JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (FK Untar) dr. Velma Herwanto, SpPD, Ph.D mengimbau agar masyarakat turut menyukseskan program vaksinasi covid-19. Pemerintah juga didorong untuk meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat, terutama terkait sisi keamanan vaksin asal Tiongkok tersebut.
Velma mendorong agar pemerintah aktif melakukan sosialisasi mengenai vaksinasi, khususnya terkait keamanannya melalui berbagai saluran komunikasi publik.
"Selain melakukan ajakan vaksinasi, pemerintah sebaiknya juga menyampaikan data mengenai efikasi dan keamanan vaksin. Baik melalui visual interaktif, penyampaian data dalam bentuk angka, serta pendekatan personal dengan bantuan pemuka masyarakat dan aparat untuk meyakinkan masyarakat bahwa vaksin aman untuk digunakan," kata Velma, Rabu, 20 Januari 2021.
Menurut Velma, pada dasarnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan masyarakat terkait keamanan vaksin. Sebab vaksin ini telah melalui uji klinis yang telah membuktikan bahwa vaksin Sinovac aman untuk disuntikkan.
Imbauan tersebut disampaikan Velma mengingat vaksin akan sangat membantu menurunkan penyebaran covid-19 di masyarakat. Yakni dengan cara melindungi individu dari infeksi virus SARS-CoV-2.
"Apabila infeksi tetap terjadi, derajat beratnya penyakit pun akan lebih ringan. Semakin banyak jumlah orang yang divaksinasi, kekebalan masyarakat pun akan terbentuk," ucap Velma.
Tidak hanya keamanan, efek samping yang ditimbulkan pun minimal. Seperti demam ringan, menggigil, sakit kepala, dan rasa lelah.
"Tidak ada efek samping berat yang dilaporkan, kecuali reaksi alergi anafilaksis yang umumnya timbul pada orang yang memiliki riwayat alergi obat sebelumnya. Risiko ini diminimalkan dengan melakukan pengawasan selama 30 menit setelah vaksinasi," jelasnya.
Meskipun vaksin aman digunakan, hanya masyarakat berumur 18-59 tahun saja yang dianjurkan menerima vaksin. Menurut Velma, pembatasan tersebut dilakukan karena uji vaksin belum dilakukan di luar rentang umur tersebut.
Kendati demikian, tidak tertutup kemungkinan vaksin akan diberikan kepada masyarakat yang berada di luar rentang umur tersebut apabila nanti terbukti keamanannya. "Di negara Eropa dan Amerika Serikat, vaksin covid-19 jenis mRNA telah diujikan dan diberikan pada lansia," ungkapnya.
Selain itu, terdapat beberapa kelompok masyarakat yang belum dianjurkan menerima vaksin karena dikhawatirkan tidak mampu memproduksi kekebalan tubuh yang diharapkan terhadap covid-19. Seperti pada wanita hamil dan menyusui, pasien autoimun, pasien HIV atau dengan gangguan kekebalan tubuh, serta pasien dengan penyakit kronik belum dianjurkan menerima vaksin.
Selain itu, masyarakat yang pernah mengalami infeksi covid-19 belum dapat menerima dengan alasan keterbatasan jumlah vaksin, meskipun di kemudian hari tetap akan menjadi kandidat penerima vaksin. "Vaksin mutlak tidak boleh diberikan pada masyarakat yang memiliki riwayat alergi berat terhadap vaksin atau komponen vaksin," papar Velma.
Velma juga menganjurkan masyarakat untuk tetap memperhatikan protokol kesehatan, terutama bagi mereka yang belum dianjurkan mendapatkan vaksin. Kekebalan terbentuk mulai tujuh hari setelah vaksinasi pertama dan mencapai puncaknya pada dua minggu setelah vaksinasi booster.
Dalam periode tersebut seorang penerima vaksin masih rentan terinfeksi virus. Kelompok yang belum dianjurkan mendapat vaksin tetap harus melakukan protokol kesehatan dengan menjaga jarak fisik minimal dua meter, menggunakan masker, rajin mencuci tangan, dan sedapat mungkin tidak menyentuh mata, hidung, dan mulut.
"Vaksinasi akan membentuk herd immunity atau kekebalan kelompok. Semakin banyak masyarakat yang mendapat vaksin, masyarakat lain termasuk kelompok "rentan" lambat laun akan mendapat proteksi melalui mekanisme kekebalan kelompok," jelas Velma.
Velma juga berharap, distribusi vaksin yang ada saat ini dapat menurunkan jumlah persebaran covid-19 di Indonesia. Terbentuknya kekebalan kelompok juga dapat turut melindungi masyarakat yang belum mendapat akses vaksin.
Vaksinasi covid-19 di Indonesia sudah dimulai sejak Rabu, 13 Januari 2021. Presiden RI Joko Widodo menjadi orang pertama yang mendapat vaksin tersebut. Kehadiran vaksin diharapkan dapat membentuk herd immunity atau kekebalan kelompok pada masyarakat Indonesia.