Berita
Oleh Krista Riyanto (Divisi Business and Development teropongenayan.com) pada hari Minggu, 02 Sep 2018 - 09:37:44 WIB
Bagikan Berita ini :

Menunggu Langkah Cerdas Pasar Jaya Mengelola Pedagang Kaki Lima

80dirutpasarjaya2.jpg
Direktur Utama PD Pasar Jaya Arief Nasruddin (Sumber foto : ist)

SEJAUH ini, perkembangan pasar di bawah naungan manajemen PD Pasar Jaya mengalami perbaikan. Mulai dari tampilan fisik sampai pelayanannya, seperti parkir dan kebersihannya.Akan tetapi, perkembangan ini sebaiknya diukur dengana target bukan berjalan sendiri tanpa batas waktu. Tujuannya adalah hanya untuk memacu kinerja manajemen sekaligus mempercepat modernisasi pasar agar segera performanya berubah sesuai kehendak zaman.

Secara faktual, keberadaan pasar-pasar itu sekarang ini masih belum bisa memenuhi harapan secara maksimal. Masih banyak pedagang yang akhirnya menjadi “kaki lima” terdampar di tepi jalan, karena tidak dapa tempat berjualan di dalam pasar secara layak. Lihatlah misalnya di pasar Kramatjati, Jakarta Timur. Pedagang kaki lima masih banyak yang berjualan di jalan sebelah kanan dan kiri pasar.

Ini menunjukkan bahwa kehadiran pasar belum mampu mengayomi pedagang dari situasi yang kurang tertib meskipun hal itu tetap membuat pedagang tetap “happy” karena lebih mudah mendapat pembeli. Keberadaan pedagang di sekitar pasar ini tentu saja menganggu ketertiban umum, karena akan mengundang banyak kerumunan orang untuk berlalu lalang di jalan, sehingga menghambat lalu lintas kendaraan.

Belum lagi, pedagang ini akan memproduksi limbah yang berpotensi menularkan berbagai macam penyakit. Lihatlah bagaimana pedagang membiarkan limbah ikan, daging, dan kotoran ayam tercecer di selokan, areal parker pasar, lalu meluber ke jalan. Aroma limbah itu sangat menyengat saraf hidung dan bila situasi terik maka bisa bikin pusing sebagian orang yang tidak terbiasa menghirupnya.

“Saya pusing bila lewat pasar sini siang hari. Limbah ikan dan daging yang tercecer di jalan dan areal pasar menguap bila terik,” ujar Novianti (26 tahun), salah seorang karyawati di pusat pakaian di kawasan Cililitan, Jakarta Timur, ini sambal membenarkan masker di hidungnya pada Sabtu (1/11/2018) siang.

Direktur Utama PD Pasar Jaya, Arief Nasrudin dalam wawancara khusus dengan TeropongSenayan.com pada Jumat, 10 November 2017 menyebut bahwa dia sedang mencari formula dalam mendidik masyarakat dan pedagang supaya tidak membawa limbah ke pasar Jakarta, yang dalam sehari bisa menyentuh bobot sampai 40. Sampah-sampah itu harusnya memang ditinggal di daerah asal barang-barang pasar itu dihasilkan. Barang dagangan yang masuk ke pasar mestinya sudah bersih dari kotoran atau dalam kondisi dikemas siap masak.

Dengan keadaan pasar yang masih seperti ini, Pasar Jaya sebagai “orangtua” dari pedagang tidak mau disalahkan tentunya. Arief mengaku bekerja keras untuk bisa memberi pedagang tempat berjualan di pasar.

“Saya ingin mereka masuk pasar. Kami memberi pembayaran kios yang sangat murah, sekitar Rp5.000 per hari. Sampai sekarang ini pedagang kaki lima masih merajalela. Jumlahnya mencapai 86 ribu pedagang, yang harus bersaing dengan pedagang pasar yang mencapai 96 ribu pedagang.”

Berjubelnya pedagang kaki lima ditambah lagi calon-calon pedagang baru jelas akan menyulitkan PD Pasar Jaya dalam mengelola mereka. Pasar Jaya tidak akan mungkin mampu membangun pasar untuk mengimbangi pertumbuhan pedagang kaki lima. Pembangunan pasar ibarat deret hitung, sedangkan pertumbuhan pedagang ibarat deret
ukur.

Di sinilah problematika pengelolaan pedagang akan menjadi beban yang semakin berat bagi Pasar Jaya. Manajemen Pasar Jaya perlu bekerja keras untuk mengelola pedagang baru agar tidak lagi turun ke jalan atau pusat keramaian di sekitar pasar, sehingga tidak menimbulkan kekacauan sosial dan mengganggu ketertiban umum.

Salah satu terobosan pemikiran yang layak diambil langkah nyata misalnya membangun sentra perekonomian mandiri mirip seperti pasar mini di permukiman penduduk.
Model pasar mini ini akan lebih efisien dan efektif dalam membendung pertumbuhan pedagang kaki lima di sekitar pasar daripada harus membanagun pasar baru yang membutuhkan lahan dan biaya besar. Pedagang cukup diberi ruang berdagang di permukiman dengan sistem sewa dan pengelolaan yang relatif murah.

Kehadiran pasar mini di permukiman ini selain bisa membendung lahirnya pedagang di jalan-jalan juga menekan mobilitas manusia pembeli ke pasar besar. Kehadiran pasar mini ini mengefisienkan belanja warga terhadap konsumsi bahan pangan. Warga tidak perlu lagi mengeluarkan ongkos lebih besar untuk pergi berbelanja di pasar besar. Bagi pedagang sendiri, kehadiran pasar mini juga bisa melindungi keberadaan mereka dari ketidakmenentuan hidup. Mereka bisa mendapat tempat jualan permanen dengan sewa terjangkau, sehingga mereka bisa menjual barang dagangannya ke pembeli dengan harga lebih “miring”.

Keuntungan lainnya adalah pengelolaan limbah pasar mini jauh lebih mudah dibandingkan jika mereka berjualan di tepi jalan di sekitar pasar. Kehadiran pasar mini ini menjadi tatangan bagi manajemen Pasar Jaya untuk mewujdukannya agar distribusi barang ke masyarakat jadi lebih baik dan murah dibanding di pusat ritel kapitalis seperti Alfamart dan Indomaret.

tag: #pd-pasar-jaya  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
AMIN BANNER 01
advertisement
AMIN BANNER 02
advertisement
AMIN BANNER 03
advertisement
AMIN BANNER 04
advertisement
AMIN BANNER 06
advertisement
AMIN BANNER 08
advertisement
Berita Lainnya
Berita

Kini Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di ATM BRI

Oleh Sahlan Ake
pada hari Kamis, 28 Mar 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Bank DKI kembali menunjukkan komitmennya dalam memberikan layanan terbaik kepada nasabah khususnya dalam layanan digital. Melalui kerja sama dengan PT Jalin Pembayaran ...
Berita

DPR Sahkan RUU Daerah Khusus Jakarta Jadi UU

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --DPR RI resmi mengesahkan Rancangan Undang-Undang Daerah Khusus Jakarta (RUU DKJ) menjadi Undang-Undang (UU). Pengesahan dilakukan pada Rapat Paripurna DPR RI ke-14, di ...