TEROPONGSENAYAN.COM, Jakarta - Dalam kurun waktu satu bulan terakhir, Presiden Prabowo Subianto telah melaksanakan tiga langkah konsolidasi besar yang menandai arah awal pemerintahannya. Ketiga langkah ini saling terkait, membentuk kerangka kepemimpinan yang memadukan visi geopolitik, geoekonomi, dan geostrategis.
1. Konsolidasi Geopolitik Nasional: Rekonsiliasi dan Perajutan Persatuan
Langkah pertama adalah konsolidasi geopolitik nasional yang diwujudkan melalui rekonsiliasi politik. Presiden Prabowo memberikan abolisi kepada Thomas Lembong dan amnesti kepada Hasto Kristiyanto—dua tokoh yang sebelumnya berada di barisan lawan politiknya pada Pilpres 2024.
Kebijakan ini menjadi pesan simbolik bahwa polarisasi politik pasca-pemilu tidak akan terus dipelihara. Sebaliknya, Prabowo mengedepankan kolaborasi demi stabilitas pemerintahan.
Dampak Politik-Ekonomi:
Politik: Rekonsiliasi ini meredakan tensi politik dan meminimalkan potensi gangguan dari kelompok oposisi. Dengan mengajak lawan politik bergabung dalam narasi persatuan, Prabowo memperluas basis legitimasi dan memperkuat daya tahan politiknya di awal pemerintahan.
Ekonomi: Stabilitas politik adalah prasyarat utama bagi masuknya investasi jangka panjang. Pesan bahwa konflik politik tidak akan menghambat pembangunan memberi sinyal positif bagi pelaku usaha, baik domestik maupun internasional.
2. Konsolidasi Geoekonomi Nasional: Dari Desa hingga Kamar Dagang
Langkah kedua menyasar kekuatan ekonomi rakyat sekaligus pelaku usaha besar. Peluncuran Program Koperasi Merah Putih di Klaten menandai upaya memperkuat ekonomi berbasis desa. Dalam pidatonya, Prabowo memperkenalkan istilah “Serakahnomics”—kritik terhadap perilaku ekonomi yang hanya menguntungkan segelintir pihak—sekaligus seruan untuk menciptakan distribusi keuntungan yang lebih adil.
Tak lama berselang, Prabowo menginisiasi Retret KADIN 2025 di Akademi Militer Magelang dan melanjutkannya dengan pertemuan di Padepokan Garuda Yaksa, Hambalang, di mana ia memperkenalkan konsep “Indonesia Incorporated”. Konsep ini menekankan bahwa semua potensi ekonomi nasional, dari BUMN hingga swasta dan koperasi, harus bersinergi menghadapi tantangan global.
Dampak Politik-Ekonomi:
Politik: Dengan merangkul pengusaha besar dan pelaku ekonomi rakyat secara bersamaan, Prabowo membangun koalisi ekonomi lintas kelas sosial. Ini dapat memperkuat posisi politiknya karena dukungan finansial dan sosial menjadi lebih luas.
Ekonomi: Serakahnomics memberi peringatan terhadap oligopoli dan monopoli, sementara Indonesia Incorporated mendorong koordinasi nasional menghadapi persaingan global. Kombinasi keduanya berpotensi menciptakan ekosistem ekonomi yang lebih inklusif, meningkatkan daya saing, dan meminimalkan ketimpangan.
3. Konsolidasi Geostrategis: Penataan Ulang Postur Kekuatan TNI
Langkah ketiga adalah konsolidasi geostrategis. Presiden Prabowo menata ulang postur gelar kekuatan Tentara Nasional Indonesia, yang dipertegas melalui seremoni di Pusat Pendidikan dan Latihan Kopassus, Batujajar, Jawa Barat.
Penataan ini bertujuan memastikan TNI adaptif terhadap ancaman baru—mulai dari potensi konflik kawasan, keamanan maritim, hingga serangan siber.
Dampak Politik-Ekonomi:
Politik: Kekuatan pertahanan yang solid meningkatkan daya tawar diplomasi Indonesia di kawasan Indo-Pasifik. Negara-negara mitra akan melihat Indonesia sebagai kekuatan regional yang stabil, sehingga mempermudah kerja sama lintas sektor, termasuk keamanan energi dan pangan.
Ekonomi: Keamanan nasional yang terjaga akan menciptakan iklim bisnis yang kondusif. Selain itu, modernisasi militer membuka peluang bagi pengembangan industri pertahanan dalam negeri yang dapat menggerakkan rantai pasok lokal dan mendorong pertumbuhan sektor teknologi tinggi.
Konsolidasi sebagai Fondasi Kepemimpinan
Tiga langkah konsolidasi ini—geopolitik, geoekonomi, dan geostrategis—membentuk fondasi bagi pemerintahan Prabowo. Rekonsiliasi politik menutup ruang konflik destruktif. Konsolidasi ekonomi menyatukan kekuatan dari akar rumput hingga korporasi besar. Penataan pertahanan memastikan kedaulatan negara di tengah dinamika global.
Jika dilaksanakan konsisten, ketiga konsolidasi ini dapat menempatkan Indonesia pada jalur yang lebih stabil, berdaulat, dan berdaya saing tinggi di mata dunia.
Salam Petarung,
Andi Rahmat
Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia Bidang Pertahanan