Lahirnya sebuah bangsa diawali dengan latar belakang kesamaan nasib dan cita-cita, perasaaan satu rasa yang membuat suatu bangsa tetap kokoh dalam kesatuannya.
Kita bersyukur thn 1928 para pemuda tlh membuat suatu lompatan sejarah dg Deklarasi yang di kenal dengan sumpah pemuda, dalam satu Kongress pemuda ke ll yg mana isi dari Deklarasi itu
1.Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.
2.Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia.
3.Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Semua itu menjadi pondasi awal untuk gagasan pembentukan negara sehingga memicu proklamasi kemerdekaan. Semangat dan ruh itu sampai kini menjadi satu-satunya penguatan dalam ikatan persatuan.
Persatuan itu tidak bisa dibangun hanya dengan teknologi dan kuatnya angkatan bersenjata. Bagaimana kita membaca fakta sejarah perjalanan suatu bangsa yang memiliki tekhnologi dan angkatan perang yang kuat pun tidak mampu mempertahankan persatuan nya.
Kita bisa belajar dari Uni soviet sebagai kekuatan adidaya dengan persenjataan dan angkatan perang yang tangguh, dimana waktu itu menjadi kekuatan dunia dengan fakta Warsawa. Mereka telah gagal menjadi bangsa yang satu. Kita mengilhami kejadian seperti itu untuk bangsa kita. Bila kita tidak mensejajarkan seluruh elemen masyarakat dengan pemerataan pembangunan maka bibit perpecahan telah menganga dengan lebar.
Papua contoh keras sbgai bagian elemen yg di tinggalkan, kekayaan melimpah di keruk bahkan oleh bangsa asing namun ironi masyarakat disana ada dalam kemiskinan dan ketertinggalan. Sebab itu timbul sparatisme yang menghendaki pisah dari NKRI.
Pemerintah saat ini harus mulai dapat memahami dan memetakan dg benar dan cerdas. Memahami perlunya membangun secara benar dan arif. Bukankan founding father bangsa ini telah meletakan nilai strategis dalam pembangunan? Yaitu bangunlah jiwanya bangunlah badannya.
Maka untuk papua di butuhkan dengan keseriusan dalam membangun prioritas jiwa dan SDM, lalu fisik dan infrastuktur kita bangun untuk menopang itu semua
Dalam UUD 45 telah mengamanatkan pada pemerintah untuk mencerdaskan rakyat dan bangsa Indonesia. Maka dengan cara-cara seperti itu kita akan mampu menghantar sebgai bangsa yang besar, bangsa yang cerdas. Dan pemerintah memiliki tanggungjawab itu.
Jangan kekurangan itu disembunyikan dalam bingkai narasi hanya penilaian subjektif dengan tuduhan-tuduhan sporadis radikalisme dianggap sebgai pokok masalah. Padahal itu kita sadari hanya sebagai asap karena apinya adalah jiwa Papua diabaikan merasa ditinggalkan.
Mari kita dukung langkah pemerintah untuk menata itu semua, bukan persoalan khilafah, persoalan radikal tapi ini persoalan persamaan rasa dalam pendidikan, ekonomi, hukum dan budaya karena semua itu akan terbukti menjadi perekat yang kuat dalam mengikat persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara.
Bukan dentuman meriam dan desingan peluru yg justru akan semakin membuka Gap kita sebagai bangsa yg mengerti tentang semboyan "bhineka tunggal ika"
Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
tag: #