JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa Amerika Serikat akan menghadapi masalah kesehatan yang serius.

Bahkan organisasi kesehatan di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa itu menduga AS bakal jadi episentrum baru virus Corona. Sebelumnya Cina dianggap sebagai episentrum dunia, dan Italia jadi episentrum di Eropa.

Perkiraaan WHO ini masuk akal. Maklum jumlah kasus COVID di negeri Paman Sama terus melonjak. Per 24 Maret lalu, jumlah kasus COVID di sana sudah mencapai 46.145 kasus dengan angka kematian sebanyak 582 orang.

Padahal sehari sebelumnya baru berjumlah 35.070 kasus dengan 458 orang yang meregang nyawa. Ini berarti dalam sehari saja sudah ada penambahan lebih dari 10.000 kasus positif COVID dan lebih dari 100 nyawa telah melayang.

"Kami sekarang melihat percepatan yang sangat besar dalam kasus-kasus di AS. Jadi, memang ada potensi ke arah itu," kata juru bicara WHO Margaret Harris, dalam situs reuters.com (25/3/2020).

Pertumbuhan yang cepat mendorong banyak negara bagian di AS mengeluarkan kebijakan lock down. Di beberapa tempat tentara berpatroli di jalan-jalan untuk menjaga konsumen dan pekerja tetap berada di dalam ruangan, menghentikan layanan dan produksi, serta memutus mata rantai pasokan.

Beberapa pejabat negara bagian dan AS telah mengecam kurangnya tindakan federal yang terkoordinasi. Mereka telah berebutan untuk mendapatkan pasokan makanan, obat-obatan, masker, alat pelindung diri, dan berbagai peralatan medis yang makin langka.

Presiden AS Donald Trump mengakui kesulitan mengordinasikan semua negara bagian dalam penyediaan peralatan kesehatan dan menangani COVID.

“Gila, pasar dunia kini dikuasai oleh masker wajah dan ventilator. Kami membantu negara bagian untuk mendapatkan peralatan, tetapi itu tidak mudah,” kata Trump dalam cuitannya di Twitter.