JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Seperti yang terjadi saat ini nama Anies Baswedan Gubernur DKI menjadi trending topik di media sosial Twitter. Cuitan yang mengaitkan nama Anies dengan kondisi banjir Jakarta mewarnai medsos. Ada yang mengecam ada yang membela. Suara-suara yang menyalahkan Anies pun bermunculan.
Hasnaeni Moein atau yang akrab disapa Wanita Emas menyalahkan Anies Baswedan yang dinilai tidak mampu mengatasi persoalan banjir Jakarta.
Rumah Wanita Emas itu terletak di Jalan Kemang Timur V, Jakarta Selatan juga kemasukan air. Kejadian ini bukan pertama kalinya. Beberapa tahun lalu saat banjir melanda Jakarta, rumah Wanita Emas juga terendam banjir.
"Anies itu bagaimana toh, udah enak-enak aja dia tidur di rumahnya, rakyatnya kebanjiran. Dengan persoalan yang sama kayak makan nasi kita, persoalan yang sama aja kok nggak ada perubahannya DKI ini," ujar Wanita Emas kepada awak media Sabtu (20/2/2021).
"Rasanya setiap ganti gubernur, persoalannya itu mulu, persoalan banjir, persoalan kemacetan, kesenjangan sosial. Hanya itu saja yang nggak bisa diselesaikan, terus mau nyalon presiden lagi si gubernur itu," kata Hasnaeni.
"Persoalan sangat simpel aja di DKI tidak bisa diselesaikan, tapi ingin menjadi presiden di republik ini yang harus ngurusin 280 juta jiwa DKI aja dengan 10 juta jiwa dia nggak bisa atasi, gimana dia mau nyalon presiden Pak Anies itu," katanya.
Ajak Gugat
Ketua Forum Warga Kota Jakarta (FAKTA) Azas Tigor Nainggolan menyarankan, warga menggugat Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta karena penanganan dan antisipasi banjir yang dinilai buruk.
"Saluran air di Jakarta mampet dan tidak terawat. Sehingga saat hujan besar, air tidak bisa mengalir dan berujung pada banjir," kata Ketua FAKTA Azas Tigor Nainggolan dalam keterangannya, Sabtu (20/12).
Dia mengkritik, Pemprov DKI tidak sigap memberikan peringatan dini kepada warga yang terdampak banjir agar segera dievakuasi.
"Kecerobohan ini bisa dipersoalkan dan digugat secara hukum oleh warga korban banjir," jelas dia.
Menurut dia, gugatan bisa diajukan ke Pengadilan Negeri Tata Usaha (PTUN), sesuai dengan Peraturan MA No. 2 Tahun 2019 tentang gugatan perbuatan melawan hukum dengan pejabat pemerintah diselesaikan melalui PTUN.
Diminta Berhenti Cari Alasan
Politikus PAN Zita Anjani minta Anies Baswedan berhenti cari alasan soal banjir di DKI Jakarta. "Pesan saya, ke depannya siapapun pemimpin Jakarta berhenti menyalahkan atau mencari alasan saat banjir tiba, warga sudah pintar," kata penasehat Fraksi PAN DKI Jakarta, Zita Anjani, Jumat (19/2/2021).
Zita yang juga ketua pansus banjir menyebut sudah meneliti terkait banjir yang terjadi di DKI Jakarta. Zita meminta pemprov berhenti mencari alasan dan segera membenahi infrastruktur banjir.
"Banjir itu solusinya konkret, yaitu pembenahan infrastruktur banjir. Saya ketua pansus banjir sudah teliti itu semua bersama para pakar dan rekomendasi lengkap sudah kami serahkan sebelum musim hujan tiba. Jadi solusi banjir itu bukan cari-cari alasan atau menyalahkan tapi kerja nyata," ucapnya.
"Tingginya curah hujan debit air yang masuk, ya, di sana kan memang menjadi salah satu titik yang selalu banjir di DKI Jakarta, iya kan. Jakarta kan ada beberapa titik memang kalau banjir di Jakarta ada beberapa genangan, ada terjadi banjir, tapi yang paling penting bagi kita sejauh mana upaya kita Pemprov melakukan pencegahan, penanganan pengendalian banjiri itu sendiri," katanya.
Pembelaan Wagub
Secara umum, penanganan banjir di Jakarta sebenarnya dilakukan dengan baik. Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan, jumlah titik banjir DKI Jakarta turun signifikan dari tahun ke tahun. "Kalau melihat data dari tahun-tahun sebelumnya terdapat penurunan yang signifikan," ujar Riza dalam keterangan, Jumat (19/2/21).
Menurut Riza, penurunan itu salah satunya terlihat dari jumlah titik pengungsian bagi warga terdampak banjir. Riza mengatakan, pada 2013 atau masa kepemimpinan Joko Widodo sebagai Gubernur DKI Jakarta, terdapat 1.115 titik pengungsian banjir di DKI Jakarta.
Kemudian, pada masa kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok pada 2015, terdapat 337 titik pengungsian banjir. "Sekarang di tahun 2018 tidak ada pengungsian, 2019 ada 13 titik pengungsian, 2020 ada 70 titik pengungsian, 2021 sedang kami rekap, baru 1-2 titik pengungsian," kata Riza.
Begitu juga korban meninggal dunia. Riza membeberkan, pada 2013, terdapat 38 korban jiwa akibat banjir, sedangkan dari 2018 sampai saat ini terdapat lima korban jiwa akibat banjir di Jakarta. "Mudah-mudahan tahun 2021 ini tidak ada korban jiwa karena banjir," kata Riza.