PEKANBARU (TEROPONGSENAYAN) – Indonesia kaya akan tradisi menjelang Bulan Ramadhan. Ada dua tradisi dari bumi Melayu, yang selalu dilaksanakan masyarakat setempat untuk menandai datangnya bulan suci tersebut.
Kedua tradisi Melayu tersebut adalag Petang Balimau (Pekanbaru, Riau) dan Balimau Paga (Pesesir Selatan, Sumatera Barat).
Pada Minggu (5/6/2016), ribuan masyarakat Kota Pekanbaru, Provinsi Riau antusias mengikuti acara Petang Balimau yang diselenggarakan di tepian Sungai Siak, sebagai tanda akan dimulainya puasa.
"Petang Balimau sebuah tradisi untuk menyambut bulan Ramadhan, yang dipertahankan hingga kini," kata Kepala Dinas Pariwisata setempat, Hermanius di Pekanbaru, Minggu (5/5/2016).
Dia menjelaskan petang Balimau adalah tradisi Melayu yang dilakukan sehari menjelang puasa. Pemerintah Kota Pekanbaru, sudah menjadikan acara Petang Balimau even wisata religius. Acara ini terus dipertahankan hingga kini sebagai upaya menggali sendi budaya Melayu yang sarat muatan Islamnya.
"Bagi umat Islam kegiatan ini juga sebagai doa bersama untuk selalu bisa dipertemukan dengan bulan Ramadhan," urainya.
Pantauan di lapangan terlihat ribuan masyarakat berdatangan baik dari Pekanbaru maupun dari luar kota memenuhi tepian Sungai Siak. Tidak luput Jembatan Siak I dan III dipenuhi oleh warga yang ingin menyaksikan Petang Balimau dari atas. Demikian juga di kedua sisi sungai dipenuhi masyarakat yang ingin menyaksikan detik-detik bergesernya mata hari dari siang menuju malam.
Sementara itu, di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat (Sumbar), Wakil Bupati Pesisir Selatan Rusma Yul Anwar menghadiri prosesi Balimau Paga. Acara yang digelar masyarakat adat ini berlangsung di Kecamatan Ranah Pesisir dalam rangka menyambut Bulan Ramadhan 1437 Hijriah.
Dalam sambutannya wakil bupati mengapresiasi kekompakan masyarakat adat, yang diharapkan hal itu terjadi tidak hanya ketika akan melaksanakan prosesi Balimau Paga" namun juga dalam menyokong pembangunan daerah.
"Kalau semuanya kompak seperti ini saya yakin Kabupaten Pesisir Selatan akan tumbuh dengan cepat," ungkapnya.
Ia menambahkan kegiatan Balimau Paga harus tetap dilestarikan karena nilai kekeluargaannya begitu kental dan bisa menyatukan berbagai lapisan masyarakat.
Sebanyak 38 bejana berisikan bermacam-macam kembang yang mengeluarkan aroma wangi beserta airnya disediakan oleh kelompok ibu yang disebut bundo kanduang sebagai pelengkap prosesi.
Kegiatan dimulai dengan tari galombang yang merupakan tari tradisional setempat dan ditutup dengan mengusapkan air kembang ke kening masing-masing peserta. (plt/ant)