JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Jalanan protokol di sekitar area wisata Kota Tua Jakarta belakangan ini menjadi semrawut oleh Pedagang Kaki Lima (PKL). Bahkan, beberapa diantaranya juga berjualan di ruas jalan.
Akibatnya, akses pejalan kaki menjadi terganggu dan kemacetan parah kerap terjadi di kawasan tersebut.
Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Mohamad Taufik menyebut, sejatinya penertiban para PKL di sekeliling kawasan Kota Tua tersebut direncanakan selesai ditata pada November 2019 ini.
Namun, kata dia, hingga kini masih belum terlihat proses penataan apapun di kawasan tersebut. Malahan para PKL nekat menguasai beberapa lajur jalanan di satu bagian Kota Tua yang merupakan jalan untuk kendaraan bermotor.
"Harusnya diawasi dong, kan mereka akan ditata, tapi kalau sudah masuk ke jalanan kan gak boleh," kata Taufik saat dihubungi di Jakarta, Kamis (21/11/2019).
Kendati pengawasan tersebut dijalankan langsung oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), politisi Partai Gerindra tersebut menekankan adanya kerjasama antar dinas terkait, yakni Satpol PP dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta sebagai "pemilik kawasan" Kota Tua serta Dinas UMKM.
"PKL kan ada sendiri dinasnya, penertiban ada sendiri dinasnya, kawasan juga. Ya harus ada koordinasi dari mereka. Ditata, karena kan ini untuk pariwisata, ini penting. Kalau teratur dan bersih wisatawan juga pasti lebih banyak," ucap Taufik.
Diketahui, di seberang Gedung BNI yang terletak di sebelah akses pintu keluar Stasiun Jakarta Kota, lalu di bagian Jalan Kunir dan sekeliling Kota Tua, kerap terlihat antrean manusia yang menyatu dengan pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan di sepanjang trotoar ke arah wisata Kota Tua hingga membuat pemandangan kian semrawut.
Bahkan di Jalan Kunir, pedagang "mengakuisisi" sebagian jalan untuk dijadikan lapak dagangan yang mereka jajakan
Mayoritas PKL menjajakan aneka makanan dan minuman kerap berjualan di ruas jalan. Para pedagang tersebut tak sadar bahwa tindakannya membuat jalanan macet.
Aktivitas jual-beli antara pedagang dan wisatawan kerap mengganggu akses jalan para pejalan kaki yang harus berdesak-desakkan hanya untuk melintas.
Memang tindakan PKL yang berjualan di trotoar sudah menyalahi aturan. Kerasnya hidup di Jakarta membuat mereka terpaksa melanggar aturan demi keberlangsungan hidup.
Seharusnya pemerintah lebih memikirkan nasib para PKL yang mengais rezeki di Kota Tua. Namun menyingkirkan mereka bukan solusi terbaik, tapi membiarkan mereka juga hanya akan menambah semrawut kawasan Kota Tua. (Alf)