JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Sebuah acara unik merayakan Hari Kartini digagas oleh Lia Sundah Suntoso, seorang perempuan Indonesia yang tinggal di New York, AS. Di tengah kesibukan sebagai pengacara khususnya membela imigran, Lia masih menyempatkan diri menggalang sebuah acara unik dengan mengajak warga Indonesia di berbagai negara untuk menyanyikan lagu Ibu Kita Kartini.
"Untuk memperingati Hari Kartini, ide saya adalah membuat suatu kolaborasi yang unik. Kami memutuskan untuk mencari teman-teman dari berbagai tempat di berbagai belahan dunia untuk bernyanyi bersama," kata Lia.
Untuk menciptakan kolaborasi ini, Lia bekerja sama dengan Desra Percaya, Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Inggris. "Nah, hanya dalam tiga hari dari 10 orang yang kami rencanakan akhirnya menjadi 30 orang yang terlibat untuk menyanyikan lagu Ibu Kita Kartini," katanya.
Siapa Kartini?
Perayaan Hari Kartini selalu diperingati setiap 21 April. Hari nasional itu didedikasikan sebagai hari peringatan tokoh Pahlawan Nasional, Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat (Kartini).
Alasan 21 April yang dipilih sebagai hari nasional karena tanggal tersebut merupakan hari lahir Sang Pahlawan Nasional, yaitu 21 April 1879. Kartini merupakan putri dari bupati Jepara, Raden mas Adipati Ario Sosroningrat dan istrinya ibu M.A.Ngasirah. Pada usia 24 tahun ia menikah dengan bupati Rembang, Raden Adipati Djojodiningrat.
Kartini yang menjalani pendidikan modern memiliki pandangan bahwa pendidikan bagi perempuan adalah kunci penting bagi emansipasi manusia. Pada usia remaja, ia berhasil melahirkan sebuah karya yang terbit di Holandsche Leile yang berjudul "Upacara Perkawinan pada Suku Koja."
Salah satu buah pemikirannya yang paling berpengaruh adalah buku Door Duisternis tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang). Buku tersebut merupakan kumpulan surat-surat Kartini yang ia kirimkan pada teman-teman korespondensi dari Belanda, salah satunya seorang sahabat pena bernama Rosa Abendanon.
Surat-surat tersebut berisi pemikiran Kartini mengenai tradisi feodal, pernikahan paksa dan poligami, hingga gagasan mengenai pentingnya pendidikan bagi anak perempuan.