Pandemi corona belum selesai, tapi masyarakat seperti tidak takut lagi tertular virus membahayakan tersebut. Lihatlah, pedagang kaki lima (PKL) belakangan memenuhi kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Pedagang memenuhi Jalan Jati Baru II, persis di seberang Stasiun Tanah Abang. Paling banyak mereka menjajakan pakaian hingga celana. Pasar Jatinegara, Jakarta Timur juga tampak dipenuhi oleh warga. Meski PSBB masih diberlakukan, warga tetap saja nekat datang ke pasar untuk berbelanja kebutuhan Lebaran. Meski kebanyakan memakai masker, tapi bisa dikatakan tak ada jarak antara satu orang dengan lainnya. Mereka berdesakan padahal kondisi itu sangat rentan terhadap penularan. Kepadatan di pasar juga terjadi di banyak daerah lain. Mengapa kondisi ini bisa terjadi? Sinyal yang dilontarkan pemerintah memang menimbulkan beragam persepsi. Pernyataan pemerintah terkait pelonggaran PSBB, baik Presiden Joko Widodo maupun para menteri terdengar multitafsir sehingga membingungkan warga. Semula masyarakat tampak takut untuk keluar rumah khususnya ke tempat keramaian seperti pasar dan mall. Tapi ketika ada pernyataan Presiden Jokowi untuk berdamai dengan COVID-19, masyarakat melihatnya sebagai sinyal pelonggaran PSBB. Simpang siur pendapat inilah yang membuat warga jadi tampak kehilangan pegangan. Sebagian warga tak merasa bersalah berbondong-bondong ke pasar seolah tak melanggar PSBB. Sementara sebagian warga masih tetap di rumah, tapi mulai gelisah karena tidak jelas kapan benar-benar adanya pelonggaran PSBB. Seharusnya, keputusan di tingkat atas satu suara sehingga rakyat tidak bingung. Benar kan?