JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --KTT ASEAN 2025 menjadi momentum penting dalam upaya penyelesaian sengketa di Laut Cina Selatan. ASEAN dan China telah menyepakati percepatan negosiasi Kode Etik (Code of Conduct/COC) yang bertujuan menjaga stabilitas kawasan dan mengurangi ketegangan.
Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Dave Laksono, menilai kesepakatan ini sebagai langkah positif dalam membangun kepercayaan antara ASEAN dan China. Ia menegaskan bahwa Indonesia harus berperan aktif dalam proses diplomasi ini.
"Indonesia harus memastikan setiap kesepakatan mencerminkan kepentingan nasional dan regional. Kita tidak boleh lengah dalam menghadapi dinamika geopolitik yang terus berkembang," ujarnya.
Kesepakatan ini diharapkan dapat mengurangi ketegangan di Laut Cina Selatan, yang selama ini menjadi sumber konflik geopolitik. Dengan adanya pedoman percepatan negosiasi, ASEAN dan China berkomitmen untuk menyelesaikan perundingan dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan sebelumnya.
Namun, tantangan tetap ada. Beberapa negara anggota ASEAN memiliki klaim yang tumpang tindih di wilayah ini, sehingga implementasi kode etik harus dilakukan dengan kesepakatan yang kuat dan mengikat agar tidak menimbulkan ketidakpastian baru.
Dave Laksono juga menekankan pentingnya dialog dan diplomasi sebagai solusi utama penyelesaian sengketa.
"Kita tidak boleh terlalu bergantung pada kekuatan eksternal. ASEAN harus tetap solid dan bersatu dalam menghadapi tantangan ini," katanya.
Menurutnya, percepatan negosiasi ini menjadi ujian bagi ASEAN dalam menjaga solidaritas regional.
Ia pun berharap Indonesia terus berperan aktif memastikan COC berjalan sesuai prinsip yang disepakati.
"Kita harus tetap mengedepankan dialog dan diplomasi dalam menyelesaikan konflik di Laut Cina Selatan," tutupnya.