Opini
Oleh M Rizal Fadillah (Mantan Aktivis IMM) pada hari Rabu, 08 Mei 2019 - 19:16:34 WIB
Bagikan Berita ini :

Tentara Yang Hancur

tscom_news_photo_1557317794.jpg
M Rizal Fadillah (Sumber foto : Ist)

Ka"bah semakin digandrungi sementara bangunan artifisialnya dihinakan. Dengan amarah dan kesombongan pasukan dikerahkan menuju Mekkah. Targetnya menghacurkan sumber kekuatan.
Sementara masyarakat sipil Mekkah sama sekali dalam keadaan tak berdaya. Tak mampu mengerahkan kekuatan untuk melawan apalagi bertempur. Hanya mengadukan kelemahan pada "pemilik" Baitullah. Tak mampu berbuat untuk melawan pasukan Abrahah si angkara murka, sok kuasa, dan punya segala senjata.

Allah sang pemilik Rumah Ibadah menolong yang lemah. Kehebatan dan kedigjayaan gajah-gajah petempur dan tentara tentara terlatih rontok dan hancur tak tersisa. Seluruh jasad habis bagai daun dimakan ulat di "Lembah Muhassir". Serangan mematikan pasukan langit datang tak diduga-duga. Kesombongan, kekuatan fisik, serta merasa kuasa hancur ketika berbenturan dengan aspek Ilahiah. Apa kurang hebat dan gagahnya pasukan Abrahah.

Kini kita di tengah gonjang ganjing proses demokrasi. Sorotan kecurangan sangat kuat. Kekalahan sebenarnya di depan mata. Maka satu-satunya jalan adalah "show of force" pengerahan kekuatan. Ratusan ribu polisi dan puluhan ribu tentara konon akan dikerahkan di Jakarta. Untuk menjaga entah menakut-nakuti.Yang mau dihadapi adalah rakyat dan masyarakat sipil, umat Islam yang kritis, serta ulama-ulama yang melihat kemungkaran di depan mata. Keangkuhan dan kesombongan kekuatan senjata ingin dipertontonkan.

Jenderal Moeldoko mencanangkan perang total pada rakyat, Jenderal Hendro menjadi rasialis mengancam tokoh keturunan Arab. Jenderal Wiranto menyiapkan "mainan aturan" untuk membungkam sikap kritis. Sementara Jenderal Luhut berasyik asyik dengan China. Semua melindungi Jokowi yang khawatir diganti.

Sikap berani hanya berhadapan dengan rakyat sendiri merupakan syndroma ketakutan pada bayangan. Penyakit akut penguasa yang telah semakin merosot kepercayaan dari rakyatnya sendiri.

Tentu kita tidak menyamakan dengan serangan Baitullah. Peristiwa itu tentu berbeda. Akan tetapibila cara pandang menjadikan sasaran penghancuran adalah konteks keagamaan apakah dengan stigma radikalis, fanatis, atau sebutan "fitnah" makar maka yang dihadapi tentu tak terduga. Allah akan menurunkan bantuan pada kaum yang tidak berdaya. Burung "Ababil" dapat muncul dalam beragam bentuk.
Moga saja Hendro, Wiranto, Moeldoko dan Luhut bukan wujud baru dari Abrahah yang sombong itu.

Bandung, 8 Mei 2019 (*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #pilpres-2019  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Kode Sri Mulyani dan Risma saat Sidang MK

Oleh Anthony Budiawan - Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies)
pada hari Kamis, 18 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Sri Mulyani (dan tiga menteri lainnya) dimintai keterangan oleh Mahkamah Konstitusi pada 5 April yang lalu. Keterangan yang disampaikan Sri Mulyani banyak yang tidak ...
Opini

Tersirat, Hotman Paris Akui Perpanjangan Bansos Presiden Joko Widodo Melanggar Hukum: Gibran Dapat Didiskualifikasi?

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --1 April 2024, saya hadir di Mahkamah Konstitusi sebagai Ahli Ekonomi dalam sidang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum 2024. Saya menyampaikan pendapat Ahli, bahwa: ...