Opini
Oleh Don Tino (Kader Muda Partai Gerindra) pada hari Senin, 30 Okt 2017 - 21:58:27 WIB
Bagikan Berita ini :

Hoax, Tingkat Literasi dan Dunning-Kruger Effect

24IMG_20171030_215412.jpg
Don Tino (Kader Muda Partai Gerindra) (Sumber foto : Istimewa )

Baku pukul propaganda di dunia maya, caci berbalas maki, banjir disinformasi, berita nir akurasi, belakangan ini memang sungguh-sungguh memuakkan. Amat-Sangat-Memuakkan. Dia bahkan sudah mencapai tingkat tertingginya. Daya rusaknya kepada kuasa nalar dan ilmu pengetahuan memasuki babakan paling barbar dari sejarah budi pekerti manusia.

Ilmuwan besar semacam Muhammad ibn Musa Al Khwarizmi, Ibnu Sina, Abu Qasim Al Zahrawi, Galileo Galilei dan Albert Einstein, mungkin saja menangis sesenggukan mendapati sesamanya manusia bisa sedemikian bengis dan dungu atas informasi. Jahat sekali. Hujan fitnah bahkan lebih deras dari apa yang bisa diraih negeri tropis dengan dua musimnya. Sosial media berubah menjadi palagan mencekam. Bertemunya syahwat politik ugal-ugalan, berita-berita palsu, pengguna internet dengan tingkat literasi rendah nir pekerjaan. Bayangkan jika semua itu merembes tembus ke dunia nyata.

Sebagian dari mereka berubah menjadi jahat dan sekaligus mengerikan mengolah sampah dan racun disinformasi dari jenis apa saja. Mereka menyepuhnya, lalu mengepaknya jadi produk Hoax unggulan. Satu (1) hari satu (1) fitnah. Satu (1) hari satu (1) berita palsu. Setiap hari komoditi Hoax membanjiri pasar. Masif. Terbeli. Laris manis. Tanpa diskon. Seperti hilang akal sehat, mereka rakus mengunyah sekeranjang Hoax tiap hari. Mereka menjadi gemuk dan buruk. Apa saja jenis beritanya mereka lumat masuk ke dalam perut. Dari soal Pidato yang menyebut kata pribumi, sepatu kets, wawancara dengan kaos olah raga, celana dinas tanpa ikat pinggang sampai memanipulasi kajian akademik lingkungan dari sebuah universitas. Semua di goreng dengan bumbu-bumbu fitnah yang kejam.

Di tengah angka melek literasi yang kelewat rendah dan kesumat politik yang terlanjur berkarat, Hoax meraih tempat yang kuat. Makin kuat. Seperti kata Francis Bacon filsuf asal Inggris, 'pengetahuan adalah kekuatan, siapapun pelakunya'. Penguasa Mesir Kuno, Fir'aun, memiliki perpustakaan pribadi dengan koleksi lebih dari 20 ribu buku.

Tentang minat membaca, sebuah lembaga survei internasional pernah bekerja sama dengan Kemendikbud pada tahun 2012. Programme for International Student Assessment [PISA], mencatat bahwa Indonesia menduduki posisi 60 dari total 65 negara yang di survei. Selain survei tingkat literasi, PISA juga meneliti bidang lain seperti sains dan matematika. Hasilnya, Indonesia berada di posisi 64 dari total 65 negara. Menyedihkan.

John W. Miller, presiden Central Connecticut State University asal Amerika Serikat pada 9 Maret 2016 merilis data bertajuk World's Most Literate Nations Ranked. Dari survei soal tingkat literasi tersebut terpapar data bahwa Indonesia menduduki posisi 60 dari total 61 negara yang di survei. Memprihatinkan. Sedangkan juara pertama diduduki oleh Finlandia. Norwegia, negara kelahiran Grand Master catur dunia, Magnus Carlsen, di posisi kedua. Untuk tingkat literasi, negara-negara Skandinavia juaranya. Penduduknya rata-rata membaca sebanyak 30 hingga 50 buku dalam setahun (diluar buku pelajaran di sekolah).

Riset menunjukkan, secara psikologis, semakin minim pengetahuan atau pengalaman seseorang, justru semakin tinggi rasa percaya dirinya. Orang tolol memang tak menyisakan keraguan saintifik sedikitpun di dalam dirinya. Keraguan butuh sikap kritis. Sikap kritis butuh ilmu. Dan ilmu tanpa membaca dan belajar bak berharap kambing bunting hanya dengan meludah.

Demikian David Dunning dan Justin Kruger dariCornell Universityyang populer dengan nama 'Dunning-Kruger Effect' menyimpulkan bahwa, 'kesalahan dalam menilai orang yang inkompeten berawal dari kesalahan menilai diri sendiri, sedangkan kesalahan dalam menilai orang yang sangat kompeten berawal dari kesalahan menilai orang lain'.(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Wawasan Yusril Sempit Untuk Bisa Membedakan Ahli Ekonomi, Ahli Hukum, atau Ahli Nujum

Oleh Anthony Budiawan - Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies)
pada hari Sabtu, 13 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --1 April 2024 (bukan April Mop), saya hadir di Mahkamah Konstitusi dalam kapasitas sebagai Ahli Ekonomi, terkait sengketa Perselihan Hasil Pemilihan Umum 2024. Saya ...
Opini

Wawasan Yusril Sempit Untuk Bisa Membedakan Ahli Ekonomi, Ahli Hukum, atau Ahli Nujum

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --1 April 2024 (bukan April Mop), saya hadir di Mahkamah Konstitusi dalam kapasitas sebagai Ahli Ekonomi, terkait sengketa Perselihan Hasil Pemilihan Umum 2024. Saya ...