Opini
Oleh Prijanto Soemantri (Wagub DKI Jakarta 2007-2012) pada hari Minggu, 12 Nov 2017 - 08:52:33 WIB
Bagikan Berita ini :

Kematian dan Tertundanya Kematian Manusia

7IMG-20170507-WA0000.jpg
Prijanto Soemantri (Wagub DKI Jakarta 2007-2012) (Sumber foto : Istimewa )

'Kematian manusia itu sudah pasti, hanya kapan kematian itu datang, hanya Tuhan Yang Mahakuasa yang mengetahui. Takutkah manusia menghadapi kematian, umumnya demikian, namun ada juga yang tawakal untuk kembali menghadap Sang Mahapencipta dan Mahamemiliki’.

Semua yang terjadi di dunia, bukanlah kebetulan. Semua kehendak Allah SWT dan bermakna. Termasuk kegiatan saya, Jumat 10 November 2017, sebagai kehendak Allah SWT. Biasanya, saya berolah raga dan berlanjut sholat Jumat di Borobudur atau Istiqlal. Hari itu, dari rumah saya berencana olah raga di Fitness First Senayan City untuk pertama kalinya, sholat Jumat di masjid Senayan, setelah itu nengok saudara di RS. Harapan Kita.

Allah SWT berkehendak lain. Di Senayan City ada sholat Jumat. Habis fitness saya tidak jadi sholat di masjid Senayan. Artikel ini saya tulis karena isi khotbah sholat Jumat di Senayan City. Khatib berkhotbah tanpa teks, namun ringkas dan runtut, mudah dicerna. Jujur, saya harus menceritakannya, bahwa isi khotbah memberikan jawaban atas kegelisahan saya di bulan-bulan akhir sebelum artikel ini saya tulis. Gelisah menghadapi kematian karena merasa belum memiliki bekal yang cukup. Allah SWT telah menuntun saya untuk sholat Jumat di Senayan City, untuk mendapat jawaban atas kegelisahan saya.

Kegelisahan muncul terutama ketika menghadiri beberapa teman, sahabat dan saudara yang meninggal dunia. Hati berbisik dengan perasaan cemas, apakah saya sudah siap menghadap Allah SWT? Hatipun berdesir menjawab lirih dengan perasaan takut, belum. Kesadaran akan mati telah melecut hati untuk lebih beriman dan bertakwa. Memohon kiranya Allah SWT memberikan tambahan umur agar bisa bertaubat dan melakukan ajaran, perintah, larangan dan petunjuk Nya dan berbuat kebajikan.

Hand phone yang semula saya matikan, saya hidupkan untuk mencatat pokok-pokok khotbah, agar tidak lupa. Khotbah tentang kematian. Khatib membuka dengan kalimat pembuka ‘yang paling ditakutkan manusia adalah kematian !! ’ Ingin saya menulis artikel ini sebagai amal, siapa tahu bermanfaat bagi yang gelisah menghadapi kematian. Jika merasa belum siap, bagaimana manusia bisa menunda kematian dari takdir? Tentunya, atas kehendak Allah SWT.

Usia saya menjelang 70 tahun adalah usia bonus. Kematian yang tidak kenal usia, kaya miskin, dan cepat atau lambat ajal tentu tiba. Ketika saya takziah di rumah duka atau pemakaman, terlihat jasad yang membujur kaku ditangisi dan didoakan oleh keluarga, para kerabat, sahabat dan tetangga. Kematian adalah perginya roh dari jasad yang kasat mata. Kemanakah perginya roh, pertanyaan itulah yang selalu muncul di hati. Berbagai macam agama mengajarkan tentang kemana roh manusia pergi setelah meninggalkan raganya. Hanya orang-orang yang tidak beragama saja yang tidak mengakui adanya dunia lain setelah manusia meninggal.

Tatkala pemakaman, terlihat jasad tidak membawa harta. Harta yang sering dipuja dan dipamerkan manusia saat hidup. Harta yang dibawa hanya berwujud kain kafan putih yang membungkus jasadnya. Selesai pemakaman, para sahabat, kerabat dan tetangga meninggalkan jasadnya dalam liang lahat. Doa dan isak tangis keluarga paling akhir menemaninya, melingkari gundukan tanah kuburnya. Matahari telah condong arah Barat, keluargapun meninggalkannya. Kuburan kembali senyi senyap.

Manusia tercipta dari sari pati tanah. Manusia yang meninggal, jasadnya dikubur agar dari tanah kembali ke tanah. Rohnya ada di alam kubur menunggu untuk dibangkitkan menuju kepada Allah SWT (Yasin ayat 51-52). Manusia hanya ditemani amal perbuatannya, yang ditulis dalam Kitab Lauh Mahfuzh (Yasin ayat 12). Iman atas peristiwa kematian inilah yang sering menggugah hati manusia, berharap cemas kalau bisa untuk dapatnya ditunda kematiannya, agar bisa bertaubat atas dosa-dosanya, dan berbuat amal kebajikan.

