JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Satu lagi pejuang bangsa gugur akibat penyerangan KKB pimpinan Egianus Kogoya. Pratu Sirwandi dibantai di jalan trans Wamena, dan akhirnya meninggal pada jumat 17 Agustus 2019 sekitar pukul 15:30 WIT. Ini menambah catatan panjang jumlah Prajurit TNI yang tewas.
Menurut Jenderal (Purn) Endriartono Sutarto, prajurit dalam melaksanakan tugas operasi di Papua, tidak boleh kehilangan kewaspadaannya.
Sutarto menambahkan Panglima TNI harus meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan serangan dari kelompok bersenjata terhadap prajurit TNI maupun masyarakat, apalagi acapkali terjadi di tempat yang sama.
Serangan terhadap konvoi kendaraaan pengangkut logistik Satgas Pahrahwan Yonif RK 751/ Vira Jaya Sakti, Pratu Panji tertembak pada paha kiri tembus ke pinggang, dan Pratu Sirwandi tertembak pada paha kiri tembus ke pinggang. Informasi terakhir Pratu Sirwandi gugur pada hari kemerdekaan Indonesia, Sabtu 17 Agustus 2019, setelah sempat mendapat perawatan medis.
Sungguh sangat menyedihkan tatkala Presiden dan semua jajaran pejabat negara dan pejabat TNI merayakan Kemerdekaan RI ke 74, justru satu prajurit TNI gugur dalam penugasan di Papua. Dengan kata lain, negara Indonesia yang telah merdeka 74 tahun dengan TNI yang dikenal kuat dan professional, ternyata tidak mampu menumpas kawanan separatis bersenjata di Papua. Ini sudah dimulai sejak Desember tahun2018, dimulai pembantaian terhadap 31 orang pekerja membangun jalan trans Papua sampai dengan sekarang, TNI masih belum mampu menyelesaikan pembantaian dan pembantaian yang dilakukan oleh kelompok separatis bersenjata yang telah memakan jiwa rakyat Indonesia dan prajurit TNI.
Sementara itu akibat keberhasilan Kelompok Separatis Bersenjata yang secara nyata melakukan penyerangan kepada masyarakat dan Tentara, membuat Kelompok Separatis Bersenjata Papua merasa semakin berani. Begitu pula pejabat Pemerintah daerah, yakni Sekda Papua T.E.A. Hery Dosinaen yang mewakili Gubernur Papua pada 15 Agustus 2019, secara jelas menyatakan bahwa Papua adalah tanah Israel Kedua. Papua musti bangkit, maju, mandiri, dan sejahtera.
Bilamana sampai sekarang, Panglima TNI masih belum mampu membasmi Kelompok Separatis Papua, maka kondisi ke depan akan menjadi kondisi yang tidak menguntungkan Indonesia. Masyarakat Papua dan Kelompok Separatis Bersenjata akan semakin berani, dan legitimasi pemerntah Indonesia akan tergerus di forum internasional.
Menanggapi kondisi ini, Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah, pada tanggal 18 Agustus 2019, menjelaskan bahwa jika masih ada pejabat yang menyatakan tanah Republik dengan tanah Israel ke-2, maka sebetulnya bukan hanya melanggar etika tetapi ini adalah sebuah pengkhianatan. Maka yang bersangkutan tidak layak lagi menjadi Pejabat di Indonesia.
Kedua, dengan Kasus Sparatis Bersenjata di Papua yang sampai sekarang belum dapat dituntaskan, berimbas ke mana mana. Hingga kejadian di Surabaya pada hari kemerdekaan Republik Indonesia, tanggal 17 Agustus 2019, di mana masyarakat Papua di Surabaya sudah berani secara nyata tidak mengibarkan Bendera Merah Putih.
Oleh karena itu, hal ini tidak bisa didiamkan. Panglima TNI harus segera menyelesaikan Kasus Papua yang sejak bulan Desember 2018 sampai dengan sekarang belum membuahkan hasil apapun, dengan kata lain masih saja terjadi prajurit TNI tewas dengan mengerikan.
Beberapa pihak berpendapat agar Pemerintah dalam hal ini Presiden, perlu mempertimbangkan keberadaan Hadi Tjahyanto sebagai Panglima TNI. Bilamana dirasa kurang mampu, maka Presiden perlu segera mencari pengganti Panglima TNI, jangan lagi mempertahankan Panglima yang secara nyata sampai sekarang terbukti kurang mampu memimpin TNI sejak dilantik pada Desember 2017 sampai dengan sekarang. Presiden jangan lagi berspekulasi, nyawa rakyat dan nyawa prajurit lebih penting dan tidak mungkin bisa digantikan oleh apapun, apakah kita masih harus menunggu jatuhnya korban jiwa berikutnya. (Alf)