Jakarta
Oleh mandra Pradipta pada hari Minggu, 19 Jun 2016 - 10:07:44 WIB
Bagikan Berita ini :

Sistem Ganjil-Genap Dinilai Efektif Atasi Kemacetan DKI

59macet-kendaraan.jpg
Ilustrasi (Sumber foto : Istimewa)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Pemerintah Provinsi DKI terus berupaya untuk mengurangi kemacetan di Ibu Kota. Setelah 3 in 1 dihapus, Pemprov DKI berencana melakukan uji coba sistem pelat kendaraan bermotor ganjil-genap.Penerapannya sendiri akan mulai dilakukan pada 20 Juni 2016.

"Menurut saya, pembatasan pelat nomor ganjil genap dapat mengurangi kemacetan di jalan yang sebelumnya diberlakukan 3 in 1 hingga 50 persen. Namun jumlah tersebut dapat terjadi bila ada ketegasan dari petugas dalam menindak para pelanggar," ujar pengamat transportasi Darmaningtyas saat dihubungi, Sabtu (18/6/2016).

Namun, bila petugas tidak tegas menindak para pelanggar, lanjut Darmaningtyas, kemacetan yang terjadi hanya bisa dikurangi sekitar 30 persen saja. Selain ketegasan petugas, kesadaran masyarakat untuk mematuhi aturan yang bersifat sementara tersebut sangat diperlukan untuk membantu mengurangi kemacetan yang setiap hari terjadi.

Untuk lebih efektif mengurangi kemacetan, Darmaningtyas mengatakan proses pengadaan Electronic Road Pricing (ERP) yang saat ini sudah dalam proses lelang harus dipercepat. Karena dengan adanya ERP, jumlah pengendara motor di jalan protokol ibu kota juga dapat ditekan. Selain itu, ERP nantinya bisa memudahkan para pengendara mobil yang bekerja di sekitar Jl Sudirman-Thamrin dan Jl Gatot Subroto untuk beraktivitas.

"Bila ada ERP kan pengendara mobil hanya cukup sekali bayar untuk masuk jalan tersebut. Sehingga aktifitas mereka lebih fleksibel. Dibandingkan dengan adanya 3 in 1, yang mana para pengendara mobil harus menyesuaikan waktu mereka dengan pemberlakuan jam 3 in 1," lamjut Darmaningtyas.

Besaran tiket ERP yang menurut kajian sebesar Rp 20 ribu hingga Rp 50 ribu tergantung tingkat kemacetan di Jl Sudirman-Thamrin dan Jl Gatot Subroto, lanjutnya, juga masih terjangkau oleh para pengendara. Alasannya karena saat 3 in 1 masih diberlakukan, harga tersebut adalah harga yang dipatok para joki 3 in 1 kepada pengendara mobil yang ingin memakai jasa mereka.

"Menurut kajiankan harganya (tiket) paling murah Rp 20 ribu dan paling mahal Rp 50 ribu, menurut saya tidak mahal. Kan saat masih ada 3 in 1, para joki juga memasang harga segitu. Jadi dari pada uangnya masuk ke joki lebih baik masuk ke kas Pemprov DKI,”pungkasnya.(yn)

tag: #dki-jakarta  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
PEMPEK GOLDY
advertisement
KURBAN TS -DD 2025
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Jakarta Lainnya
Jakarta

Tujuh Indikator Pelemahan Ekonomi dan Tantangan Pertumbuhan.

Oleh Tim Teropong Senayan
pada hari Sabtu, 05 Apr 2025
Situasi perekonomian Indonesia saat ini menunjukkan berbagai tanda pelemahan yang menghambat pertumbuhan ekonomi. Setidaknya terdapat tujuh indikator utama yang menggambarkan kondisi ini: 1. ...
Jakarta

Rupiah Terus Melemah: Apa yang Bisa Dilakukan?

Jakarta, 25 Maret 2025-Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali mengalami tekanan signifikan. Hari ini, rupiah telah mencapai Rp16.549 per dolar AS, bahkan sempat menyentuh Rp16.639 di pasar ...