Opini
Oleh M Rizal Fadillah (Pengamat Politik) pada hari Jumat, 16 Agu 2019 - 14:45:00 WIB
Bagikan Berita ini :

Terpapar Kapitalisme Liberalisme

tscom_news_photo_1565939599.jpg
Surya Paloh, saat memberikan kuliah umum di Kampus Pascasarjana Universitas Indonesia (UI) Salemba, Jakarta, Rabu (14/8/2019). (Sumber foto : Ist)

Pancasila lebih sebagai slogan ketimbang dasar penyelenggaraan negara. Ungkapan Surya Paloh yang menyatakan Indonesia negara kapitalis liberal membenarkan slogan itu. Semua tahu Surya Paloh adalah bagian penting dari rezim Jokowi bahkan sponsor utama dan penentu kebijakan pemerintahan Jokowi pula. Majalah Tempo pernah menempatkan kedudukan menentukan Surya Paloh dibalik Jokowi dalam edisi "Dalam Bayang Bayang Paloh".
Nasdem dikenal juga sebagai partai yang bertaburan uang. Ia punya kekuatan mengendalikan. Nah pernyataan Paloh tentang negara kapitalis liberal menjadi sangat penting.

Surya Paloh adalah pelaku yang ikut serta membangun negara kapitalis liberal tersebut. Pengalaman sebagai pelaku politik membuat pernyataannya lebih akurat kebenarannya ketimbang seratus pengamat yang menganalisa hingga berbusa busa. Negara kapitalis liberal adalah negara yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945. Dengan demikian inilah realita kegagalan Pemerintahan Jokowi selama lima tahun ke belakang. Rezim ini menyebabkan Indonesia menjadi negara gagal untuk memenuhi tuntutan Konstitusi. Pasal 33 UUD1945 semakin jauh dan negara kesejahteraan (welfare state) sama sekali tidak tercapai.

Apa tujuan pernyataan Surya Paloh di kampus UI tersebut hanya dia yang tahu. Murni akademik yang "terpaksa" mengungkap kejujuran ataukah ada motif untuk menekan Presiden dalam rangka penyusunan Kabinet?. Yang jelas fakta telah diungkapkan. Surya Paloh dan partai Nasdem bukan korban dari kapitalisme dan liberalisme tetapi menjadi "mesin" dari isme tersebut. Menteri-menterinya menjadi elemen "penyedot" uang untuk penggalangan kekuatan politik. Jaksa Agung berperan besar. Ini yang membuat Mega dan PDIP nya "iri" pada daya tekan dan daya sedot Jaksa Agung tersebut. Mega meminta Jokowi agar Jaksa Agung harus dari kalangan profesional. Nasdem ngotot bertahan. Tentu saja karena posisi ini bisa menjadi mesin strategis bagi kapitalisme partai menuju kapitalisme sistem politik.

Kita merdeka untuk merontokkan kapitalisme dan liberalisme, karenanya dibuat ideologi Pancasila dengan sila sila yang anti kapitalisme dan liberalisme. Tak ada Ketuhanan pada kapitalisme yang ada adalah kekuasaan uang. Tak ada kemanusiaan yang adil dan beradab. "Free fight" bisa menindas dan biadab. Persatuan bisa utopia, yang terjadi adalah persaingan dan konflik. Mengeliminasi kerakyatan, hikmah, dan permusyaratan. Akhirnya tak mungkin ada keadilan sosial sebab kekayaan hanya berputar pada segelintir pemilik modal. Kapitalisme liberalisme adalah musuh negara Pancasila.

Kini negara kita disinyalir oleh "orang paling dalam" dari rezim, Bapak Surya Paloh,bahwa politik dan ekonomi sudah berada dalam jeratan sistem kapitalisme dan liberalisme. Jokowi lah yang paling berdosa membawa negara ke alam yang bertentangan dengan Pancasila ini. Karenanya ia sebagai Presiden mesti bertanggungjawab. Pilihan bagi wakil-wakil rakyat hanya satu yaitu "impeachment".

Jokowi mesti diturunkan secara konstitusional oleh wakil wakil rakyat. Jika tidak, maka wakil wakil rakyat itu akan dinilai oleh masyarakat sebagai pendukung atau pelaku kapitalisme dan liberalisme juga.
Nah sekarang jangan saja pejabat berteriak mewanti wanti rakyat, kampus, atau birokrasi itu terpapar radikalisme, tapi juga harus investigasi dan kriminalkan pejabat atau siapapun yang terpapar kapitalisme dan liberalisme.
Mereka adalah musuh musuh Pancasila.
Merdeka..!

16 Agustus 2019 (*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #ekonomi-indonesia  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Ahlan Wa Sahlan Prabowo Sang Rajawali!

Oleh Syahganda Nainggolan
pada hari Rabu, 24 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mahkamah Konstitusi sudah memutuskan Prabowo Subianto sah sebagai Presiden RI ke delapan. Itu adalah takdir Prabowo yang biasa dipanggil 08 oleh koleganya. Keputusan MK ...
Opini

Jalan Itu Tidaklah Sunyi

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --"Jika Mamah jadi penguasa apakah Mamah akan menjadikan anak Mamah pejabat saat Mama berkuasa?" Itu pertanyaan anakku malam ini. Aku mendengarkan anakku ini. ...