Oleh Rihad pada hari Selasa, 12 Jan 2021 - 12:57:50 WIB
Bagikan Berita ini :

Vaksinasi Covid-19 Dimulai, Anda Yakin atau Tidak?

tscom_news_photo_1610431025.png
Ilustrasi vaksinasi (Sumber foto : ist)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Program vaksinasi Covid-19 akan dimulai Rabu (13/1) yang diawali oleh Presiden Joko Widodo. Dengan keterlibatan Presiden, diharapkan masyarakat akan yakin dengan program vaksinasi. Bukan rahasia, sebagian masyarakat masih ragu-ragu dengan vaksinasi Covid-19.

Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dr. Daeng M. Faqih mengatakan perlu adanya role model dari pimpinan dan tokoh publik dalam pelaksanaan vaksinasi.

"Supaya masyarakat semakin percaya dan tidak ragu. IDI sejak awal menyampaikan, setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) memberikan izin penggunaan darurat, IDI akan memberikan contoh untuk menjadi yang pertama divaksin," katanya, Senin (11/1/2021).

IDI juga telah melakukan sosialisasi, baik secara internal maupun kepada masyarakat bahwa vaksinasi ini adalah pilihan yang baik untuk mengakhiri pandemi. "Tujuan akhirnya adalah menyadarkan dokter untuk ikut divaksinasi pada tahap pertama. Selain itu, ketika saat pelaksanaan vaksinasi di masyarakat nanti, tenaga kesehatan bisa ikut berpartisipasi untuk menyukseskannya," jelasnya.

Para tenaga kesehatan sudah memahami pentingnya vaksinasi karena mereka terbiasa melakukan pelayanan vaksinasi sehari-hari hingga ke puskesmas.

"Oleh karena itu, tenaga kesehatan seharusnya tidak perlu mempermasalahkan vaksinasi. Koridor yang perlu dijaga adalah keamanan dan efektivitasnya dan itu akan dijawab oleh hasil laporan uji klinik yang dilakukan serta izin penggunaan darurat yang akan dikeluarkan Badan POM," imbuhnya.

Meyakinkan Masyarakat

Kenyataannya, sebagian masyarakat masih ragu. “Kami mendapatkan 20 persen tenaga kesehatan yang masih tidak mau menerima vaksin, nanti kami akan tingkatkan informasi yang lebih baik,” kata Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia Cissy B. Kartasasmita, Sabtu 9 Januari 2021.

Dalam webinar tentang pengetahuan vaksin Covid-19 bagi tenaga kesehatan yang digelar Ikatan Alumni Universitas Padjadjaran itu Cissy juga mengungkap beragam alasan di balik penolakan itu. Terbesar, sebanyak 30 persen tenaga kesehatan yang menolak itu menyatakan tidak yakin dengan keamanan vaksin Sinovac.

Lalu 22 persen tenaga kesehatan pesimistis soal efektivitas vaksin Covid-19. Selain itu ada 12 persen yang takut terhadap efek sampingnya, dan 13 persen tenaga kesehatan tidak percaya terhadap vaksin sama sekali. “Ada 8 persen karena soal halal-haram, 15 persen alasan lain,” ujar Cissy sambil menambahkan survei itu melibatkan responden tenaga kesehatan yang tersebar di empat rumah sakit pendidikan di Aceh, Bandung, Mataram, dan Ambon.

Sebelumnya, Lembaga Populi Center mengungkap hasil survei seputar penerimaan vaksin Covid-19. Survei ini diadakan pada 21 hingga 30 Oktober 2020. Peneliti Populi Center Rafif Pamenang Imawan mengatakan, 60 persen mengatakan bersedia divaksin dan 40 persen menyatakan tidak bersedia.

Adapun survei tersebut dilakukan Populi Center terhadap 1.000 responden di 100 kabupaten/kota yang tersebar secara proporsional di 34 provinsi.

Lebih lanjut, Rafif menerangkan, 40 persen masyarakat mengungkap alasan penolakan atau tidak bersedia menerima vaksin karena risiko kesehatan. "Karena mereka khawatir dengan aspek kesehatan. Itu jawaban mayoritas 46,5 persen yang tidak bersedia," ujarnya.

Selanjutnya, masyarakat menjawab alasan lain yaitu karena mereka tidak percaya vaksin menyembuhkan. Terdapat 15,2 persen masyarakat yang menyatakan hal tersebut.

Sisanya sebanyak 13,3 persen menjawab alasan karena tidak dapat memastikan apakah vaksin halal atau tidak.

Perlunya Sosialisasi

Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mengakui, baru 75 persen warga Jawa Barat yang paham soal vaksinasi Covid-19 yang akan dilaksanakan pada pekan ini. Sisanya belum paham yaitu mereka yang menetap di desa-desa terpencil. Pihaknya pun akan lebih gencar melakukan sosialisasi.

"Dari hasil survey warga yang paham tentang vaksinasi baru 75%, jadi ada 25% yang mungkin di daerah dan terpencil yang tidak tahu apa itu vaksinasi Covid-19 di mana, bagaimana dan sebagainya," ujar Ridwan pada jumpa pers di Mapolda Jabar, Senin (11/1/2021).

Ia mengatakan minggu ini akan dimulai vaksinasi pertama kepada tenaga kesehatan dan kepada kepala daerah.

Ditegaskan Ridwan Kamil bersama Pangdam Kajati dan mantan Mapolda Jabar tidak bisa mengikuti vaksinasi karena mereka sudah disuntik dua kali sebagai relawan uji klinis vaksin yang akan diproduksi Biofarma.

Sementara itu, terkait dengan jumlah vaksinator atau penyuntikan vaksin, Ridwan mengatakan, pihaknya butuh tambahan tenaga penyuntik jika ingin tuntas selama setahun bahkan setengah tahun. Saat ini di Jabar baru memiliki 11.000 vaksinator.

"Kami akan butuh 4 kali lipat vaksinasi terlatih karena target presiden kurang dari setahun vaksinasi sudah selesai supaya ekonomi bisa membaik," ujarnya.

tag: #vaksin  #jokowi  #covid-19  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
AMIN BANNER 01
advertisement
AMIN BANNER 02
advertisement
AMIN BANNER 03
advertisement
AMIN BANNER 04
advertisement
AMIN BANNER 06
advertisement
AMIN BANNER 08
advertisement
Lainnya
Zoom

Mengapa Jual Beli Jabatan Merupakan Modus Korupsi yang Populer?

Oleh Wiranto
pada hari Kamis, 06 Jan 2022
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menangkap Walikota Bekasi Rahmat Effendi, pada Rabu (5/1/2022). KPK mengamankan 12 orang termasuk Wali Kota Bekasi Rahmat ...
Zoom

Anies dan Ridwan Kamil Akan Digugat Apindo, Ini Alasannya

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)- Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan kini sedang berhadap-hadapan dengan pengusaha. Anies vs pengusaha ini terkait dengan keputusan Anies yang mengubah kenaikan UMP dari ...