Khatib pada khotbah sholat Jumat di Senayan City memberikan jawaban, bagaimana kematian itu bisa ditunda, atas seijin Allah SWT. Ada 3 (tiga) perkara yang dapat menunda kematian : (1) Bersilaturahmi kepada siapapun, agar hidup bisa saling menghormati (2) Selalu berdoa kepada Allah SWT, memohon ampunan atas dosa-dosanya, memohon petunjuk jalan yang benar di dunia dan akhirat (3) Memberikan sedekah kepada para kaum fakir-miskin, yatim-piatu dengan penuh keikhlasan.

Masalah sedekah, mudah diucap namun mudah juga terlupakan, padahal manusia itu mampu. Di atas mimbar Jumat, Khatib mencuplik satu riwayat zaman Nabi Ibrahim. Kala itu ada pemuda yang akan nikah, menghadap Nabi Ibrahim mohon kiranya bisa hadir dalam pernikahannya. Nabi Ibrahim menyanggupinya untuk hadir. Sepulang pemuda tersebut, Nabi Ibrahim kedatangan Malaikat pencabut nyawa, Izrail yang menyampaikan bahwa pemuda yang akan nikah tersebut akan meninggal setelah pernikahan.

Nabi Ibrahim hadir di acara pernikahan tersebut. Perasaan sedih dan sayang menyelimuti hati Nabi Ibrahim, karena tahu pemuda yang baru nikah tersebut akan dicabut nyawanya. Takdir kematiannya telah menunggunya. Namun ditunggu-tunggu, maut ajal itu tak kunjung datang. Nabi Ibrahim heran, bukankah Malaikat Izrail yang menyampaikan atas takdir kematian pemuda itu? Keheranan Nabi Ibrahim akhirnya terjawab setelah Malaikat Izrail menjelaskannya.

Kematian pemuda yang sudah ditakdirkan ternyata ditunda oleh Allah SWT. Malaikat Izrail mendapat perintah menunda dari Allah SWT, karena ketika malam hari menjelang pernikahannya, pemuda tersebut berbuat amal kebajikan. Pemuda tersebut memberikan sedekah kapada kaum fakir-miskin dan anak yatim piatu. Subhanallah, Allahu Akbar.

Kekuatan bersedekah ternyata luar biasa. Sesungguhnya semua orang bisa merasakan, sedekah dengan niat atas perintah Allah SWT, akan memberikan ketenangan hatinya. Sering orang tidak sadar, sedekah yang diberikan kepada fakir-miskin dan yatim piatu, dibalas langsung Allah SWT di dunia.

Sebulan yang lalu, ada seorang temen, tengah malam melihat penjual kopi bersepeda di Lapangan Banteng, terlihat duduk keletihan. Temen ini memang termasuk sentimentil jika lihat orang susah. Agar tidak tersinggung dia membeli satu bungkus kopi tanpa disedu air, dengan pembayaran yang lebih, bermaksud amal.

Seminggu kemudian, temen ini kena stroke ringan. Ada perembesan di batang otaknya, karena hypertensi. Dua minggu terbaring di rumah sakit, tertidur pulas, hilang kesadarannya. Bangun tidak lebih 5 menit hanya untuk makan dan minum obat, sisanya tidur lagi, sampai badannya melar kegemukan. Dokter mengatakan, ada keberuntungan, daya tahan tubuh teman memberikan kecepatan penyembuhan. Subhanallah, Allahu Akbar, apakah itu mukjizat sebagaimana yang diriwayatkan oleh Khatib di atas, karena bersedekah kepada penjual kopi?

Insya Allah, semoga kita masuk golongan orang-orang yang dilindungi dan diridhoi Allah SWT. Selalu bersilaturahmi, berdoa memohon kepada Allah SWT dan selalu bersedekah kepada kaum fakir miskin dan yatim piatu. Bertambahnya umur dan ditundanya kematian, kiranya bisa kita manfaatkan untuk bertaubat mohon ampunan dosa, dan berbuat kebajikan. Insya Allah, aaamiiin. (*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Ahlan Wa Sahlan Prabowo Sang Rajawali!

Oleh Syahganda Nainggolan
pada hari Rabu, 24 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mahkamah Konstitusi sudah memutuskan Prabowo Subianto sah sebagai Presiden RI ke delapan. Itu adalah takdir Prabowo yang biasa dipanggil 08 oleh koleganya. Keputusan MK ...
Opini

Jalan Itu Tidaklah Sunyi

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --"Jika Mamah jadi penguasa apakah Mamah akan menjadikan anak Mamah pejabat saat Mama berkuasa?" Itu pertanyaan anakku malam ini. Aku mendengarkan anakku ini. ...