TEROPONGSENAYAN.COM - Dalam politik, membangun citra seorang pemimpin sering kali tidak lepas dari mitos yang dikonstruksi oleh pendukungnya. Mitos ini bisa berupa keunggulan yang dilebih-lebihkan atau strategi yang dianggap selalu benar meski tidak selalu terbukti. Namun, dalam menilai seorang pemimpin, penting untuk tetap bersikap proporsional—mengakui kelebihan sekaligus mengkritisi kekurangan.
Narasi politik yang dibangun melalui pidato atau pernyataan publik harus dibuktikan dengan tindakan nyata. Dalam perspektif Islam, seseorang yang hanya berbicara tanpa realisasi kerja akan menuai kritik, sebagaimana disebut dalam Al-Qur"an (QS Ash-Shaff: 3). Oleh karena itu, kepemimpinan yang ideal seharusnya berlandaskan moral, amanah, serta kompetensi yang teruji.
Mitos dalam Politik
Mitos dalam politik dapat diartikan sebagai keyakinan berlebihan terhadap kapasitas seseorang, yang terkadang tidak memiliki dasar faktual. Mitos ini tidak hanya muncul dalam ranah supranatural tetapi juga dalam konstruksi sosial dan politik. Contohnya, ada anggapan bahwa segala keputusan seorang pemimpin adalah bagian dari strategi besar yang sulit dipahami publik.
Dalam konteks Presiden Prabowo, sejumlah mitos turut berkembang, di antaranya:
1.â â Mitos Strategi Politik
Ada anggapan bahwa kedekatan Prabowo dengan Presiden Jokowi adalah bagian dari strategi jangka panjang. Begitu pula sikapnya yang tidak mempermasalahkan berbagai kontroversi politik, termasuk pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres, dianggap sebagai langkah strategis. Pandangan ini mengesampingkan kemungkinan bahwa keputusan tersebut lebih didasarkan pada kompromi politik daripada strategi murni.
2.â â Mitos Kepemihakan pada Rakyat
Prabowo kerap disebut sebagai pemimpin yang "timbul tenggelam bersama rakyat" dan siap berkorban demi kepentingan bangsa. Narasi ini sering kali digunakan untuk membenarkan kebijakan yang justru menguntungkan oligarki atau kelompok tertentu. Ketika ada inkonsistensi dalam penegakan hukum, hal ini dimaklumi sebagai bagian dari upaya menjaga stabilitas nasional.
3.â â Mitos Kegigihan
Prabowo dikenal sebagai figur yang gigih, terutama karena berkali-kali maju dalam pemilu presiden sebelum akhirnya menang. Namun, kemenangan ini tidak bisa dilepaskan dari faktor kedekatan dengan Jokowi serta dinamika politik yang menguntungkan. Sikapnya yang tampak melindungi Jokowi juga bisa dilihat sebagai bentuk loyalitas politik, bukan sekadar kegigihan personal.
Menghadapi Realitas Politik
Dalam politik, keyakinan butuh diuji dengan fakta, bukan hanya retorika. Mitos tentang kepemimpinan yang sempurna berisiko menciptakan kultus individu, yang justru dapat membahayakan demokrasi. Kritik terhadap Prabowo, baik dalam konteks strategi, kepemihakan, maupun kegigihan, perlu dilihat dalam kerangka rasional, bukan sekadar narasi politik yang belum terbukti.
Indonesia membutuhkan pemimpin yang transparan, jujur, dan berpihak pada kepentingan rakyat secara nyata. Politik berbasis mitos hanya akan memperpanjang siklus pembodohan dan memperlemah daya kritis masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk terus mendorong pencerdasan politik agar publik dapat menilai pemimpinnya berdasarkan fakta, bukan sekadar persepsi atau mitos yang dikonstruksi.
Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
tag: #