Berita
Oleh Alfin Pulungan pada hari Saturday, 15 Agu 2020 - 14:55:00 WIB
Bagikan Berita ini :

PKS: Belanja APBN 2021 Harus Efektif Usai Terdampak Resesi

tscom_news_photo_1597467720.jpeg
Anggota Komisi Keuangan DPR Fraksi PKS, Ecky Awal Mucharam (Sumber foto : Istimewa)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Anggota Komisi Keuangan (Komisi XI) DPR, Ecky Awal Mucharam, menilai rancangan RUU APBN Tahun 2021 yang dibacakan oleh Presiden dalam sidang tahunan MPR kemarin (14/8) perlu disoroti, tidak hanya terkait disiplin fiskal, tetapi arah kebijakan belanja pemerintah.

Legislator Partai Keadilan Sejahtera ini mengatakan, pada RAPBN 2021, angka defisit dipatok mencapai 5,5 persen, angka ini sangat tinggi sehingga pemerintah perlu melakukan disiplin anggaran yang baik.

"Jangan sampai anggaran dibelanjakan secara sia-sia, belanja APBN 2021 harus efektif dan optimal”, kata dalam keterangan tertulis, Sabtu, (15/8).

Menurutnya, dalam kondisi resesi, kebijakan fiskal harus ekspansif, sementara kebijakan belanja pemerintah masih jauh dari harapan. Pada tahun 2019, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) mencapai Rp 53 triliun, meningkat tajam dibandingkan 2018 yang sebesar Rp 36 triliun.

Ecky mengatakan tingginya SiLPA menunjukkan inefektifitas kerja dari Pemerintah, yang akhirnya menciptakan hilangnya peluang pembangunan ekonomi. Dalam kondisi resesi seperti sekarang, ekspansi perlu dilakukan secara optimal. Pemerintah, kata Ecky, perlu lebih serius dalam mengelola kebijakan belanjanya.

Ia mengatakan belum melihat bahwa kebijakan belanja pada RAPBN 2021 yang telah disampaikan dapat membantu Indonesia keluar dari jurang resesi.

“Resesi ini disebabkan oleh banyaknya masyarakat yang menjadi pengangguran akibat wabah Covid-19, ada persoalan demand side yang besar di sini, seharusnya RAPBN 2020 menyelesaikan permasalahan daya beli ini," kata Ecky.

Ia menambahkan belanja-belanja seperti bantuan sosial dan subsidi yang erat dengan daya beli masyarakat tidak mengalami perubahan signifikan, justru belanja berupa fasilitas perpajakan untuk dunia usaha yang meningkat tajam

Menurut Ecky, resesi tidak akan selesai apabila pemerintah hanya mendorong sisi penawaran, tetapi perlu juga menjaga sisi permintaan. Oleh sebab itu, bantuan-bantuan sosial perlu ditingkatkan dan dimasifkan pada APBN 2021. Ia juga menyoroti kebijakan insentif fiskal yang justru banyak diumbar untuk sektor swasta skala besar. Kebijakan tersebut diyakini tidak terlalu efektif mendorong investasi.

Selama empat tahun terakhir, Ecky mengatakan belanja untuk insentif pajak untuk dunia usaha sudah mencapai Rp 450 triliun. Akan tetapi, realisasi investasi pada industri yang mendapat fasilitas perpajakan seperti logam dasar dan pertambangan hanya mencapai 15 persen dari total realisasi investasi.

"Kalah jauh dari sektor jasa (total 57,5 persen) yang justru minim mendapatkan fasilitas insentif perpajakan”, pungkasnya.

tag: #apbn  #komisi-xi  #ekonomi-indonesia  #ecky-awal-mucharam  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Berita Lainnya
Berita

KPU Undang Presiden Umumkan Pemenang Pilpres 2024

Oleh Sahlan Ake
pada hari Selasa, 23 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI berencana mengundang Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menghadiri langsung penetapan pemenang Pilpres 2024. Rencanannya, acara tersebut ...
Berita

Kondisi Anaknya Sungguh Tragis di Tangan Mantan Suaminya, Lisa Tak Kuasa Membendung Airmata

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Ini adalah suatu kisah pilu yang dituturkan oleh seorang ibu kandung bernama Lisa yang memiliki seorang putri berinsial GI, dan GI adalah putri keduanya yang telah ...