Bisnis
Oleh Rihad pada hari Wednesday, 08 Apr 2020 - 13:30:00 WIB
Bagikan Berita ini :

Gubernur BI ApresiasiĀ Sri Mulyani Yang Berhasil Terbitkan Surat Utang Rp 68,6 TriliunĀ 

tscom_news_photo_1586325956.jpg
Sri Mulyani dan Perry Warjiyo (Sumber foto : Ist)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)- Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menuturkan apresiasi keberhasilan Menteri Keuangan Sri Mulyani menerbitkan global bond sebesar US$4,3 miliar akan mempermudah pemerintah untuk menutup defisit fiskal. Dengan ketersediaan dana dari global bond untuk menutup defisit, maka jumlah surat utang negara (SUN) atau surat berharga syariah negara (SBSN) yang selama ini jadi andalan dapat diminimalkan. Hal itu dikatakan Perry dalam rapat dengan Komisi XI DPR RI, Rabu (8/4/2020).

Perry menyebutkan penerbitan surat utang berlebihan dari dalam negeri akan menyulitkan likuiditas lembaga keuangan. Dampaknya suku bunga akan terkerek karena bank akan berebut di pasar dengan iming-iming imbal hasil tinggi. Perry menambahkan kesepakatan dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani untuk memenuhi kebutuhan keuangan pemerintah maka akan dimaksimalkan terlebih dahulu sumber-sumber dana besar yang ada seperti dari lembaga multinasional, global bond. Selanjutnya baru SUN dan SBSN.

Seperti diketahui, untuk menutup defisit anggaran akibat wabah Corona, Indonesia berhutang lagi dengan cara menerbitkan surat utang kembali. Kali ini tenor surat utangnya selama 50 tahun, rekor terpanjang dalam sejarah Indonesia. Tenor atau masa jatuh tempo surat utang terpanjang selama ini adalah 30 tahun.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan Indonesia berhasil menerbitkan surat utang senilai US$ 4,3 miliar atau Rp 68,6 triliun (kurs Rp 16.000). "Ini adalah penerbitan terbesar dalam US bond dalam sejarah RI. Dan Indonesia juga jadi negara pertama yang menerbitkan sovereign bond sejak pandemic covid-19 terjadi," kata Sri Mulyani, Selasa (7/4/2020).

Penerbitan tenor 50 tahun ini, sambung Sri Mulyani menjadi yang pertama kali juga di Indonesia dengan tenor terpanjang. "Ini menunjukkan kepercayaan investor dari pengelolaan keuangan negara. Kita memanfaatkan 50 tahun dari preferensi tenor bond jangka panjang cukup kuat," katanya.

Ketiga global bond berdenominasi dolar AS ini terbagi dalam tiga tenor yang berbeda. Pertama, Global Bond USD bertenor 10,5 tahun dengan total US$ 1,65 miliar, dan oversubscribed 2 kali atau US$ 3,53 miliar. Surat utang ini jatuh tempo 15 Oktober 2030, dan memiliki kupon 3,85% yang dibayarkan dua kali dalam setahun (semi annually).

Kedua, Global Bond USD bertenor 30,5 tahun dengan total US$ 1,65 miliar yang oversubscribed hingga US$ 3,33 miliar dan jatuh tempo pada 15 Oktober 2050. Surat utang ini memiliki kupon 4,25% yang dibayarkan dua kali dalam setahun.

Ketiga, Global Bond USD bertenor 50 tahun dengan nilai penerbitan US$ 1 miliar, dan oversubscribed 2,5 kali atau YS$ 2,59 miliar. Surat utang ini jatuh tempo 15 April 2070, dengan kupon yang ditawarkan 4,45% yang dibayarkan dua kali dalam setahun.

Global Bond RI ini akan listing di Singapore Exchange dan Frankfurt Stock Exchange, dengan rating Baa2 dari Moody"s, BBB dari S&P, dan BBB dari Fitch. Sementara untuk Joint Lead Manager (JLM) Citigroup Global Market lnc, Deutsche Bank, Goldman Sachs, Standard Chartered Bank, The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited, serta Co-manager Danareksa Sekuritas dan Trimegah Sekuritas.‎

Pengertian Global Bond

Seperti diketahui, global bond adalah obligasi internasional atau surat utang negara yang diterbitkan oleh suatu negara dalam valuta asing. Berbeda dengan utang-utang resmi (pinjaman pemerintah dari negara-negara donor), global bond tidak mengikat seperti pinjaman resmi, di mana alokasi penggunaannya sudah ditentukan.

Global bond juga berarti sebuah obligasi yang diterbitkan dan diperdagangkan di luar negeri di mana mata uangnya didenominasi, dan berada di luar peraturan-peraturan dari sebuah negara. Contoh global bond adalah obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan non-Eropa untuk dijual di Eropa, obligasi ini disebut "Eurobond".

penerbitan obligasi internasional diharapkan tidak hanya menutup defisit keuangan Indonesia tapi juga menjadi patokan dan akan menurunkan biaya pinjaman dari swasta di samping juga memperkuat cadangan devisa. Kemampuan memperoleh akses ke pasar modal internasional merupakan pengakuan secara de facto atas keberhasilan pengelolaan kebijakan dan prospek perekonomian. Apalagi jika surat utang yang ditawarkan sampai kelebihan permintaan (oversubscribe), seperti global bond Indonesia 2004 yang oversubscribe delapan kali.

Itu jelas bisa menjadi benchmark (tolok ukur) bagi investor asing, baik langsung maupun pasar modal, terhadap stabilitas makroekonomi Indonesia. Lewat penerbitan global bond pula pemerintah dimungkinkan untuk memupuk cadangan devisa, yang mungkin saja terus merosot lantaran menjaga nilai tukar rupiah di pasar uang domestik.

Manfaat lainnya, global bond merupakan salah satu cara pemerintah melakukan diversifikasi sumber pembiayaan, sekaligus optimalisasi alokasi portofolio utang. Sehingga risiko utang bisa diminimalkan. Keuntungan lain yang tak kalah penting adalah penerbit surat utang tidak terikat aturan dari pembeli obligasi. Karena itu, penerbit global bond juga memiliki posisi tawar yang cukup kuat.

tag: #corona  #sri-mulyani  #utang-pemerintah  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement