Oleh Rihad pada hari Sunday, 12 Apr 2020 - 22:30:00 WIB
Bagikan Berita ini :

BTN Telah Restrukturisasi Kredit dari 17 Ribu Debitur

tscom_news_photo_1586704903.jpg
Pemberian keringanan kredit BTN (Sumber foto : Ist)

JAKARTA (TEROPONGSeNAYAN)- PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk mencatat lebih dari 17 ribu debitur terdampak Covid-19 yang sudah direstrukturisasi pinjamannya. "Sudah ada lebih dari 17 ribu debitur yang pinjamannya sudah dilakukan restrukturisasi. Yang mengajukan permohonan restrukturisasi angkanya puluhan ribu," kata Direktur Finance, Planning, & Treasury BTN Nixon L. P. Napitupulu dalam video conference, Sabtu (11/4). Perseroan tengah melakukan proses klasifikasi atas permohonan dari debitur kredit yang mengajukan secara online.

Permohonan restrukturisasi tersebut diajukan oleh debitur melalui restrukturisasi online yang disiapkan perseroan. Melalui sistem online tersebut, debitur BTN yang mengajukan permohonan restrukturisasi tidak harus datang ke kantor cabang tempat mereka mengajukan kredit. BTN telah menyiapkan layanan online untuk mengakomodir permohonan tersebut melalui www.rumahmurahbtn.co.id.

Pasca terbitnya POJK tentang relaksasi kredit bagi debitur terdampak Covid-19, BTN telah membuka diri untuk memberikan kebijakan restrukturisasi kredit bagi debitur yang kreditnya dibiayai perseroan dan terdampak virus tersebut sehingga terganggu kemampuan bayarnya. Namun, tidak semua debitur dapat menikmati kebijakan tersebut. Ini sesuai arahan pemerintah dimana hanya diberlakukan bagi debitur yang benar-benar terdampak Covid-19. "Oleh karena itu bank perlu melakukan klasifikasi dan kami sudah lakukan itu," kata dia.

Hingga saat ini, perseroan memiliki hampir 2 juta debitur dengan baki debet lebih dari Rp 250 triliun. Adapun, belasan ribu permohonan restrukturisasi ke perseroan tersebut mencatatkan total baki debet sekitar Rp 2,7 triliun. “Jumlah tersebut mencakup debitur kredit pemilikan rumah (KPR) subsidi dan keseluruhannya di bawah Rp 10 miliar sesuai ketentuan OJK,” kata Nixon menjelaskan.

Revisi Pertumbuhan Kredit

Perkembangan penyebaran Covid-19 yang menunjukkan angka peningkatan, dikhawatirkan akan berdampak pada debitur BTN dan pasti juga debitur bank lain yang akhirnya tidak dapat memenuhi kewajibannya untuk mengangsur. Dengan kondisi tersebut, perseroan melakukan revisi target pertumbuhan kredit. Untuk KPR non-subsidi dan komersial, perseroan merevisi pertumbuhan kredit menjadi kisaran 0-3%.

Kemudian, untuk KPR subsidi, perseroan memproyeksi pertumbuhan di segmen tersebut berada pada kisaran 5%-9% bergantung pada periode berakhirnya Covid-19. Namun, perseroan optimistis tetap bisa meraih laba sekitar Rp 2 triliun. "Dalam kondisi seperti saat ini perseroan lebih memilih langkah untuk peningkatan efisiensi, memperkuat cadangan dan likuiditas agar tetap survive," ucap Nixon.

Untuk menjaga likuiditas, perseroan juga secara hati-hati melakukan pembelian surat utang pemerintah. Upaya menjaga likuiditas tersebut dilakukan untuk memastikan cadangan dana tetap aman sekaligus meningkatkan fee based income melalui transaksi treasury. Untuk dana treasury, perseroan menganggarkan nilai yang cukup besar sekitar Rp 20 triliun. "Dana tersebut juga merupakan cadangan likuiditas perseroan. Kondisi normal biasanya kita anggarkan sekitar Rp 13 triliun dan saat ini likuiditas kita tingkatkan sekitar 30%," jelas Nixon.

Adapun di beberapa daerah yang aman dari penyebaran Covid-19, penyaluran kredit masih tetap berjalan. Secara nasional, permintaan kredit baru mengalami penurunan karena kantong penyerapan kredit hampir terdampak virus tersebut. "Kami harapkan kondisi ini tidak akan lama sehingga ekonomi dapat kembali berjalan normal dengan layanan yang dapat kami berikan dan BTN dapat kembali melanjutkan Program Sejuta Rumah bagi masyarakat Indonesia," kata Nixon.

tag: #btn  #keringanan-kredit  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement