Oleh DR. Agus Mustofa Alumni Teknik Nuklir UGM, penulis buku-buku Tasawuf Modern, dan founder Kajian Islam Futuristik pada hari Minggu, 25 Jul 2021 - 12:06:26 WIB
Bagikan Berita ini :

Spritualitas Yang Saintifik (Dzikir Memperkuat Imunitas)

tscom_news_photo_1627189586.png
Agus Mustofa (Sumber foto : Istimewa)


Suatu ketika, saya diundang oleh Fakultas Kedokteran Unair, Surabaya. Lebih tepatnya, Pasca Sarjana Ilmu Kedokteran.

Saya diminta untuk ikut menguji seorang kandidat Doktor. Di ujian terbuka. Bersama para guru besar. Dan sejumlah penguji lainnya.

Kandidat Doktor itu seorang dokter. Wanita. Yang juga menyandang gelar S-1 dan Magister di bidang Pendidikan Agama. Profesinya: dosen di sebuah perguruan tinggi Islam. Di Surabaya.

Sangat menarik. Ia memiliki background yang multidisipliner.

Disertasinya, memadukan antara bidang agama dan kedokteran. Temanya: “Peningkatan Kadar HSP-72 pada Majelis Dzikir”.

HSP-72 adalah "Heat Shock Protein tipe 72". Yakni, sejenis protein di dalam darah. Yang bisa dijadikan indikator tinggi-rendahnya imunitas tubuh seseorang. Jika kadarnya meninggi, imunitas tubuhnya meningkat. Dan, sebaliknya.

Disertasi itu sangat menarik. Bagi saya. Karena, mengaitkan kegiatan spiritual dengan sains. Dzikir adalah kegiatan spiritual. Yang sangat personal. Dan, subjektif.

Sedangkan kedokteran adalah kegiatan saintifik. Yang "evidence-based". Berbasis pada bukti empirik. Objektif.

Ternyata, spiritualitas yang subjektif bisa “diintip” melalui pendekatan objektif. Meskipun, tidak semuanya. Tetap ada bagian-bagian yang tidak bisa dikuantifikasi. Atau, diobjektifkan.

Disertasi itu disandarkan pada penelitian. Terhadap sekelompok orang yang diberi perlakuan dzikir. Secara berulang.

Sebelum diberi perlakuan, kadar HSP-72 pada setiap orang anggota kelompok itu diukur. Dan setelah diberi perlakuan dzikir, diukur kembali. Demikian sampai tiga kali perlakuan. Ternyata, hasilnya positif. Kadar HSP-72 mereka meningkat. Secara berurutan. Dan, berkelanjutan.

Maka, disimpulkan. Bahwa, perlakuan dzikir itu bisa meningkatkan kadar HSP-72. Yang mana, HSP-72 merupakan indikator imunitas tubuh. Dengan kata lain, perlakuan dzikir terbukti secara empirik, bisa meningkatkan imunitas tubuh seseorang.

Disertasi itu disusun di bawah bimbingan promotor Prof. Dr. Suhartono Taat Putra, dr., M.S. Seorang guru besar di bidang Psycho Neuro Imunology (PNI). Yakni, ilmu yang mempelajari keterkaitan antara fenomena kejiwaan, fungsi saraf, dan imunitas tubuh.

Spiritualitas adalah fungsi jiwa. Yang abstrak. Yang bersifat kualitatif. Dan, subjektif. Itu merupakan bagian pertama dari ilmu PNI – psycho.

Sedangkan saraf, alias Neuro, adalah struktur sel-sel yang ada di otak, dan kemudian menjulur ke seluruh tubuh.

Setiap dinamika fungsi jiwa, bakal mempengaruhi fungsi saraf. Karena itu, jiwa dan saraf tidak bisa dipisahkan. Seperti dua sisi yang berbeda, dari satu keping mata uang.

Perubahan pada jiwa bakal mempengaruhi sistem saraf. Sebaliknya, perubahan sistem saraf juga bakal mempengaruhi jiwa.

Contoh konkretnya, orang yang mengalami distress. Alias, tekanan negatif pada jiwanya. Jika terjadi secara berlebihan, itu bisa menyebabkan kerusakan sistem sarafi.

Pengamatan menunjukkan, bahwa orang-orang yang sakit jiwa – schizophrenia, misalnya – terbukti mengalami kelainan susunan saraf di otak. Jadi, kerusakan fungsi jiwa, bisa menyebabkan kerusakan struktur secara fisik pada saraf.

Sebaliknya, jika seseorang mengalami kerusakan struktur saraf – karena kecelakaan misalnya – maka ia juga bisa mengalami sakit jiwa. Khususnya, ketika kerusakan saraf itu terjadi di bagian otak yang disebut sebagai PFC – Prefrontal Cortex. Otak bagian depan yang bertanggungjawab pada fungsi kepribadian.

Dan yang lebih menarik, dinamika kualitas pada fungsi jiwa maupun struktur saraf itu, ternyata mempengaruhi kualitas kesehatan seseorang. Alias, imunitas tubuhnya. Begitulah kurang lebih, yang dipelajari dalam ilmu Psycho Neuro Imunology (PNI).

Karena itu, disertasi sang doktor memperoleh pijakan yang kuat dari ilmu PNI. Bahwa, kondisi kejiwaan yang terjadi pada orang-orang yang berdzikir bisa memperbaiki kualitas kesehatan pelakunya.

Maka, di halaman depan disertasi itu ia mengutip suatu ayat dari dalam Al Qur’an.

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan (berdzikir) mengingat Allah. Ketahuilah, hanya dengan selalu mengingat Allah-lah hati (manusia) menjadi tenteram.” [QS. Ar Ra’d: 28]

Perasaan tentram karena senantiasa dekat dengan Sang Mahakuasa dan Maha Pemurah itulah rupanya, yang memperbaiki fungsi jiwa. Memperbaiki struktur saraf. Dan, kemudian meningkatkan imunitas tubuh seseorang. Dampaknya: menjadi lebih sehat. Allahu a’lam bissawab.

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Lainnya
Opini

Kode Sri Mulyani dan Risma saat Sidang MK

Oleh Anthony Budiawan - Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies)
pada hari Kamis, 18 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Sri Mulyani (dan tiga menteri lainnya) dimintai keterangan oleh Mahkamah Konstitusi pada 5 April yang lalu. Keterangan yang disampaikan Sri Mulyani banyak yang tidak ...
Opini

Tersirat, Hotman Paris Akui Perpanjangan Bansos Presiden Joko Widodo Melanggar Hukum: Gibran Dapat Didiskualifikasi?

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --1 April 2024, saya hadir di Mahkamah Konstitusi sebagai Ahli Ekonomi dalam sidang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum 2024. Saya menyampaikan pendapat Ahli, bahwa: ...