memang itu adalah hak anda, tapi saya ingin sedikit mengetuk pintu hati anda lewat tulisan ini dari satu sisi kemanusiaan sebagai sesama anak bangsa. Masih tegakah anda berbuat zalim kepada mereka yang dengan tulus ikhlas mengorbankan waktu, tenaga, pikiran dan hartanya untuk ikut menyalurkan hak suaranya?