Oleh Sahlan Ake pada hari Selasa, 02 Jun 2020 - 21:44:30 WIB
Bagikan Berita ini :

New Normal: Jalan Tengah Antara Rezim Kesehatan dan Rezim Ekonomi

tscom_news_photo_1591109070.jpg
New Normal (Sumber foto : Ilustrasi)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Saat masa pandemi Covid-19, maka yang paling terpukul adalah bidang ekonomi, karena kebijakan untuk diam dirumah membuat produksi dan distribusi produk terganganggu. Sekarang ada perencanaan fase the new normal dan pelan-pelan semua orang boleh beraktivitas di luar walau dengan peraturan kesehatan yang ketat.

Ketua Dewan Pakar Indonesia Maju Institut (IMI), HM Lukman Edy mengibaratkan perbaikan ekonomi atau kesehatan seperti buah simalakama.

"Persis seperti buah simalakama. Mengejar penanggulangan covid-19 semata akan kebobolan ekonominya membuka keran sektor perekonomian semata juga akan kebobolan kesehatan masyarakatnya, bahkan upaya penanggulangan covid-19 selama ini bisa sia-sia. Sementara belum juga ada tanda-tanda berakhirnya pandemi ini bahkan ada yang menyatakan virus corona-nya telah bermutasi sampai gen D saat ini," kata Lukman Edy dalam pesan singkatnya, Selasa (2/6/2020).

Edy menyampaikan bahwa ekonomi dan kesehatan masing-masing membawa konsekuensi yang tidak ringan. Sebab kedua opsi ini berhubungan dengan nyawa manusia dengan segala konsekuensinya yang pada titik ekstrimnya sama-sama tidak mengenakkan.

“Bisa dibayangkan, memperpanjang WFH berpotensi mengakibatkan orang mati kelaparan. Memang ada gerakan sosial membantu tetangga atau bansos, tapi seberapa kuat bertahan lama? Sedangkan membuka kembali aktifitas ekonomi mengakibatkan korban pandemi bergelimpangan," kata ia.

Sementara itu, kata Edy, masing-masing instansi berpaku pada pilihan solusi masing-masing dan meyakini bahwa solusi yang dipilihlah yang paling baik.

"Ibaratnya, masing-masing telah memiliki rezim dan jalan pikirannya sendiri. Bagi rezim kesehatan, kerja dari rumah adalah pilihan terbaik. mereka mendesak pemerintah agar semakin ketat memberlakukan PSBB, karena ketidakpatuhan warga di beberapa daerah telah menyebabkan naiknya angka korban terpapar padahal jumlah tim medis makin terbatas lantaran sebagian sudah meninggal dunia akibat pandemi ini juga," kata ia.

Sementara, lanjut politikus Gerindra ini bagi rezim ekonomi telah merasakan bagaimana PSBB mengakibatkan banyak perusahaan merugi, PHK disana-sini, pertumbuhan ekonom mandeg, jika ini terus dibiarkan maka perekonomian nasional bisa tumbang.

“Inilah yang mengakibatkan seolah tampak bahwa pemerintah tidak konsisten membuat kebijakan," tegasnya.

Padahal sesungguhnya karena masing-masing unit pemerintahan sedang bekerja keras berusaha mengatasi pandemi covid-19 ini. “Karenanya New Normal hadir sebagai kebijakan jalan tengah yang menjembatani dua arus besar rezim ini,” jelasnya

Dengan adanya kebijakan New Normal ini, kata ia, masing-masing pihak harus menyesuaikan, menetapkan basis dasar asumsi kebijakan dan target pencapaian yang baru.

“Semua pihak harus menyesuaikan diri dengan New Normal ini. tidak hanya instansi pemerintah, kantor-kantor, mal-mall tapi semua lapisan masyarakat," tegasnya.

tag: #lukman-eddy  #partai-gerindra  #new-normal  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Lainnya
Berita

Ketua Umum IMI Bamsoet Dukung Gelaran Pecah VW 2024 Dapatkan Rekor MURI

Oleh Sahlan Ake
pada hari Kamis, 18 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Ketua MPR RI sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar dan Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) Bambang Soesatyo mematangkan persiapan acara pemecahan Rekor MURI, ...
Berita

SOKSI Optimis MK Tak Lampaui Wewenangnya: Prabowo-Gibran Presiden dan Wapres Terpilih

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Menjelang putusan MK tentang sengketa Pilpres 2024 pada 22 April 2024 mendatang, Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional SOKSI. Ir. Ali Wongso Sinaga menyatakan optimis amar ...