Oleh Bachtiar pada hari Kamis, 01 Apr 2021 - 10:11:42 WIB
Bagikan Berita ini :

Anggota DPR Ini Mengaku Prihatin Melihat Para Pelaku Teror Masih Usia Belia

tscom_news_photo_1617246702.jpg
Farah Puteri Nahlia Politikus PAN (Sumber foto : Istimewa)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)- Anggota Komisi I DPR RI Farah Puteri Nahlia mengaku prihatin saat melihat pelaku aksi teror berasal dari kalangan generasi muda, baik yang terjadi di depan Katedral Makassar maupun yang menyerang Mabes Polri.

"Tentu menjadi keprihatinan tersendiri bagi saya. Usia muda adalah usia harapan, harapan untuk menoreh masa depan," lirih Politikus PAN itu kepada wartawan, Kamis (01/04/2021).

Lebih lanjut Farah menjelaskan, jika mengacu data BPS tahun 2020, total persentase penduduk usia produktif mencapai 70,72% dan angka itu seharusnya menjadi cerminan usia generasi masa depan bangsa Indonesia.

"Namun seiring dengan adanya fakta keterkaitan beberapa anak-anak dan remaja dalam pusaran terorisme tentu menjadi ancaman tersendiri sebagai bentuk kerawanan generasi," ujar Farah.

Farah menegaskan, temuan yang menunjukkan bahwa pelaku teror muncul dari generasi millenial, seperti yang terjadi di Makassar dan Mabes Polri baru-baru ini, pelaku merupakan kelahiran 1995, yang mana menjadi bukti bahwa tindakan kekerasan dan indoktrinasi radikalisme mengancam seluruh usia generasi tanpa terkecuali.

Menurutnya, usia muda yang seharusnya tengah bersiap dan berjuang menggapai cita-citanya termasuk fase-fase mencari jati diri justru kini terancam membunuh dirinya sendiri, membunuh masa depannya sendiri seperti dengan bom bunuh diri.

"Saya kira program BNPT terkait deradikalisasi serta pencegahan terorisme dan paham radikal intoleran perlu ditingkatkan terutama dengan mendorong penguatan pendekatan yang menyasar generasi muda," saran dia.

Menurutnya, pendekatan seperti Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) yang melibatkan kalangan pelajar yang telah dilakukan BNPT, perlu diperkuat dengan inovasi-inovasi pendekatan kreatif kontra radikal.

Selain itu, kata dia, implementasi UU No. 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme menjadi kata kunci untuk memastikan Bhineka Tunggal Ika masih menjadi pilar negeri sebagai manifestasi dari program deradikalisasi.

Farah mengakui, memang tugas BNPT tidak mudah, perlu keterlibatan berbagai stakeholder terutama sekolah dan perguruan tinggi untuk menyelaraskan komitmen kebangsaan di lingkungan generasi muda.

Poin pentingnya, kata dia, di usia generasi muda yang terkadang masih labil baik dari sisi emosi maupun pendirian (mudah terpengaruh), tentu program-program terkait deradikalisasi harus relevan dengan sasaran tersebut agar dapat diterima dengan optimal.

Selain BNPT, menurutnya, peran Kemkominfo dalam menangkal terorisme ini juga sangat penting.

"Mengingat bicara terorisme bukan sekedar bicara aspek fisik tindakannya, tetapi sebelum tindakan itu terjadi, pengaruh konten-konten bermuatan intoleransi dan radikalisme di dunia siber penting untuk dicegah," tandasnya.

Pengaruh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi jangan sampai justru mengarah pada hal-hal yang negatif, destruktif terutama mendorong perilaku yang kontraproduktif terhadap integrasi nasional, persatuan dan kesatuan bangsa.

"Dalam konteks ini, upaya literasi digital dan optimalisasi patroli siber perlu dimaksimalkan," harapnya.

Menurutnya, peran lembaga-lembaga negara tentu penting, namun tidak berarti meninggalkan peran-peran aktor lain.

"Saya kira di negara kita dengan mayoritas penduduk muslim, peran Kyai masih sangat vital. Pemahaman agama yang rahmatan lil alamin dengan spirit hablum minallah dan hablum minnas perlu dijunjung tinggi — dan harus memahami betul makna yang dimaksud. Sikap menghargai perbedaan dan mencintai kebersamaan (ukhuwah) perlu terus dilestarikan apalagi di kalangan muda," ujarnya.

Farah juga berharap peran pesantren-pesantren yang tersebar di seluruh pelosok negeri ini menjadi garda terdepan untuk mencegah paham radikal intoleran dan terorisme tidak semakin berkembang.

"Terakhir, tentu saya mendorong dan mengingatkan seluruh masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan. Spirit kewaspadaan itu dimulai dari diri, keluarga sampai negara sebagai kerangka kewaspadaan nasional," ujarnya.

"Hal itu dapat ditunjang dengan aparat keamanan baik Polri/TNI yang memperkuat pengamanannya di seluruh wilayah dan jajaran. Sekali lagi, persoalan terorisme seperti ini adalah musuh bersama, sinergi menjadi kekuatan utama untuk melawannya," pungkasnya.

tag: #terorisme  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement